33. IS IT THE ENDING?

190 27 3
                                    

Nasa menyudahi pembicaraannya dengan mama Januar dengan tertawa. Sekali lagi ia menundukkan kepalanya di depan layar ponsel yang dipegangnya sebagai bentuk hormat terhadap orang yang lebih tua.

"Jangan lupa mampir ke rumah Tante  ya, Nas! Tante bakal bilang ke Januar supaya dia ajak kamu saat liburan semester nanti!"

"Siap, Tante!"

Julia—mama Januar, mengakhiri panggilan videonya. Cewek itu memasang wajah datarnya kembali dan melihat isi grup keluarga Januar yang terbuka begitu saja setelah panggilan diakhiri.

Ugh, pantesan aja grupnya rame. Batin Nasa menggerutu.

Bagaimana tidak? Cowok itu memang mengarsipkan fotonya dengan Nasa di Instagram, namun ia secara terang-terangan memasang foto tersebut di status WhatsApp-nya dengan caption emot tuan peri disertai tanda hati dengan api. Tanpa babibu, Nasa langsung menghapusnya. Tak hanya itu, Januar juga tidak menghiraukan pesan Chaka yang hingga kini notifikasi dari sahabatnya itu sudah mencapai 100 lebih.

"Chaka spam chat lo tuh, telepon kek. Nggak kasihan lo bikin dia khawatir?"

Januar mengangkat kepala dan meraih ponselnya. Wajah riangnya menjadi lesu seketika saat Nasa bersikap dingin terhadapnya.

"Untung lo ngebagiin status itu ke keluarga dan temen deket lo. Sekali lagi, gue mohon sama lo, tolong jangan diulangi. Gue gak mau kehidupan normal lo terekspos media gara-gara gue. Hidup dengan kamera yang berada di sekeliling lo itu benar-benar gak enak tahu gak?"

"Gue janji gak akan ngulangin lagi."

Nasa mengangkat jari kelingkingnya di hadapan wajah Januar. "Lo udah dua kali berjanji hari ini. Tolong jangan rusak janji lo."

Januar menautkan jari kelingkingnya dengan Nasa.

"Mendingan lo langsung chat atau telepon Chaka. Lo nginep di rumah gue juga gak bilang-bilang kan?"

"Udah."

Nasa melihat jam di tangannya kemudian berdiri. "Ayo balik."

Selama di perjalanan, keduanya diam membisu dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Ada satu pertanyaan yang ingin Januar tanyakan pada cewek di sebelahnya. Pertanyaaan ini mengusik pikirannya setelah Nasa mengobrol dengan mamanya.

"Nas, kenapa lo terima telepon nyokap gue, alih-alih kita bisa berbohong?

"Nyokap lo udah dengar suara gue. Masa iya gue harus bohong?"

"Kan gue bisa bilang kalau gue lagi sama teman. Mana nyokap gue gak ngasih kesempatan buat lo bicara. Sekarang dia bener-bener nganggep lo pacar gue."

Nasa menengokkan kepalanya dan melihat Januar yang kini tengah menunduk. "Itu kan yang lo mau? Segala pakai emot hati lagi di caption status WA, apaan coba."

"Itu typo!" seru Januar sedikit berteriak.

"Banyak alasan," timpal Nasa memutar bola matanya.

Mobil yang dikendarai Nasa berhenti di depan apartemen Januar. Cowok itu segera keluar dari mobil dan mengambil tas belanjaannya di bagasi belakang. Ia kembali melihat Nasa yang membuka kaca mobilnya.

"Besok lo gak usah ke pengadilan semisal masih ada jadwal kuliah. Kalaupun bisa, gue gak menyarankan lo pergi, karena gue gak mau lihat lo trauma gara-gara Prasetyo. Nanti update selanjutnya akan gue kabarin lagi."

Januar mengangguk lesu. "Hati-hati."

Nasa menutup kaca mobilnya dan membunyikan satu klakson sebagai salam perpisahan. Januar hanya bisa merengut saat ia melangkah. Cowok itu menekan nomor lift apartemennya dan menunggu pintu lift untuk segera terbuka.

Under Nasa's SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang