Prolog

3.3K 204 22
                                    

Langit sayu dengan awan kelabu tampak membisu. Rinai yang kian menderas bersuara, menyanyikan melodi alam penuh harmoni. Angin berhembus tanpa salam, menerobos jiwa-jiwa dalam kepedihan. Merintih dalam kesepian. Alam berbicara, dedaunan bergesek, berbisik pelan. Lantas berguguran, menceritakan tentang perpisahan juga tidak keabadian.

Angin berhembus, menusuk, lantas mengalir pada lapisan kulit yang gemetaran mendingin. Karena dibanding membeku, hati sudah lebih dahulu menjadi batu. Berirama dalam melodi, ritme lembut dan pasti, memuncak dalam pilar-pilar memori.

Kemudian buku tertutup, menghadirkan gadis dengan surai perak serta wajah sendu. Jari-jari lentiknya mengetuk-ngetuk jendela teratur. "Berapa lama lagi?" tanyanya melirik acuh pada wanita tua di hadapannya yang tersenyum lembut. "Tidak lama lagi, Nona."

Gadis itu mengangguk sembari menutup mulutnya, dirinya mengantuk setelah seharian berada di atas kereta kuda. Dengan nyaman dia menyenderkan tubuhnya pada kursi sembari memejamkan mata, menunggu pemberhentian berikutnya.

Nafasnya berhembus teratur, hingga pikirannya kembali ke beberapa hari lalu di mana dia terakhir kali bertemu sang ayah yang super sibuk. Di sana dia pergi meminta izin untuk beristirahat menuju Villa peristirahatan mereka yang terletak di salah satu bukit yang cukup jauh.

Dari arah luar, suara derap kuda terdengar nyaring. Satu pasukan dikerahkan untuk mengawal gadis tersebut pergi. Rintik yang menderas bersuara, beriringan dengan para kesatria yang berbaris gagah. Hingga di posisi paling depan, komandan kesatria hadir dengan kuda putih memesona yang mendadak berhenti.

Rombongan itu terhenti dengan sang gadis yang melongok ke luar jendela dengan pemimpin kesatria mulai mendekat. "Ada apa, Tuan Lancelot? Ada hal yang salah?" Komandan itu mengangguk lantas menjawab. "Yang Mulia, saya pikir kita harus menggunakan jalur memutar. Ada sesuatu yang tidak beres dari jalur yang tengah kita lalui."

Gadis dengan manik merahnya menghela napas panjang. "Berapa lama lagi kita akan sampai jika menggunakan jalur memutar?" Komandan Lancelot terdiam sebentar sembari menghitung sebelum menjawab. "Perkiraan saya kurang lebih dua jam kita akan sampai."

Gadis dengan senyuman tipis memijat pelipisnya pening. Bisa saja dia menunggu hingga dua jam. Tapi dia sudah terjebak dalam kereta kuda menyesakkan ini selam dua hari, jika mengikuti jalur utama tidak sampai setengah jam mereka akan segera sampai dan bisa beristirahat. "Apa ada alasan jalur utama tidak bisa digunakan?"

"Sebenarnya ini hanya insting seorang kesatria. Saya merasa ada hal yang mencurigakan."

"Apa itu?"

Gadis itu hanya bisa menghela napas ketika mendapatkan diam sebagai jawaban yang dilakukan komandan. "Jadi tidak ada yang benar-benar mencurigakan, bukan? Kalau begitu kita gunakan jalur utama. Kita sudah hampir sampai."

Komandan terdiam sejenak sebelum mendapatkan tatapan lelah yang dipantulkan sang nona. Dengan ragu dia mengangguk, kembali ke tempatnya dan memimpin rombongan mereka meneruskan perjalanan. Seiring perjalanan berlangsung, hati komandan semakin tidak nyaman. Kekhawatirannya yang tidak beralasan menetap begitu kuat menyatu dengan insting pertahanan diri yang merasa terancam.

Hujan masih saja turun deras. Membasahi segala hal yang dia temukan. Termasuk para prajurit yang bergerak pelan menapaki tanah basah yang licin. Bukan hanya komandan yang merasa ada hal yang menjanggal di hutan yang kini mereka lewati. Para kesatria lain merasakan hal yang sama. Karena saat ini, selain suara derap kuda serta langkah kaki. Suara hewan yang biasanya menjadi penghuni tempat ini tidak terdengar sama sekali selain suara para serangga yang saling bersahutan.

Menggenggam pedang dengan waspada. Firasat yang tidak masuk akal kembali mengusik logika. Hingga anak panah melesat pada kereta kuda. Semua petunjuk mulai membuktikan kekhawatiran yang meresap dalam dada. Dengan sigap rombongan mereka terhenti, dengan para kesatria yang menghunuskan pedang berkumpul mengelilingi kereta kuda.

FlockenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang