5. Doctor Starla

1.1K 113 32
                                        

Ilios masih tidak mau menerima penjelasan Dokter Starla. Tidak peduli jika itu memang kenyataan atau bukan. Itu membuat keduanya berdebat panas dengan argumen masing-masing yang diakhiri dengan Ilios yang harus pergi menyelesaikan pekerjaan.

Amaris yang melerai keduanya undur diri. Dia juga memiliki pekerjaannya sendiri di Camp Kesatria Aencas. Begitu pula undur diri kembali bekerja di tempat pasukan ksatria. Begitu pula Dokter Starla dengan wajah masam kembali, melirik tajam pada Ilios sebelum pergi menuju kamar pasien.

Ruangan kerja kini hanya menyisakan Ilios sendiri. Pria dengan surai perak, serta netra ungunya terpapar sinar mentari yang memasuki jendela. Visualnya begitu damai serta indah, berbanding dengan pikirannya yang tidak bisa fokus pada pekerjaannya setelah perdebatan dengan Starla.

Beberapa orang datang, untuk melapor kondisi ibu kota serta situasi keamanan dalam negeri. Dokumen terlihat menumpuk di atas mejanya seiiring laporan-laporan yang kembali berdatangan. Walau kini dia sangat sibuk, tapi pikirannya tidak bisa fokus.

Dia masih saja gelisah dan memikirkan hal-hal yang selama ini diabaikan. Kenapa hatinya bisa begitu resah karena ucapan orang asing yang tidak tahu menahu tentang dirinya?

"Yang Mulia. Pergilah berjalan-jalan. Sedari tadi Anda sama sekali tidak fokus dalam bekerja." Sky yang baru saja menuangkan teh memberikan saran. Bahkan teh favoritnya tidak disentuh sama sekali. Ilios pasti masih memikirkan kejadian tadi.

Ilios melenguh dengan mata sayu, pikirannya benar-benar kacau sekarang. Mau dipaksa pun yang ada dia hanya mengacaukan pekerjaan. Dengan mengambil cangkir teh di hadapannya, dia langsung menyesapnya dengan cepat. Benar, dia butuh udara segar untuk menjernihkan pikiran.

Ilios menghela napas panjang, segera bangkit. Lantas dia berjalan menuju pintu. "Aku akan berburu. Kemungkinan besar aku akan kembali malam hari." Sekarang dia harus menenangkan diri dengan melakukan hobinya. Setidaknya ini bisa menangkan dirinya untuk sementara.

Sky mengangguk paham, pilihan tuannya sangat tepat. Seperti yang diharapkan. "Bersenang-senanglah, Tuan. Saya akan mengatur tumpukan dokumen sebelum Anda kembali."

Ilios melambaikan tangan keluar ruangan. Dia berjalan menuju kandang kuda dan mengambil peralatan berburu. Dengan peralatan lengkap Ilios sudah siap, lantas memecut kudanya untuk berlari kencang.

Kuda pria itu dengan cepat melaju menembus Hutan Orion. Hutan yang kebetulan berdekatan dengan kediaman Scheinen. Rimbunan pohon pinus dengan aroma khas masuk dalam indra penciuman Ilios membuat suasana hatinya membaik.

Menyiapkan beberapa anak panah sembari kuda melesat, menembus hutan. Dia menghunuskan anak panah, berfokus memburu kelinci yang berjalan di antara semak-semak.

Jleb!

Anak panah itu mengenai salah satu kelinci. Senyum tipis mengembang di wajah pria tampan dengan hati lega. Rambut peraknya berkibar diterpa angin sepanjang jalan dia melesat pergi.

Pria itu memasukan hasil buruan ke dalam karung yang telah disiapkan. Beberapa hewan kecil yang berhasil diburu sudah masuk ke dalam kantong. Lantas menajamkan pendengaran

Srek, srek, srek.

Ilios mengalihkan perhatiannya menuju semak-semak belukar menimbulkan suara dahan patah. Hati-hati dia mulai mendekati semak-semak, mengambil belati dalam sarung kecil, dia menghunuskan dengan awas.

Ketika suara itu mendadak berhenti. Munculah kelinci lain yang langsung tewas oleh sabetan belati. Ilios memasukkan dua kelinci hasil buruannya ke dalam karung. Lantas memulai kembali perburuan, menerobos memasuki hutan.

Entah berapa hewan yang sudah dia dapat. Mulai dari kelinci, tupai, burung, diakhiri rusa sebagai buruan terakhirnya. Bisa kita lihat, betapa lihai dan ahlinya Ilios dalam memburu sebagai sarana hobi yang telah lama dia tekuni.

FlockenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang