Pria dengan netra ungunya menyala di bawah remang senja hangat, wajahnya kembali memasang ekspresi nyeri dengan berbagai penyesalan. Musim semi kali ini bukanlah musim yang baik untuk keluarganya berkembang.
Dia pikir ketika dia sudah berubah menjadi ayah yang baik untuk putrinya segala hal akan kembali baik-baik saja. Tapi bagaimana bisa dia lupa, bahwa segala hal yang selama ini dia anggap baik-baik saja bukanlah hal yang diinginkan keluarganya. Bagaimana bisa se-naif itu dia berpikir demikian?
Dia bahkan tidak berpikir bahwa putranya juga haus akan perhatiannya seperti sang putri karena menganggapnya sudah dewasa. Tapi perkiraannya salah, semua waktu yang telah dia abaikan selama ini membuat lubang besar di hati kedua anaknya yang semakin kosong dari hari ke hari yang selalu menginginkan kasih sayang keluarga.
Ketika salah satu lubang itu diisi, lubang lainnya yang sudah terlalu lama dalam kekosongan tidak terima dan mulai memberontak untuk mendapatkan hal yang sama. Jadi siapa di sini yang sebenarnya salah? Dia sebagai ayah? Atau Amaris yang tidak dewasa?
Kapan penyesalan panjang ini akan berakhir? Ilios merasa dirinya tenggelam dalam lautan, dia tidak bisa bernapas. Ini semua terlalu banyak baginya. Dia juga sudah mulai lelah. Bagaimana semuanya bisa kembali seperti ini?
Air mata kembali membanjiri pipi pria itu yang menggenggam tangan putrinya kuat-kuat. Di mana seorang Archduke yang dibanggakan negara dengan segudang prestasi itu? Atau di mana seorang panglima perang tiada tanding yang memiliki strategi tempur terbaik? Di mana dia?
Ternyata dia tidak sebaik dengan apa yang dipikirkannya selama ini. Dia bukanlah pria sejati seperti yang orang katakan. Dia hanyalah pria gagal yang tidak pantas untuk keluarganya. Orang bodoh yang kembali dan terus tenggelam dalam penyesalan tidak berdasar.
Satu tangan mengusap rambut pria kepala tiga yang kini mulai sesenggukan. Kepala pelayan yang sudah dianggapnya lebih dari seorang ayah. Sky Perseus ayah asuhnya yang mengasuh dirinya selama ini. Bahkan bagi pria tua itu. Ilios tidak pernah bersikap layaknya anak yang berbakti bahkan ketika usia pria itu terus menua dimakan umur.
Dia adalah yang terburuk menjadi keluarga bagi seseorang. Dialah yang terburuk. Bahkan jika mati, itu tidak bisa menebus segala hal yang telah pernah dia lakukan pada keluarganya hingga kini, pengabaian, ketidakpedulian, keegoisan, semua hal buruk sudah meluluhlantakkan keluarganya yang susah payah dia bangun.
"Tidak apa-apa. Anda masih bisa memperbaikinya." Ketua pelayan menepuk bahu anak asuhnya yang kini sudah mulai gemetaran.
"Bagaimana? Bagaimana aku bisa memperbaikinya, Sky? Aku, aku terus gagal. Aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku terlalu buruk sebagai bagian keluarga ini. Aku tidak pantas." Suaranya yang tercekat terbata-bata dengan air mata yang berhamburan.
"Anda seorang yang kuat. Anda tahu itu, Anda sudah membuktikannya. Lihat putri kemarin? Dia membaik karena Anda! Sudah saya katakan. Mengobati lebih sulit di banding mencegah. Karenanya Anda harus berusaha lebih keras dan sabar. Karena sesuatu yang diobati hanya bisa membaik, tidak bisa kembali seperti sedia kala."
Ilios menghapus air matanya mengangguk dengan mata memerah. Tangannya beralih menggenggam tangan ayah asuhnya dengan kuat. "Aku hampir lupa akan hal itu. Terima kasih sudah mengingatkanku, Sky."
Kepala pelayan menepuk bahu pemuda itu dengan senyum hangat, putra asuhnya memang keras kepala terhadap apa pun. "Ya, saya berharap Anda terus bangkit seperti ini."
Keduanya tersenyum satu sama lain, tidak peduli bagaimana ini berakhir. Apa yang dikatakan Sky benar, dia harus berusaha lebih keras untuk memperbaiki, bukan ambisius agar semua kembali seperti sedia kala. Dia hanya bisa mencoba yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flocken
Historical Fiction[ Juara 2 dalam event Writing Award 2022] Drama - Historical Setelah mendapatkan pengabaian dari keluarganya selama sepuluh tahun. Stella Scheinen--gadis bangsawan yang sempurna hendak pergi mengasingkan diri untuk mencari arti hidup sesungguhnya. ...