24. INCIDENT

208 34 0
                                    

Setelah menelepon ambulans, cowok itu keluar dari kamarnya dan langsung masuk ke kamar bekas Nasa tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia melihat sahabatnya yang ketiduran dengan buku kalkulus di atas wajahnya. Januar menggoyangkan tubuh Chaka.

"Chak, bangun Chak. Anterin gue ke rumah Nasa sekarang," ujar Januar cepat.

Chaka mengerang dan mengubah posisi tidurnya.  "Ada apaan sih?"

"Kakak kelas yang pernah lo tembak waktu SMA—Hanna, kena tusuk sama seseorang di rumah Nasa."

"Hah?"

Januar melempar jaket Chaka hingga mendarat sempurna di wajahnya. "Nanti gue ceritain di jalan, cepat anterin gue!"

Chaka beranjak dari tidurnya dan mengambil kunci motor yang tergeletak di atas meja. Cowok itu berlari dan menyusul Januar yang tengah menekan tombol lift. Tak henti-hentinya, Januar menghentakkan kakinya resah sembari menunggu pintu lift terbuka.

"Apa maksud lo Hanna ada di rumah Nasa?"

Januar menengokkan kepalanya ke arah Chaka. "Gue lupa bilang ini ke lo, tadi Nasa kenalin gue ke Hanna kalau dia asistennya. Gue bener-bener kaget kalo yang Nasa kenalin adalah Hanna yang pernah lo tembak waktu upacara sekolah."

Pintu lift terbuka, mereka berdua langsung masuk ke dalam kotak besi yang mengantarkan mereka menuju lantai dasar. "Terus setelah lo balik abis pinjem tipe-x, Nasa telepon kalau dia di rumah cuma berdua doang sama Hanna, dia percayain Hanna karena asistennya itu bisa taekwondo. Padahal sebelumnya gue udah suruh Nasa buat sewa bodyguard, tapi dia nggak mau."

Chaka termenung mendengar pernyataan Januar. "Hanna emang bisa taekwondo dan punya sabuk hitam."

Pintu lift terbuka. Chaka langsung berlari untuk mengambil motornya. Ia melempar helmnya pada Januar saat kembali di hadapannya. "Di mana rumah Nasa?"

"Jalan Anyelir No.5 pagar hitam," jawab Januar yang masih mengingat jelas ucapan Nasa di balik teleponnya.

"Ayo cepat naik."

Dengan mengebut, sahabatnya itu menyusuri jalanan yang cukup sepi. Jam pada layar ponsel Januar menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Ia cemas dengan keadaan Nasa dan Hanna. Selama di perjalanan, tak henti-hentinya ia berdoa. Berharap bahwa ambulans segera datang ke rumah cewek itu sehingga dapat menyelamatkan asisten Nasa. 

Cowok itu melihat wajah Chaka dari kaca spion. Rahangnya mengeras selagi ia mencoba fokus berkendara. Walaupun tampak dari luar Chaka terlihat baik-baik saja, tapi Januar tahu bahwa Chaka sedang tidak baik-baik saja. Suatu hari Chaka pernah bilang padanya, sebanyak apapun cewek yang mendekatinya, ia akan menolaknya. Sekalipun ia pernah dipermalukan di depan khalayak ramai oleh Hanna, Chaka tidak peduli sama sekali. Hatinya memang diperuntukkan hanya untuk Hanna seorang.

Alias memang sepertinya Chaka sudah cinta mati padanya.

Sampai di tempat tujuan, mereka berdua melihat ambulans dan beberapa mobil kepolisian terparkir di halaman depan rumah penyanyi terkenal itu. Garis polisi melintang di sekitar area dengan penjagaan agar tidak ada yang masuk ke tempat kejadian perkara.

Para tetangga berkerumun karena penasaran dan beberapa diantara mereka mengeluarkan ponselnya untuk merekam kejadian.

Astaga, di mana empati mereka?

Januar menengok untuk melihat Chaka, tetapi cowok itu meninggalkannya duluan dan tengah berdebat dengan polisi agar diizinkan masuk.

"Korbannya pacar saya, Pak! Minggir!" seru Chaka geram.

Januar melihat Nasa yang baru saja keluar dari rumahnya sembari mendorong ranjang darurat bersama para petugas. Melihat keadaan Nasa yang penuh akan darah pada piyamanya, Januar langsung mendorong Chaka dan berhasil menyerobot penjagaan polisi.

Under Nasa's SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang