Langit sudah menjingga ketika kereta sudah sampai di depan mansion keluarga dari pihak Putri Ariel. Pria dengan surai perak yang berkilau di bawah mentari senja mengulurkan tangan dari arah luar kereta, memasang senyum sopan.
"Terima kasih, Tuan Muda Scheinen." Ariel meraih tangan mantan tunangannya yang kini tersenyum tipis. "Anggap saja ini sebagai salah salam perpisahan dariku. Selamat tinggal, Putri." Kecupan ringan tersampaikan dari tangan mungil putri yang perlahan lepas dari genggamannya.
Dalam waktu lama mereka bertatapan sebelum pria itu memberi hormat, berbalik pergi. Meninggalkan mantan tunangan politiknya tersebut. Sementara dengan ekspresi sendu putri menatap punggung tangannya menjawab salam terakhir pria yang pernah dia cintai yang kini berbalik pergi.
"Selamat tinggal, Amaris," gumamnya berbisik lirih, angin berhembus mengibarkan surai merahnya yang mulai berombak. "Cinta pertama yang sampai akhir tidak pernah kumiliki." Salam perpisahan itu berakhir dengannya kini berbalik, membelakangi pria yang kini semakin menjauh.
Gadis itu menetapkan langkah dengan mantap. Dia tidak akan menyesali pilihannya itu. Kini dia berjalan menuju kediaman keluarga sang ibu. Di antara kerumunan yang menyambut, di sana hadir pria dengan surai merah muda tersenyum manis. Ya, pria yang mengajari makna cinta sebenarnya dan berani mengambil langkah pertama dalam hidupnya.
Archer Anaan, putra kedua dari Marquiss Anaan. Dia berada tersembunyi di kerumunan. Tatapan keduanya bertautan, saling terhubung dengan kata-kata tidak tersampaikan. Perasaan hangat menjalar, memenuhi keduanya. Menciptakan dunia seakan mereka sendiri yang tinggal.
Sedangkan Amaris dengan raut wajah tidak baik menghampiri sahabatnya yang menarik kuda untuk diikat ke tiang. Pria itu tampak ceria menyambutnya dengan hangat. Dia terlihat cerita seperti mentari yang menyinari hari.
Namun, melihat ekspresi kurang baik dari sahabatnya. Senyum cerahnya langsung luntur digantikan ekspresi bingung. Apa ada sesuatu yang buruk? Pikirnya begitu. "Apa yang terjadi ?" tanya Leo mendekati sahabatnya yang berjalan tanpa arah melewatinya.
"Kita kembali sekarang juga." Tanpa melirik dia tidak menjawab. Melainkan memberikan perintah yang membuat kebingungan pria surai biru tua itu kebingungan
"Ekspresi kamu tidak baik. Aku pikir Kamu harus menenangkan diri terlebih dahulu." Leo memberi nasihat dengan menepuk pundak pemuda tersebut yang kini tersenyum picik menatap tidak suka padanya.
"Kenapa? Apa kamu mengkhawatirkan putri manja itu? Tenanglah, dia bersama selingkuhannya pasti akan menghabiskan malam sempurna di mansion indah ini. Selingkuhannya mana mungkin tidak menjaganya bukan?"
Leo yang mendengarnya semakin kebingungan dengan percakapan satu arah yang sahabatnya lontarkan. "Apa maksudmu?"
Amaris tertawa kecil, menarik pemuda berstatus kesatria untuk berdiri di sampingnya. Tangannya menunjuk salah seorang pria dengan jubah serta surai merah muda di antara kerumunan.
"Sialan. Bajing*n Archer itu selingkuh dengan tunanganmu?!" Leo menatap Amaris tidak percaya, baru mengerti dengan perilaku aneh yang baru dilakukan komandannya.
Amaris hanya membalas dengan senyuman sangsi. "Kamu tahu, aku awalnya tidak mengira perkiraan ku dulu menjadi nyata. Ternyata si brengs*k itu benar-benar menyimpan rasa terhadap Ariel."
Leo menepuk kembali bahu Amaris, berusaha menyemangati dia mengambil sisi positif yang masih bisa diambil dari kejadian tersebut. "Tapi, tetap saja dia masih tunanganmu. Tidak ada alasan untuk mereka bisa bersama, 'kan?"
Amaris berdecak sinis sembari mengalihkan pandangan. "Oh, tentu. Kamu bisa katakan itu pada waktu kamu memaksaku satu kereta kuda dengannya."
"Hah? Jangan bilang...," dengan mulut menganga pemuda itu menatap Amaris. Jangan bilang karena ulahnya tadi untuk mendekatkan pasangan itu mereka jadi bermasalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flocken
Historical Fiction[ Juara 2 dalam event Writing Award 2022] Drama - Historical Setelah mendapatkan pengabaian dari keluarganya selama sepuluh tahun. Stella Scheinen--gadis bangsawan yang sempurna hendak pergi mengasingkan diri untuk mencari arti hidup sesungguhnya. ...