Berbagai pertanyaan terlintas di kepala sepasang kekasih itu saat pria di hahadapannya mengaku sebagai anak Prasetyo. Bagaimana bisa? Memang pria di hadapannya saat ini memberikan banyak bukti terkait Prasetyo, tetapi rasanya sangat tidak mungkin kalau dia adalah Angga Utomo.
"Dilihat dari ekspresi kalian, pasti kalian gak percaya," ujarnya dengan beranjak dari kursinya.
Januar dan Nasa membulatkan mata saat pria muda itu membereskan dokumen yang berada di atas meja.
"Kamu mau ke mana?" tanya Januar.
"Ikut aku. Apartemenku gak jauh dari kafe ini. Di sana, kalian akan melihat semua bukti yang aku kumpulkan selama ini."
Januar dan Nasa saling bertukar pandang, perasaan ragu dan bingung tergambar jelas di wajah mereka. Namun, entah bagaimana, mereka merasa terdorong untuk mengikuti pria yang mengaku sebagai Angga Utomo ini. Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat mereka percaya bahwa dia serius—bahwa ada lebih banyak kebenaran yang belum mereka ketahui.
Mereka keluar dari kafe dan menyusuri jalanan yang mulai sepi. Dengan jalan beriringan, Januar membuka suaranya. "Kamu yang waktu itu ada di perpustakaan pakai baju hitam-hitam kan?"
"Yep," jawabnya singkat.
"Kenapa kabur?"
"It's not a good timing, I guess. Lagipula Nasa juga gak ada. Hal kayak gini Nasa kudu ikut karena dia adalah bagian paling penting dari semua ini."
Nasa mengeratkan blazer milik Januar yang melekat di tubuhnya dan mengalungkan kedua lengannya di tangan kanan kekasihnya. Matanya melirik ke arah Angga. "Bet you already change your name, didn't you? Siapa nama kamu sekarang? Gak mungkin juga kan kamu pake nama Angga?"
"Revan Wishnuteja."
Mata Nasa terbelalak saat mendengar nama belakangnya. Kini ia mengerti mengapa Angga yang asli bisa hadir di pernikahan Arka dan Veronica. Bagaimana tidak, Wishuteja adalah nama yang tidak asing di telinganya. Ia merupakan bagian dari keluarga konglomerat pendiri Teja Hospital, salah satu rumah sakit swasta paling bergengsi di ibukota.
"Since I reveal my name, boleh gak kita ngobrolnya kasual aja. I mean with gue-lo things karena aku-kamu bikin gue gak nyaman banget. Lagipula umur kita juga gak jauh beda."
"Ya, ya, terserah lo, deh. Anyway, kalo emang lo beneran Angga yang asli. Kok bisa jadi bagian keluarga Wishnuteja? Terus sekarang gue harus manggil lo dengan nama asli atau nama palsu lo?" tanya Nasa lagi.
"Whoa chills. Gak ada yang namanya nama asli atau palsu. That's my legal name. Untuk sekarang panggil gue dengan nama Revan karena nama Angga Utomo udah gue kubur dalam-dalam. Untuk pertanyaan lo, akan gue jawab nanti pas udah sampai di apartemen gue."
"Masih lama?" tanya Januar mengangkat alisnya.
Revan menunjuk sebuah gedung apartemen yang tidak jauh dari tempatnya melangkahkan kaki. Hawa malam yang sejuk tidak mampu meredakan rasa cemas Nasa dan Januar tentang apa yang akan ditunjukkan Revan.
Sesampainya di apartemen, tepatnya di lantai tiga, Revan membuka pintu dan mempersilakan sepasang kekasih itu untuk masuk. Interiornya cukup sederhana dengan pencahayaan redup yang membuat suasana terasa mencekam. Revan menyalakan lampu dan tersenyum tipis. "Gak serem, kok. Tenang aja."
Setelah itu kaki Revan melangkah menuju tirai yang tertutup. Ia menarik tali tirai dan terlihatlah papan besar yang menempel di dinding di mana penuh dengan catatan, foto, dan diagram yang masing-masing terhubung dengan benang merah.
Nasa dan Januar membuka mulutnya, tanda bahwa mereka tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Foto keduanya ikut terpajang di papan besar itu, di mana benang merah saling terkait ke arah Prasetyo dengan masing-masing kasus yang dihadapi di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Nasa's Spell
Ficção AdolescenteMemiliki banyak tato tidak harus dicap sebagai anak nakal. Januar Wiranda adalah contohnya. Walaupun banyak tato yang menempel pada lengannya, sikap Januar jauh berbeda dari penampilannya. Otaknya yang bisa dibilang cerdas, menjadi salah satu daya t...