Eropa

304 35 12
                                    

Rintik putih turun dengan lembut memenuhi sisi jalan, membuat semua orang mengenakan pakaian tebal untuk menghangatkan diri.

Seseorang berpakaian cukup tebal keluar dari sebuah gedung, membawa tote bag yang berisikan beberapa kertas. Ia menggosok tangannya merasakan suhu dingin yang menyapa kulitnya.

Sepasang tangan melingkar pada lengannya, merangkul dengan lembut membuat sang empunya menoleh. Gadis itu tersenyum dengan sangat manis.

"Kenapa ga tungguin aku?" Tanya gadis itu dengan wajah yang cemberut gemas

"Aku buru-buru Marsha"

Gadis itu menghempaskan tangannya dan berbalik dengan tangan yang dilipat didepan dada seakan sedang merajuk.

"Kak Vivi ada urusan penting"

Marsha memutar tubuhnya dan memincingkan matanya seolah mengintimidasi.

"Sepenting itu?" Tanya Marsha

Vivi mengangguk menjawab pertanyaan gadis kecil didepannya membuat Marsha menghela nafas pelan.

"Jadi aku pulang sendiri nih?"

Vivi mengusap lembut puncak kepala Marsha lalu melangkah pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun membuat Marsha lagi-lagi menghela nafas.

"Minimal orang nanya tuh dijawab, dasar manusia es!" Gerutu Marsha lalu menghentakan kakinya kesal dan pergi menuju halte untuk menunggu bus

~~~

Vivi berjalan dengan terburu-buru, langkahnya sedikit cepat dari yang biasanya.

"Duh, jangan telat dong" ucapnya pelan sambil melihat kearah jam yang melingkar di tangan kirinya

Ia masuk kedalam sebuah mobil, "Ke Bandara ya Pak!" Ucap Vivi sambil melepas mantel juga syal yang melekat pada tubuhnya, "Siap Non!"

Vivi merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata, tubuhnya terasa sangat lelah di tambah kakinya yang sedikit nyeri akibat berjalan dengan sedikit cepat.

Ia membuka mata lalu kembali melihat ke arah jam tangan miliknya dan berdecak sebal, "Pak agak cepet ya" Ucap Vivi menyuruh supirnya untuk mengendarai mobil dengan kecepatan cukup tinggi.

Hati nya gelisah saat mendapat kabar di jam kuliahnya, pasalnya ia mendapatkan kabar itu di saat jam kuliah yang tiba-tiba di tambah. Jika jam kuliah itu tidak ada, mungkin ia tidak akan terburu-buru seperti ini.

Vivi berdecak sebal mengingat hal itu, "Tiba-tiba banget ngasih kabar, udah disini gue jitak lo pada!" gumam Vivi geram

Mobil Vivi pun memasuki Bandara, dengan cepat Vivi keluar lalu melangkah masuk. Matanya mengitar ke seluruh penjuru ruangan, tiap sudut tidak dilewatkan. Namun, ia tidak menemukan manusia yang memberi kabar padanya akan tiba di Negara tempat Vivi tinggali sekarang.

Vivi berdecak lalu melihat jam di tangannya, sudah lewat dua jam dari kabar yang diberikan seharusnya manusia itu sudah tiba lebih dulu dari Vivi.

Vivi pun duduk di bangku yang disediakan dengan handphone yang ia genggam, sesekali menelfon manusia yang memberinya kabar itu.

"Ck! delay apa ya? tapi tadi katanya udah jalan ke pesawat" Gumam Vivi sambil menatap layar handphone yang menunjukan telfon sedanf berdering.

Hujan salju turun semakin lebat membuat Vivi khawatir juga bosan dalam waktu yang bersamaan, berulang kali ia mengecek jam tangannya namun manusia yang ia tunggu tidak juga menunjukan batang hidungnya.

Setelah beberapa jam menunggu ia memutuskan untuk pulang dikarenakan hari yang mulai semakin gelap, khawatir jika akan terjadi badai salju di malam hari.

PluviophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang