Tirai dalam ruang kerja ketua keluarga Scheinen dibuka. Cahaya mentari menerobos ruangan kacau dengan kertas bertebaran. Sementara sang pemilik tempat mengerjap netranya yang silau dengan cahaya.
"Yang Mulia, bangunlah!" Sky menggoyang-goyangkan tubuh Ilios yang tertidur di meja kerjanya. Pria itu dengan malas menutupi wajahnya yang terkena cahaya. Matanya terasa sangat berat untuk terbuka sekarang.
"Ah, jam berapa sekarang?" Ilios yang menyadari waktu terlewat dengan cepat tersentak, terburu-buru terbangun.
Ketua pelayan melirik jam kembali menatap majikannya. "Jam enam pagi," jawabnya. "Ngomong-ngomong Anda tidur jam berapa semalam?"
"Entahlah." Ilios yang mengetahui waktu belum terlewat lebih dari perkiraan melemaskan tubuh kembali menjatuhkan diri ke atas meja.
Seingat Ilios dia tengah mengurus tumpukan dokumen semalam. Namun, Ilios malah ketiduran di tengah pekerjaannya walau sudah dibantu dengan lima cangkir kopi bahkan lebih. Hingga saat ini tersisa dokumen setinggi dua jengkal atas kerja kerasnya begadang semalaman ini.
"Ah, saya mengerti. Anda ingin bertemu dengan putri, ya? Hingga anda bekerja sangat keras semalam." Ketua pelayan menggeleng-gelengkan kepala pelan dengan ujung bibir terangkat.
Pria itu hanya bisa menjawab dengan anggukan. Dia mengusap wajah kasar segera bangkit dari kursi, memaksa dirinya terjaga untuk bekerja hari ini.
"Saya akan siapkan sarapan. Dan jangan lupa jadwal Anda hari ini rapat dengan anggota parlemen kerajaan bersama yang mulia Raja."Ilios kembali menguap, merenggangkan tubuhnya yang kaku. "Baiklah, siapkan semuanya. Aku akan membersihkan diri." Ilios berjalan menuju kamar mandi segera bersiap menuju rapat.
"Baik, Yang Mulia." Sky menjawab segera menyiapkan kebutuhan tuannya untuk pekerjaan hari ini.
.
.
.
Ilios sudah sampai di istana. Langkahnya yang cepat mengarah pada ruang rapat. Di sana sudah terdapat orang-orang penting kerajaan yang sudah hadir. Dari para menteri, bangsawan, hakim, penasehat, juga wakil dari kemiliteran negeri.
Di pintu masuk di disambut oleh beberapa orang yang mengenalnya. Di antaranya Hakim serta Marquiss Anaan. "Yang Mulia, senang bertemu dengan Anda." Hakim ketua mengulurkan tangan berjabat tangan.
"Senang bertemu dengan Anda, Pak Hakim." Ilios membalas jabat tangan ketua hakim tersebut secara formal hingga tatapannya beralih pada pria di samping hakim. Yaitu Marquiss Anaan yang tersenyum sopan.
Ilios mengulurkan tangan berjabat tangan dengan Marquiss Anaan demi sopan santun sebelum berbicara dengan suara rendah. "Senang bertemu dengan Anda, Marquiss Anaan."
"Senang juga bertemu dengan Anda. Yang Mulia, Archduke," balas Marquiss Anaan tidak kalah sengit dengan aura gelap di belakangnya.
"Kudengar putramu mencintai tunangan putraku." Ilios menuju poin utama dalam percakapan atas alasan keduanya yang saling membuat suasana tidak nyaman.
Benar. Walau saat mendengar kabar itu dan bertemu Amaris dia biasa saja. Ilios cukup kesal dengan kabar tersebut. Apalagi putranya itu terlihat muram setelah putus dari putri manja sang raja.
Sedang para bangsawan yang hadir mengetahui gosip hangat di kerajaan Bhav-bhooti pun tertarik mendekati Archduke yang memulai topik panas tersebut tentang kisah cinta dua pemuda bangsawan yang merebutkan putri bungsu kerajaan.
"Ah, Anda salah paham, Yang Mulia. Keduanya saling mencintai. Ini bukanlah cinta sepihak." Marquiss Anaan tetap membela sang putra yang jelas-jelas adalah orang ketiga dari hubungan Amaris dan Putri Ariel yang sudah bertunangan secara resmi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flocken
Narrativa Storica[ Juara 2 dalam event Writing Award 2022] Drama - Historical Setelah mendapatkan pengabaian dari keluarganya selama sepuluh tahun. Stella Scheinen--gadis bangsawan yang sempurna hendak pergi mengasingkan diri untuk mencari arti hidup sesungguhnya. ...