Januar seperti tidak punya harga diri lagi di depan Nasa. Dia melepas ciumannya paksa dan mundur satu langkah hingga punggungnya menabrak bilik toilet. Suara deringan ponsel, membuat perhatian Veronica teralihkan. Wanita itu segera mengambilnya dari dalam tas dan mengangkatnya.
"Halo? Iya, ini gue mau ke sana. Sebentar."
Suara Veronica saat berbicara memang sangat jelas. Namun, pandangan Januar hanya tertuju pada cewek di hadapannya yang sedang mendengar percakapan Veronica. Sudah dua kali hal ini terjadi, dan ia tidak mau kelepasan seperti malam itu. Malam di mana, ia membalas ciuman Nasa saat cewek itu tidak sadar.
"Aduuhh, iya sabar dong Arka!" keluh Veronica pada lawan bicaranya di telepon.
Nasa refleks menutup mulutnya dengan mata yang terbelalak. Apakah Arka juga berada di dalam mal ini?
Astaga, mengapa dua orang yang harusnya ia hindari saat ini bisa berada di tempat yang sama dengannya?! Terdengar suara langkah kaki semakin menjauh, Nasa membuka pintu dan celingak-celinguk melihat keadaan. Untungnya toilet saat itu sedang sepi, ia langsung keluar dari toilet dengan menarik tangan Januar dan menggenggamnya. "Kita harus pergi dari mal ini. Kondisinya nggak aman."
Januar memberhentikan langkahnya dan melepas genggaman tangan Nasa. "Minta maaf."
Nasa berbalik. "Kenapa?"
Januar tidak percaya bahwa kata tersebut keluar dari mulutnya. Cowok itu mendecak dan meninggalkannya duluan dengan langkah yang cukup cepat.
Kenapa tiba-tiba hatinya sakit saat diperlakukan seperti ini?
"Januar!" teriak Nasa yang mengejarnya dari belakang.
Cowok bertato itu tak menghiraukan teriakan Nasa. Hari Valentine di mana Januar seharusnya bisa menyelesaikan salah satu bucket list-nya, yakni menonton film Spiderman terbaru, gagal karena Nasa. Ditambah Nasa yang sama sekali tidak merasa bersalah karena barusan menciumnya.
"Januar jalannya jangan cepet-cepet!" seru Nasa lagi yang membuat cowok itu langsung berhenti melangkah. Nasa menyusulnya dan langsung menggapai lengan Januar.
"Jangan pegang tangan, lo bukan anak-anak," keluh cowok itu yang kemudian melepaskan tangan Nasa.
Nasa tidak menghiraukan kalimat yang diucapkan Januar dan kembali mengalungkan lengannya. "Ah, iya. Soal tadi di toilet? Gue minta maaf okay? Suara lo saat cegukan kentara banget cowoknya. Gue terlanjur panik karena takut ketahuan Vee dan hanya cara itu yang dapat gue pikirkan. Tapi setelah itu cegukannya hilang 'kan? And by the way, is that your first kiss?"
Januar menyembunyikan pipinya yang memerah dengan berjalan cepat. Membicarakan hal itu membuat Januar malu dan otaknya kembali mengingat akan malam itu.
Jika Januar berani menjawab, maka cowok itu akan menjawab iya. Nasa mencuri ciuman pertamanya, karena selama hidupnya ia tidak pernah menyukai seseorang.
Nasa mensejajarkan langkahnya lalu menutup mulutnya, saat Januar enggan untuk menjawab pertanyaannya. Tangan Nasa yang bebas melambai memanggil taksi. Dia membuka pintu dan menyuruh Januar untuk masuk terlebih dahulu. Nasa mengedarkan pandangannya ke arah sekitar, tidak ada yang mencurigakan. Cewek itu langsung masuk dan menyuruh sang sopir untuk menjalankan kendaraannya meninggalkan area mal.
Tanpa mereka berdua sadari, seseorang mengikutinya dari belakang.
Ia turut memanggil taksi yang kebetulan melintas di hadapannya. "Pak, tolong ikuti taksi di depan."
"Siap, Pak."
Pria yang duduk di kursi penumpang itu menekan airpods pada telinganya saat seseorang kembali meneleponnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Under Nasa's Spell
Teen FictionMemiliki banyak tato tidak harus dicap sebagai anak nakal. Januar Wiranda adalah contohnya. Walaupun banyak tato yang menempel pada lengannya, sikap Januar jauh berbeda dari penampilannya. Otaknya yang bisa dibilang cerdas, menjadi salah satu daya t...