Beby menuntun dan membantu Vivi berjalan karena kaki nya yang terasa semakin sakit dan membengkak.
"Tuh kan gue bilang juga apa! , mending telpon Pak Tata aja tadi , biar lo gausa jalan gini! , Sekarang kaki lo jadi tambah parah vi!" Omel Beby pada sang adik.
"Ah cerewet lo!" Balas Vivi kesal.
"Kak Beby cerewet juga demi lo drun" tambah Mira.
"Tuh dengerin si Amirudin!" Ucap Beby.
"Iyee iyee!" Ucap Vivi pasrah namun sedikit kesal.
"Emang ga bisa sembuh kak beb?" Tanya Ara
"Bisa harusnya , tapi ni anak ga mau" jawab Beby
"Lah nape drun?" Tanya Olla
Vivi pun menghembuskan nafas nya "Gue ga mau di operasi" ucap Vivi dengan penuh penekanan.
"Udahlah ntar juga sembuh sendiri" lanjutnya lagi.
"Tapi kalo ga di operasi bisa-bisa bantalan tulang rawan di lutut lo nambah robek!" Ucap Beby kesal karena adiknya sangat keras kepala.
"Dah diem berisik lo pada! Gausa bahas ini" ucap Vivi yang pada akahirnya menutup pembicaraan itu.
Vivi merupakan seorang atlet bola basket internasional tadinya , sebelum ia mengalami kecelakaan yang membuat nya cedera parah pada bagian lutut yaitu dikenal dengan ACL (Anterior Cruciate Legament) yang dimana lapisan ligamen pada lututnya robek.
Sebenarnya Vivi hanya mengalami perobekan ligamen sebagian , sehingga ia hanya mengalami beberapa terapi untuk kesembuhannya agar dapat berjalan normal lagi. Namun, Beby takut bahwa ligamen yang robek sebagian itu akan rusak keseluruhan yang membuat lutut Vivi bertambah parah.
Mengingat bahwa Vivi adalah anak yang nakal dan ceroboh.Sejatinya cedera ACL tanpa operasi dapat menyebabkan stabilitas lutut terganggu, dan berpotensi menyebabkan cedera yang lebih berat di kemudian hari. Salah satu risikonya adalah robeknya meniskus (bantalan tulang rawan).
Selama ini Vivi hanya melakukan fisioterapi untuk kesembuhannya , ia meminta pada Beby untuk tidak melakukan operasi terlebih dahulu , sedangkan Beby sudah merasa khawatir akan keadaan lutut sang adik karena cedera yang Vivi alami ini membuat lututnya jadi sensitif akan benturan. Hal itu membuat Beby menjadi overprotektif terhadap nya jika Vivi merasakan nyeri sedikit saja pada bagian lutut.
Karena cedera ini Beby meminta Vivi untuk keluar dari club bola basket internasional itu , takut jika Vivi masih bermain basket akan membuat lututnya tambah parah.
Vivi pun memasuki ruangan di dalam rumahnya yang berisikan banyak alat medis termasuk alat-alat untuk fisioterapi pada lutut nya.
"Hai dok!" Sapa Vivi pada dokter yang Beby pilih untuk menangani lutut nya.
"Hai vi! Gimana keadaannya?" Tanya dokter Tomi , dokter pribadi Vivi yang bertugas menangani cedera pada lututnya.
"Baik dok , mereka aje nih yang sibuk!" Ucap Vivi sambil melirik Beby , Ara , Olla dan Mira.
"Yee ni anak! , Tu dok lututnye badrun bengkak lagi tuh!" Ucap Olla sambil menunjuk lutut Vivi.
Dokter Tomi pun terkekeh melihat perdebatan itu.
"Kalo saya di panggil berarti kamu kenapa-napa" ucap dokter Tomi pada Vivi.
Vivi duduk diatas bangsal agar lututnya di periksa.
"Sebenernya kalo tadi ga jalan-jalan ini ga akan separah ini" jelas dokter Tomi sambil melihat kearah lutut Vivi yang memerah.
"Karena ini udah lumayan membengkak jadi di bebat aja ya vi" ucap dokter Tomi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
General Fiction⚠️WARNING!⚠️ GXG AREA (17+) No description! just read <3