19. PRESS CONFERENCE

222 41 7
                                    

Nasa terus berlari dengan tidak menghiraukan panggilan Januar.
Melewati parkiran, mata cewek itu tidak sengaja menatap Chaka yang baru saja keluar dari mobil. Tanpa pikir panjang, ia memanggil nama sahabat Januar.

Yang dipanggil menengok ke arah suara. Bibir yang tertarik ke atas disertai lambaian tangan menyambut Nasa. Mata lelaki itu juga menangkap Januar yang lelah karena sehabis mengejar Nasa.

"Lo kelihatan buru-buru. Ada apa, Nas?"

"Bisa antar gue?" tanya Nasa cepat kepada Chaka.

Mata Chaka seketika menatap Januar yang berdiri di belakang cewek itu. Sorot matanya dipenuhi dengan pertanyaan mengenai maksud dari Nasa. Sementara Januar langsung menggelengkan kepalanya, kedua tangan lelaki itu juga membentuk huruf X agar Chaka menolak permintaan Nasa.

Chaka mengusap dagunya dan tersenyum miring. "Kasih gue satu alasan, kenapa gue harus nganterin lo."

"Lo nggak mau karir gue hancur kan? Ayo cepat anterin gue!" seru Nasa lagi.

Raut wajah panik terpampang di wajah Chaka setelah Nasa mengatakan alasannya. Cowok berkacamata itu menekan kunci mobilnya hingga kendaraan beroda empat itu berbunyi.

"Ayo cepat, gue antar!"

Januar menonjok angin saking kesalnya karena ulah Chaka.

Nasa duduk di kursi sebelah pengemudi, sementara Januar di kursi penumpang. Chaka sebagai sopir, melakukan keahliannya dengan mengeluarkan mobil dari parkiran tanpa lecet sekalipun. Ia memberikan tiket parkir pada petugas, lalu keluar dari area kampus dengan menancap gas.

"Nas, lo bener-bener serius?! Jangan sampai lo nyesel ngelakuin ini!" seru Januar dengan nada tinggi.

"Januar, ucapan temen-temen lo tadi tuh ada benarnya. Kalo gue nggak di sana, mereka akan mengarang bebas. Gue sih udah sebodo amat kalau mereka mau klarifikasi hubungan, tapi masalahnya ini juga menyangkut nama gue! Mereka nggak bisa seenaknya ngarang Nasa Zevanya ngilang gara-gara putus cinta dan blah, blah, blah. Nggak bisa! Udah cukup gue nahan kesabaran dari kemarin. Ini ranahnya udah ke awak media!"

Chaka melihat keduanya dengan canggung. Merasa bersalah karena berada di posisi yang tidak seharusnya dan juga tidak mengerti dengan topik yang dibicarakan. Cowok itu mengangkat salah satu tangannya kemudian melontarkan satu pertanyaan. "Maaf nih gue interupsi kalian, tapi gue bingung. Ini kita mau ke mana?"

"Harmony Hall. Lo tahu kan?"

Chaka memberhentikan kendaraannya. Ia menatap Nasa serius. "Itu tempat konferensi pers Arka sama manajer lo kan? Lo beneran mau ke sana?"

"Iya, astaga. Udah cepet jalan sebelum klarifikasinya dimulai!" sentak Nasa sembari memberengut.

Di belakangnya, Januar menghela napas. Ia bisa melihat bahwa Nasa adalah orang yang sedikit plin plan jika sudah menyangkut masalah hati. Kemarin bilang tidak, hari ini bilang iya. Cowok itu mendecakkan lidah. Ah, sudahlah. Itu bukanlah urusannya, mengapa Januar harus ikut campur? Hubungannya dengan Nasa adalah hanya sebagai pemilik dan penyewa apartemen.

Tapi tetap saja....

Januar menendang jok kursi Chaka karena terlalu frustasi. Menghadapi Nasa yang keras kepala lebih sulit daripada soal matematika.

Dalam waktu dua puluh menit, mobil Chaka berhenti di sebuah gedung yang biasanya digunakan untuk sebuah pertemuan. Letaknya hanya lima menit dari tempat agensi Nasa berada. Banyak para awak media yang keluar masuk dari gedung tersebut dengan membawa kamera dan juga mikrofon.

Satu pertanyaan terlontar di batin cewek itu. Berapa banyak yang Arka undang untuk membuat klarifikasi sampah ini?

Nasa yang hendak membuka pintu mobil langsung berhenti, saat seseorang yang duduk di sebelahnya memanggil namanya.

Under Nasa's SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang