27. Rebelion Code

429 38 31
                                        

"Maaf, Yang Mulia. Anda tidak bisa memasuki tenda. Marquiss dan Ketua Kesatria sedang rapat berdua di dalam."

Pria dengan surai biru tuanya berkata sembari menunduk hormat. Iris biru gelapnya tersembunyi di balik lipatan matanya yang terpejam sesaat. Sedang sang putri yang mendengarnya berpikir sebentar sebelum kembali berbicara. "Oh, begitu. Apakah aku tidak boleh ikut bergabung?"

Amat disayangkan, yang bisa diberikan pria itu hanya gelengan dengan jawaban penolakan. Karena sebelum rapat dimulai, Marquiss sudah mewanti-wanti padanya agar tidak ada yang menganggu keduanya di dalam. "Maafkan saya, Putri. Tapi Ketua Kesatria dan Marquiss berpesan tidak ada yang diperbolehkan bergabung selain keduanya yang hadir."

Gadis itu menghela napas panjang. Lagipula dia memang bukan bagian yang penting dalam pertempuran ini. Dia di sini hanyalah sebagai anak baru yang masih ingin belajar dalam pertempuran nyata. Dengan senyum anggun dia mengangguk. "Baiklah, kalau begitu aku akan tunggu saja di sini."

Pria itu yang notabenenya adalah Wakil Ketua Kesatria Aencas tersenyum hormat lantas mengangguk. "Baiklah. Silakan, Tuan Putri." Sebagai seorang yang peka dan mengerti kondisi, dengan sigap dirinya membersihkan tempat duduk dan mempersilakan Putri Mahkota duduk di tempat yang disediakan.

Waktu berlalu dengan keheningan. Keduanya tenggelam dalam pemikirannya masing-masing, waktu terus berjalan. Hingga kini tiga puluh menit berjalan bahkan belum ada tanda-tanda bahwa rapat kedua ketua misi tersebut akan selesai.

"Wakil Ketua!"

Dari arah camp kesatria. Pria dengan baju seragam kesatria berlari, suaranya terdengar nyaring, berseru dari kejauhan dengan tergesa hingga sampai di hadapan Wakil Ketua dan Putri Mahkota. Napasnya memburu dengan keringat deras yang membanjiri wajah.

"Tenangkan dirimu prajurit. Apa yang terjadi?"

"Mata-mata kita kembali dengan keadaan terluka. Sekarang dia sedang diobati di tenda medis."

Wakil Ketua yang mendengarnya terperanjat mendengar dengan lebih jelas apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mengetahui semua informasi yang dibutuhkan, dengan rahang mengeras dia meminta prajurit itu kembali sedangkan dirinya akan melapor pada Marquiss juga Ketua Kesatria.

"Saya ikut, Wakil Ketua."

Wakil Ketua yang mendengarnya terdiam sembari berpikir sebelum mengiyakan dan segera masuk melapor ke dalam tenda dengan salam diikuti Putri Mahkota. Di dalam tenda sendiri yang kini keduanya masuki, terlihat peta dan berbagai miniatur mini untuk strategi perang terhampar dari atas meja panjang. Di sana pula Ketua Kesatria dan Marquiss tengah merencanakan strategi untuk memenangkan misi.

Keduanya yang tengah sibuk membicarakan strategi kini langsung terdiam ketika menyadari keberadaan Wakil Ketua yang mendadak. Mengetahui ada yang tidak beres, Ketua Kesatria segera bertanya. "Apa yang terjadi?"

Setelah mendapatkan ijin masuk disusul Putri Mahkota. Kini Wakil Ketua mendekati Ketua Kesatria lantas berbisik atas kejadian yang tengah terjadi soal kedatangan informan mereka yang berharga. Ketua Kesatria mendengar semua penuturan itu dengan wajah mengeras, melirik Marquiss yang tidak memahami apa yang terjadi, dengan segera dia mulai menjelaskan.

"Mata-mata kita yang dikirim beberapa waktu lalu terluka Marquiss. Posisi kita sudah diketahui musuh." Jelas, padat dan singkat. Marquiss yang mendengarnya hanya mengangguk dengan memegangi dagu berpikir. "Saya sudah memperkirakan ini akan terjadi. Tapi ini lebih cepat dari perkiraan."

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?"

Marquiss menatap peta dihadapannya sembari menggerakkan beberapa miniatur, sedang Ketua Kesatria menatap isyarat yang diberikan Marquiss dengan seksama. "Saya rasa kita harus tahu dulu informasi yang dibawakan mata-mata tersebut. Setelah itu sesuai rencana, kita bisa memulai melancarkan serangan-serangan kecil secara acak dengan membagi kelompok untuk menyerang pasukan pemberontak."

FlockenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang