45. ANOTHER TWIST

61 7 0
                                    

Januar menghampiri Nasa yang diam membeku menatap layar ponselnya. Wajahnya terlihat pucat dengan mata yang membesar, seolah baru saja melihat sesuatu yang mengusik kedamaiannya.

"Nasa, ada apa?" tanya Januar dengan cemas.

Namun, Nasa hanya terdiam, pandangannya kosong. Di dalam pikirannya, berbagai kemungkinan berputar tanpa henti. Pesan teks yang baru ia terima seperti mencabut kembali luka lama yang hampir tertutup.

"Nasa, bicara sama aku," Januar mengguncang bahunya pelan, berusaha menarik Nasa keluar dari pikirannya yang kalut.

Seketika Nasa mengalihkan pandangannya ke arah Januar dengan menunjukkan layar ponselnya. Cowok itu membaca pesannya. "Siapa yang kirim ini? Apa dia serius?"

Nasa menggeleng, mencoba menenangkan dirinya meski hatinya berdebar kencang. "Aku gak tahu, tapi sepertinya dia adalah cowok yang aku kejar barusan. Setelah dia menghilang, pesan ini muncul."

"Ikut aku, kita gak bisa bicara di sini."

Cowok itu menarik pergelangan Nasa dengan lembut, keduanya melangkah menuju area basement di mana tempat mobil mereka terparkir. Januar membuka pintu penumpang bagian depan dan menyuruh Nasa untuk masuk. Sementara Januar berputar menuju kursi kemudinya.

"Boleh aku lihat pesannya sekali lagi?" tanya Januar.

Nasa menggigit kukunya dengan gelisah, sesuatu yang hanya dilakukannya ketika benar-benar tertekan. Januar, yang selalu mengenali tanda-tanda kegelisahan Nasa, mengambil ponsel dari tangannya. Wajahnya menunjukkan ekspresi serius, seolah mencoba menyatukan potongan-potongan informasi yang terpecah. Semakin dia berpikir, semakin sulit baginya untuk menemukan jawaban yang masuk akal.

Pria misterius yang muncul di pernikahan dan pesan yang baru saja diterima Nasa, keduanya seperti bagian dari teka-teki rumit yang belum terpecahkan. Satu hal yang pasti, jika pria itu datang ke acara pernikahan Arka dan Vee, sudah jelas bahwa dia bukan orang sembarangan.

Mata Januar membulat saat sebuah ingatan terlintas di kepalanya. "Orang yang tadi kamu lihat, yang pakai kemeja biru muda, kan?"

Nasa mengangguk pelan. Cowok itu mengeluarkan ponselnya dan membuka sebuah video yang ia simpan dari rekaman CCTV di perpustakaan tempat ia bekerja.

"Beberapa hari yang lalu, dia pernah datang ke perpustakaan saat aku sedang kerja," ucap Januar sambil memutar video. "Waktu itu dia pakai pakaian serba hitam, dan wajahnya ditutupi masker serta topi."

Nasa mengerutkan kening. "Kok kamu bisa tahu kalau itu dia?"

Januar menggeser rekaman video ke bagian sebelumnya dan menunjukkan sebuah klip yang memperlihatkan area parkiran di luar gedung perpustakaan. Video itu menampilkan seorang pria yang tengah mengenakan topi dan masker hitam sebelum berjalan santai memasuki perpustakaan. Januar memperbesar video sehingga wajah pria itu terlihat jelas sesaat sebelum memasuki gedung.

"Awalnya aku nggak begitu pusingin," jelas Januar. "Saat aku melihat dia mondar-mandir di rak buku, aku kira dia lagi cari buku yang belum ketemu. Jadi, aku samperin buat nawarin bantuan. Tapi, begitu aku dekati, dia langsung kabur. Aku sempat bingung dan merasa ada yang aneh, tapi akhirnya cuma aku cuekin. Terus karena firasatku gak enak, keesokan harinya aku minta rekaman CCTV ini ke penjaga keamanan."

Januar menatap Nasa dengan serius. "Untungnya, wajahnya kelihatan jelas di parkiran, jadi aku nggak terlalu khawatir waktu itu. Aku pikir, mungkin cuma kebetulan aja dia datang dengan fashion yang kayak gitu."

"Kenapa kamu gak bilang dari awal kalau pernah lihat dia?" tanya Nasa, mengingat kejadian sebelumnya.

"Aku gak kepikiran, baru sadar tadi," jawab Januar dengan nada sedikit menyesal.

Under Nasa's SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang