Gelap masih menutupi langit, cakrawala masih belum menampakkan cahaya juga menerangi bumi. Rimbunan hutan dengan hawa dingin berhembus menerpa wajah masing-masing kesatria yang bersembunyi. Memulai penyerangan pertama terhadap lawan.
Prajurit disebar menjadi lima kelompok dengan dua puluh orang di setiap kelompoknya. Mereka disebar untuk mengecoh pertahanan musuh dari berbagai sisi untuk membuat rencana utama tersusun sempurna. Suara gesekan daun terdengar seiring penyerangan berlangsung.
Berfokus pada kelompok diketuai Wakil Ketua Kesatria. Para prajurit serta Putri Mahkota yang ikut bergabung dengan perlahan mengendap-endap dibalik semak belukar menuju titik penyerangan. Dengan anak panah dalam genggaman serta isyarat untuk meluncurkan serangan. Beberapa prajurit mulai mengambil posisi berjarak dan melemparkan anak panah pada musuh diikuti serangan yang diluncurkan pada titik lain.
Musuh yang mendapat serangan langsung panik segera meluncurkan puluhan panah api yang berterbangan menuju hutan. Beberapa anak panah hampir semua meleset. Bahkan hampir tidak mengenai tubuh prajurit sama sekali. Musuh kehilangan fokus.
"Ini aneh." Wakil Ketua Kesatria menggeram mengepalkan tangannya kuat. Pertahanan musuh begitu buruk, bahkan bahasa kasarnya bisa dikatakan musuh yang berada di hadapan mereka hanyalah orang-orang bodoh yang bahkan tidak tahu cara memegang busur.
Kembali mengendalikan diri, dengan aba-aba kedua, para prajurit berhenti menyerang dan mulai menunjukkan jati diri mereka di hadapan musuh. Dalam hati sembari memperhatikan kondisi dengan seksama dia menghitung prajurit musuh yang mulai berjatuhan satu-persatu.
Bahkan hanya dengan jumlah lima orang prajurit mereka bisa dikalahkan dengan mudah. Hanya dua puluh orang yang menjaga pertahanan bagian selatan, benteng terkuat yang berada di sana- yang menjadi target Wakil Ketua Kesatria dan kelompoknya.
"Wakil Ketua, lapor! Pasukan musuh sudah dikalahkan. Beberapa yang masih hidup sudah disandera siap dibawa menuju camp."
"Segera laksanakan."
Setelah berhasil mengerjakan misi pertama mereka. Semua kembali bersiap kembali menuju camp, sedang yang lain mempertahankan posisi di benteng. Bukan hanya Wakil Ketua juga Putri Mahkota yang merasa ini semua terlalu mudah. Sebenarnya para prajurit juga tidak sebodoh itu mengetahui kondisi mencurigakan yang berada di hadapan mereka semua. Mereka bisa mengetahui kalau semua ini terlalu mudah, dikarenakan perbedaannya dengan informasi yang dijabarkan sebelum keberangkatan. Sudah jelas, ini seperti jebakan!
"Wakil Ketua. Apa Anda tidak merasa ini adalah jebakan?" Setelah keraguan disingkirkan, Putri Mahkota bertanya membuat para prajurit ikut menatap Wakil Ketua menanti jawaban.
"Benar, saya juga berpikir demikian. Kita harus segera kembali menuju pos pertama untuk memberitahu keadaan dan mendapat informasi terkini."
Dengan hati tidak tenang Wakil Ketua memilih keputusan cepat setelah berpikir matang. Meminta para prajurit mendekat dia segera memberi perintah. "Tiga prajurit, siapkan diri kalian menuju pos pertama untuk memberikan informasi terkini pada Ketua. Ambil juga informasi dari kelompok lain yang telah menyelesaikan misi pertama. Juga jangan lupa bawa sandera untuk diinterogasi. Segera laksanakan!"
Tanpa banyak tanya lagi, tiga prajurit dengan sigap langsung mengangguk, lantai membungkuk sebelum pergi dan mengerjakan perintah Wakil Ketua. Segera berbalik arah dan mulai memperhatikan prajurit yang tersisa. Pria dengan surai biru yang ditutupi pelindung kepala itu memberikan instruksi selanjutnya. "Pakai pakaian musuh. Di antara kita akan ada yang menyamar memasuki kota untuk bertemu di pos evakuasi warga. Lima diantara kalian tetap diam disini dan menjaga kondisi."
Para prajurit yang mendapatkan misi menuju pusat kota segera bersiap memasuki Kota Bellatrix tempat musuh berada. Tentu saja dengan seragam para prajurit musuh yang sudah mati. Setelah siap, kelompok yang menuju kota yang dipimpin Wakil Ketua memberikan salam perpisahan pada prajurit yang berjaga di pos musuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flocken
Historical Fiction[ Juara 2 dalam event Writing Award 2022] Drama - Historical Setelah mendapatkan pengabaian dari keluarganya selama sepuluh tahun. Stella Scheinen--gadis bangsawan yang sempurna hendak pergi mengasingkan diri untuk mencari arti hidup sesungguhnya. ...