Gelapnya malam dan rintik salju menjadi sebuah saksi bisu dari sebuah pertemuan. Arah mata angin pun seakan berubah mengikuti suasana hati, sebuah debaran atau bahkan ketenangan.
Disinilah mereka sekarang, Vivi dan Chika duduk di bangku panjang sebuah taman yang hanya diterangi oleh lampu jalan yang sedikit remang-remang. Mereka hanya berdiam tanpa mengucapkan sebuah kata apapun.
Angin yang bergerak dari timur ke barat juga enggan untuk mengusik mereka.
Mata Vivi fokus menatap Chika yang dari tadi menunduk memainkan jarinya.
"Hai Chik!"
Chike memejamkan kelopak matanya mendengar sapaan itu, sebuah sapaan yang menjadi kesukaan nya dari sejak pertama kali ia bertemu dengan Vivi.
Canggung, sapaan yang dulu selalu terdengar hangat kini terasa ada pembatas di dalamnya.
Chika menoleh lalu tersenyum tipis dan kembali menunduk.
"Apa kabar?" Tanya Vivi
Chika menoleh, "Baik" Ucapnya lalu kembali menunduk membuat Vivi menghela nafas berat.
Vivi menggeser tubuhnya mendekati Chika membuat Chika semakin gugup. Ia menarik bahu Chika hingga mampu menghadapnya dengan sempurna.
"Kalo ada yang ngomong itu diliat matanya"
Chika terkesima sejenak menatap Vivi dengan jarak sedekat ini, bahkan deru nafas Vivi yang hangat dengan jelas terasa di permukaan kulit wajahnya.
Vivi melepaskan tangannya dari bahu Chika dan sedikit menjauhkan tubuhnya.
"Kenapa disini?" Tanya Vivi lagi
Chika tersenyum memandangi wajah Vivi yang terlihat salah tingkah usai menyentuh pundaknya, Vivi menatap kedepan memandangi danau yang menjadi beku karena musim dingin.
"Ada urusan" Jawab Chika lengkap dengan senyumnya yang terus mengembang
'Tentu saja urusanku itu kamu Kak' Batin Chika
Vivi berdeham untuk menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berpacu dengan begitu cepat.
"Jadi ini Vio Nna?" Tanya Chika sedikit menggoda Vivi membuat Vivi menoleh lalu terkekeh melihat wajah menyebalkan Chika
Lagi, Chika terpana melihat itu. Ia sangat merindukan tawa kecil dari mulut manis Vivi.
"Kenapa kalo aku Vio Nna?"
Kini detak jantung Chika yang berpacu begitu cepat. 'Aku?' siapa sangka ia akan mendengar kata itu keluar dari mulut Vivi? bahkan ia menyangka bahwa Vivi akan berprilaku buruk padanya.
"Kenapa ga bilang?" Tanya Chika balik lengkap dengan tatapan teduh lewat manik mata cokelat itu
Vivi terkekeh lalu menatap kedepan, "Itu masa lalu ku, sakit untuk dikenang"
Chika tersenyum tipis menanggapi nya, "Kamu tau? betapa senangnya aku saat tau kalo seorang Viona Fadrin adalah orang yang selama ini aku kagumi"
Vivi kembali menoleh, sedikit bingung dengan maksud dari ucapan Chika.
"Ya sebut aja aku fans kamu, yang dari dulu selalu ngikutin cara kamu main basket"
Vivi tersenyum tipis, dadanya menghangat mendengar penuturan Chika.
"Dan ternyata orang yang ku kagumi itu orang terdekat ku" Chika tersenyum manis menatap wajah Vivi yang tampak merona
"Itu dulu, aku bukan Vio Nna lagi. Bahkan ga akan bisa jadi Vio Nna"
Vivi menatap kedua lututnya, Chika pun melihat arah pandang Vivi.
"Gimana pun kamu sekarang kamu tetap Vio Nna, walau sebenarnya yang aku kenal itu Kak Vivi dengan ribuan gombal juga keusilan nya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
Ficção Geral⚠️WARNING!⚠️ GXG AREA (17+) No description! just read <3