01. Tinggal Satu Atap!?

19.6K 1.1K 95
                                    

"Aku disini dan kau disana, kita menghadap kiblat yang sama. Jauh dimata namun, dekat di do'a."

- AFKAR FAHRI AL AZAM -

Jangan lupa votement nya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa votement nya ya.. (>^ω^<)

🌙🌙🌙

"Saya terima nikah dan kawinnya, Meidina Zahira Afika binti Almarhum Mohammad Rasyid El-Barak dengan mahar yang sudah disebutkan, tunai."

Afika yang tengah duduk dibibir kasur, kini kembali teringat akan acara tadi siang, waktu dimana akad nikahnya diucapkan oleh sang suami-Afkar.

Bukannya bahagia seperti orang lain ketika sedang menjalankan resepsi, ia dan Afkar justru saling melempar wajah kesal dengan mengukir sedikit senyuman tipis penuh paksaan ketika para tamu mulai menyalami tangan mereka sewaktu di atas pelaminan.

Ini adalah malam pertamanya bersama Afkar. Namun keduanya malah sibuk masing-masing dengan satu gadget yang ada di genggaman. Tak ada yang memulai percakapan lebih dulu, suasana kamar itu benar-benar hening, bahkan untuk meneguk liur pun sangat jelas terdengar.

Beberapa detik kemudian, Afkar yang duduk bersandar di belakangi oleh Afika, kini mulai membuka suara, "gue boleh nanya satu hal gak?"

"Nanya aja sih. Mau nanya pake nanya segala, manusia ribet emang lu," ketus Afika malas dengan atensi tajamnya.

Afkar menatap gadis itu datar, ingin sekali rasanya ia hisap ubun-ubun Afika agar hilang kebahlulan serta jiwanya sekaligus, namun untung saja ia masih ingat bahwa gadis itu merupakan istrinya.

"Lo terpaksa gak sih, nerima perjodohan ini?"

Afika berbalik menatap bengis pria berkaos hitam tersebut, "pake nanya lagi. Ya jelas lah! Najis banget gue mau nikah sama lo!"

"Ya santai napa! Orang gue nanya nya baik-baik!" balas Afkar ngegas.

Sesaat kemudian, gadis dengan mukena merah muda itu bangkit dari duduknya, mengambil guling sisa yang ada diatas sofa lalu menaruhnya ditengah-tengah kasur antara dirinya dan Afkar.

"Ngapain lo?" pria itu bertanya penuh heran.

"Ini pembatas! Kalo sampe lo ngelewatin guling ini.. Awas aja!" cetus Afika lalu mengarahkan pandangannya dengan sangat tajam.

"Kenapa?"

"Burung lo gak bakalan selamat dunia akhirat!!"

Glek.

Afkar sontak menelan salivanya kasar lalu menoleh ke bawah selimut sekilas, meratapi masa depannya yang berada dibalik celana hitam.

"Sehat-sehat terus ya burungku," gumam nya pelan.

Pasutri Bobrok [ END✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang