43. LOVE U LIKE THAT

123 6 0
                                    

Liburan singkat Nasa ke rumah orang tua Januar hanya berlangsung selama tiga hari karena cewek itu harus kembali untuk bekerja. Mama Januar memberikan delapan tumpuk makanan rumahan yang bisa dihangatkan kembali oleh Nasa. Walau pada awalnya Nasa merasa sungkan untuk menerimanya, karena merasa merepotkan Tante Julia. Namun, kalimat yang dilontarkan dari wanita paruh baya itu membuatnya tersenyum.

"Terima ini ya, Nas. Jangan sungkan. Tante cuma ingin kamu bisa makan enak di sana. Anggap aja ini tanda kasih sayang dan lampu hijau dari Tante dan Om Judi. Kami percaya kalau kamu yang terbaik buat Januar."

Selama liburan itu, Nasa dapat merasakan hangatnya keharmonisan keluarga Januar yang sudah lama tidak dia rasakan semenjak peninggalan orang tuanya. Baik Tante Julia maupun Om Judi, keduanya benar-benar menganggap Nasa seperti anak sendiri.

Lamunan yang menghasilkan senyuman itu dibubarkan oleh colekan Hanna pada bahunya. "Aku lihat, kamu makin hari makin gila aja, Mba. Suka senyam-senyum sendiri."

Pantulan cermin menampilkan Nasa dan perias wajah yang kini tengah mendandaninya. Bibirnya yang tertarik ke atas benar-benar tidak dapat dia sembunyikan lagi. "Kapan lagi kan, kamu lihat aku senang?

"Iya dehhh, yang kemarin abis diajak ke rumah mamer. Dunia berasa milik berdua yang lain ngontrak."

Nasa segera menepuk tangan Hanna dan langsung mendesus. Menyadari bahwa perias wajahnya masih ada di sini dan dapat mendengar perbincangannya.

"Kalo kamu, kemarin diajak ke mana sama Chaka?"

Hanna yang sedang meneguk minumannya tersedak saat pertanyaan itu keluar dari atasannya. Pipinya memerah bukan main saat mengingat kejadian kemarin.

"Something happened, right?" tanya Nasa sekali lagi sambil tersenyum miring.

Perbincangan mereka disela oleh perias wajah. "Mba Nasa, make up-nya udah beres ya."

Nasa mengangguk sembari mengucapkan terima kasih. Ia menatap cermin sebentar, lalu kembali memalingkan wajahnya pada manajer barunya. Kali ini dia tidak berkaca cukup lama seperti biasanya. Cerita dari sudut pandang Hanna-lah yang Nasa tunggu-tunggu.

Sebenarnya, Nasa sudah tahu apa yang terjadi.

Chaka menelepon Januar saat itu dan bercerita bahwa ia ingin menyatakan perasaannya pada Hanna untuk yang kedua kali dalam seumur hidupnya. Kali ini Chaka bertekad bahwa dia harus mengejar Hanna. Tidak peduli berapa kali ia ditolak oleh cewek itu, Chaka tidak akan gentar untuk memperjuangkannya.

Cowok itu menganggap bahwa pertemuannya dengan Hanna kali ini benar-benar direncakan Tuhan untuknya. Chaka tidak ingin menyia-nyiakan hal tersebut.

Melihat tekad dan hal yang pernah dilakukan Chaka saat SMA, membuat Nasa yakin bahwa Chaka adalah cowok yang setia.

"Malam itu dia bikin candle light dinner di pinggir pantai. Perasaan aku dari awal udah was-was banget dan ternyata benar. Dia nembak aku. Dia bilang perasaannya sejak SMA sampai sekarang gak pernah berubah. Cuma aku yang ada di hatinya. Sebagai cewek, aku gak semudah itu nerima dia. Aku masang tembok paling tinggi buat Chaka, dan Mba mau tahu reaksinya apa?"

Mata Nasa membulat karena sudah dibaluti oleh rasa penasaran. "Apa tuh, apa?"

"Dia bersikap legawa, Mba! Dia bilang ke aku dengan lembut kalau dia gak apa-apa, aku menolak permintaannya. Mungkin emang belum waktunya aja. Tapi dia tetap dengan pendiriannya, kalau dia akan ngejar aku. Menurutnya, aku pantas untuk dikejar walaupun aku memiliki berbagai masalah yang rumit dalam kehidupanku."

Nasa menepuk tangannya dan menyanyikan sepenggal lagu milik Taylor Swift. "In a world of boys, he's a gentleman~"

"That's true bestie. Untuk sekarang aku dan Chaka jalanin HTS-an aja sih."

Under Nasa's SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang