29. THE CRIMINAL LAW

225 27 1
                                    

Rintik hujan disertai gemuruh membasahi jalanan ibukota. Radio di dalam taksi yang mereka naiki tiba-tiba memutar lagu pop milik Nasa yang bertajuk The Only One. Lagu ini Nasa ciptakan secara tak sengaja saat memikirkan hubungan harmonis mendiang orang tuanya. Keduanya jarang sekali bertengkar dan saling melengkapi kekurangan satu sama lain.

Lagu dengan melodi indah ini sering dinyanyikan di acara pernikahan, karena berisi tentang pernyataan cinta seseorang yang ingin menua bersama hingga akhir hayat. Jika Nasa diberi kesempatan, ia pun ingin menyanyikan lagunya secara langsung di depan lelaki yang ia cintai di pernikahannya nanti.

Ngomong-ngomong, saat ini Nasa dan Januar terjebak kemacetan parah karena adanya perbaikan jalan yang membuat perjalanan mereka berlangsung lebih lama dari biasanya. Keduanya diam membisu dengan pikirannya masing-masing.

Tidak betah karena saling diam-diaman, Nasa menengokkan kepalanya dan melihat Januar yang fokus menatap jalanan dengan bulir air hujan yang turun melalui kaca mobil. Tatapan matanya terlihat sendu seakan memikirkan sesuatu yang membuatnya sedih.

"Lo nggak apa-apa, Januar?" tanya Nasa yang akhirnya memecahkan keheningan di antara mereka.

Januar menghela napas sebelum menjawab pertanyaannya. "Gue khawatir dengan masa depan Ibra. Gue nggak mau dia mengalami trauma berat seperti yang gue alami karena insiden ini."

Semenjak Januar melepas kepergian Ibra yang ingin bertemu dengan kedua orang tua kandungnya, Januar memang lebih banyak melamun dan diam seribu bahasa. Bahkan untuk memesan taksi online pun, Nasa lah yang melakukannya karena tidak ada pergerakan sama sekali dari Januar. Mungkin jika tidak ada Nasa, cowok itu hanya berdiri mematung hingga polisi yang selesai menyelidiki TKP menyadarkannya dari lamunan.

Nasa memainkan buku jarinya sebelum menjawab pertanyaan Januar. "Gue akan bantu Ibra untuk mendapatkan bimbingan profesional. Gue akan pastikan kalau Ibra bisa sembuh dari lukanya."

Air mata Januar tiba-tiba jatuh dari pipinya. Cowok itu segera menghapusnya sebelum Nasa melihatnya.

"You don't need to hide your tears, Januar. If you want to cry, then cry. We are all human beings and we all have feelings. So, it's okay to express your feelings by crying."

Januar merentangkan tangannya tiba-tiba, yang membuat Nasa mengernyit karena bingung. Ia mulai mengerti saat melihat kode yang diberikan oleh cowok itu. Kedua tangan Nasa langsung menepisnya cepat. "Modus."

Cowok itu hanya tersenyum kecil dan kembali duduk seperti semula. Perasaan bersalah Nasa muncul saat Januar kembali menyandarkan kepalanya pada kaca dan melamun. Nasa yang kesal melihatnya langsung menarik tangan cowok itu dan memeluknya. Tangannya menepuk punggung Januar dan membisikkan sesuatu. "Lo seharusnya patut bersyukur, penggemar gue harus beli 100 album dulu buat dapetin pelukan dari gue."

Di balik pelukannya, Januar yang sedang menahan tangis, tertawa karena gurauannya. Januar tahu itu. Chaka pernah mengeluh padanya akan sistem fanmeet atau temu idola Nasa Zevanya yang mengharuskannya untuk membeli banyak album. Sudah menghamburkan uang banyak, belum tentu juga bisa bertemu dengan Nasa secara dekat, karena nyatanya pembelian album itu akan diundi lagi.

Penyanyi sensasional yang memiliki banyak penggemar ini memang beda.

Nasa melepaskan pelukannya saat taksi yang mereka naiki berhenti di tempat tujuan. Sebuah mobil sedan berwarna putih terparkir di halaman depannya yang dipasangi oleh garis polisi. Ekspresi Nasa berubah seketika. Untuk apa wanita itu ke rumahnya?

"Itu mobil siapa, Nas?" tanya Januar yang mengikuti pandangan Nasa.

Nasa meresponsnya dengan bergumam. "Vee. Kita putar arah deh, Januar. Gue balik ke apartemen lo."

Under Nasa's SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang