"Kembaliannya ambil aja, Pak!" seru Nasa yang kemudian berlari meninggalkan pengemudi ojek.
"Mba ini kebanyakan!"
Nasa hanya melambaikan tangannya tanpa menengok ke belakang, tanda bahwa ia tidak memedulikannya. Cewek itu masuk ke ruangan IGD dan bertanya pada salah satu suster yang berjaga di balik meja. Napasnya terdengar memburu saat menanyai keberadaan Januar.
Sementara suster yang berjaga tampak gugup saat melihat seorang Nasa Zevanya berada di hadapannya. Dengan sedikit menunduk, suster itu menunjuk salah satu ranjang yang tertutup dengan gorden bersekat. "Di sana, Mba Nasa."
"Oke, thanks!"
Segera Nasa menghampiri ranjang yang ditunjuk sebelumnya, dan membuka sedikit gorden tersebut hingga ia melihat keberadaan Januar yang masih belum sadarkan diri. Nasa menyerobot masuk dan menyisir rambut depan Januar ke atas, melihat luka yang ia sebabkan sebelumnya. "Chaka ... Januar kenapa bisa pingsan? Tadi dia baik-baik aja 'kan? Apa ini karena luka di kepalanya?"
Chaka menggelengkan kepalanya. "Waktu lo cabut dari konferensi pers sama agensi lo, Januar ngeliat seseorang terus panik. Ngucapin kalimat yang nggak masuk akal dan nyuruh gue bawa dia keluar dari ruangan itu. Kata dokter, Januar kena serangan panik, kemungkinan karena trauma di masa lalu."
"Trauma? Apa yang terakhir Januar ucapin ke lo sebelum dia pingsan?"
"Dia minta tolong ke gue buat bawa dia keluar dari ruangan, ekspresinya cukup ketakutan karena katanya seseorang bakal ngebunuh dia. Gue saat itu bener-bener nggak ngerti, karena dia nggak pernah cerita apa-apa ke gue sebelumnya. Saat gue berhasil bawa dia keluar, Januar pingsan. Karena gue takut terjadi apa-apa, akhirnya gue bawa dia ke rumah sakit. Kak Juan juga udah gue hubungin dan dia lagi otewe ke sini."
Kaki Nasa lunglai seketika. Chaka memberikannya sebuah kursi agar cewek itu dapat beristirahat sejenak. Mendengar cerita Chaka, Nasa jadi teringat bahwa sebelumnya Januar pernah mengigau di dalam tidurnya, yang berakhir dengan dirinya yang menemani lelaki itu semalaman sambil memegang tangannya. Permintaannya juga hampir sama seperti Chaka.
"Tolong... gue takut..."
Apa igauan Januar malam itu berhubungan dengan traumanya di masa lalu? Apa pengalaman mengerikan yang pernah terjadi sebelumnya hingga Januar berakhir seperti ini?
Seseorang tiba-tiba menggeser sekat gorden dan membuat Nasa dan Chaka terperanjat. Juan yang panik menepuk pipi adiknya berkali-kali. "Januar, bangun!"
Chaka menahan tangan pria berumur kepala tiga itu. "Kak, biarin Januar istirahat dulu."
Baru pertama kalinya, Nasa melihat Juan yang berkaca-kaca melihat Januar terbaring di ranjang rumah sakit. Ia menatap Chaka dengan serius kemudian melontarkan pertanyaannya. "Lo tahu siapa yang Januar lihat di acara konferensi saat itu?"
Gelengan kepala lagi-lagi menjadi jawaban Chaka. "Gue nggak tahu, Kak. Kondisi saat itu bener-bener ramai sama reporter yang ngejar Nasa."
Juan mengusap wajahnya frustasi. Langkah kakinya mondar-mandir sembari menunggu adiknya siuman. Ia menatap Nasa dengan mata yang terbuka lebar saat mengingat sesuatu. "Yang ngadain konferensi Arka dan Vee 'kan? Lo punya nomor telepon salah satu dari mereka?"
"Ada di hape lama gue, tapi gue hapal nomor Arka. Buat apa?"
"Minta izin buat periksa CCTV gedung."
Seketika dahi Nasa mengernyit. Nasa yang rasa penasarannya sudah tidak dapat dibendung lagi, memilih untuk bertanya pada Juan. "Gue denger dari dokter kalau Januar mengalami serangan panik karena trauma di masa lalu. Apa yang terjadi, Juan? Kenapa lo sampai bela-belain periksa CCTV gedung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Nasa's Spell
Ficção AdolescenteMemiliki banyak tato tidak harus dicap sebagai anak nakal. Januar Wiranda adalah contohnya. Walaupun banyak tato yang menempel pada lengannya, sikap Januar jauh berbeda dari penampilannya. Otaknya yang bisa dibilang cerdas, menjadi salah satu daya t...