Sebuah ruangan yang cukup dingin dengan penerangan minim membuat suasana terlihat mencekam. Seorang pemuda melangkah sembari membuang puntung rokoknya lalu mematikan api dengan cara menginjaknya. Ia tersenyum miring saat mendengar percakapan antara Nasa dan Januar dari sebuah alat perekam suara.
Apa yang kedua orang tolol itu rencanakan? Memanggil Arka?
Dirinya kembali tertawa terbahak-bahak, menatap papan yang begitu besar, berisi sebuah rencana yang sudah ia susun dengan matang.
Nasa Zevanya adalah target utamanya.
Sebuah foto keluar dari mesin printer. Pemuda itu mengambilnya lalu menempel foto tersebut di sebelah Nasa.
"Menarik," ucapnya sambil mengusap dagunya.
Ia mengambil ponsel dari kantongnya lalu menekan angka satu untuk menelepon seseorang. "Lo tahu apa yang harus lo lakukan 'kan?"
Sebuah suara dari balik telepon menjawabnya dengan patuh.
"Lakukan sekarang."
Jarinya menggeser layar ponsel untuk mematikan telepon. Ia mengambil spidol merah lalu mencoret dua foto yang menempel pada papannya.
Senyum miring terukir pada wajahnya saat melihat foto Arka dan Veronica yang telah ia coret.
"Let's see what will happen next."
• • • • • •
Arka memukul samsak berkali-kali dengan penuh emosi. Orang-orang yang kini berada di tempat fitness memerhatikannya dari kejauhan. Di benak mereka timbul pertanyaan mengapa Arka tidak bersikap seperti biasanya.
"Lo tahu Arka kenapa?" tanya salah seorang member yang mengelap keringatnya.
Teman dekat Arka, yaitu Darren mengedikkan bahu."Nggak tahu, Bro. Dia dateng ke sini dengan keadaan cemberut. Biasanya riang banget."
Arka memberhentikan kegiatannya dan terduduk untuk mengatur napas. Tubuhnya sudah lengket karena keringat. Darren menghampirinya sembari melempar sebuah air mineral ke arahnya. Arka menangkapnya dengan tepat.
"Lo kenapa? Ada masalah? Soal Nasa?" tanya Darren bertubi-tubi yang membuat Arka menatapnya tajam.
"Ada masalah yang lebih penting dan harus diurus daripada Nasa," ucap Arka serius.
"Apa tuh?"
"Gue membuat kesalahan yang benar-benar fatal," jawabnya lagi sembari membuka tutup air mineral lalu meneguknya.
Darren mengernyitkan dahi. "Bisa nggak lo ngomong jangan setengah-setengah?"
Arka menatap lurus ke depan. "Gue-"
Suara deringan telepon terdengar di telinganya. Arka beranjak untuk mengambil ponsel dan mendapati nomor yang tidak dikenalnya. Ia segera mematikannya. Namun, nomor itu kembali meneleponnya membuat Arka kesal dan mengubahnya menjadi mode pesawat. Arka bukan tipikal orang yang mengangkat telepon dengan nomor tidak dikenal. Hal itu sering terjadi, dan pasti yang meneleponnya tidak jauh dari orang bank. Makanya ia tidak mau mengangkatnya. Menurutnya, mengangkat telepon orang yang tidak dikenal hanya akan membuang-buang waktu.
"Gue cabut dulu," ucap Arka yang mengambil handuknya.
"Mau ke mana lo?"
"Rumah Vee."
• • • • •
"Shit, nggak diangkat!" keluh Januar dengan mendengus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Under Nasa's Spell
Novela JuvenilMemiliki banyak tato tidak harus dicap sebagai anak nakal. Januar Wiranda adalah contohnya. Walaupun banyak tato yang menempel pada lengannya, sikap Januar jauh berbeda dari penampilannya. Otaknya yang bisa dibilang cerdas, menjadi salah satu daya t...