Bagi seorang dokter, kesehatan dan kesembuhan pasien adalah hadiah terbaik yang pernah ada. Begitupula dengan Starla Cassiopeia. Dokter ahli dalam bidang psikologi penanganan pasien kelainan mental. Dia sangat bersyukur, pasien yang awalnya rapuh dan hampir termasuk kategori gila. Kini dapat pulih dan beraktivitas layaknya manusia normal.
Buku catatan dokter sudah dipenuhi dengan berbagai catatan tentang pasiennya tersebut. Penelitiannya tentang perkembangan emosi manusia secara bertahap ditulis untuk menjadi refrensi untuk ke depannya bagi pasien lain yang membutuhkan.
Wanita dengan usia hampir menginjak tiga puluhan, dengan jas dokter putih serta surai pendek pirang simpelnya sangat khas dengan netra hitam tegas yang selalu menyorot percaya diri. Kini catatannya sudah tertutup, tugasnya sudah selesai, dia harus kembali ke pusat kedokteran untuk membantu orang lain yang membutuhkan.
Dokter menarik kedua sudut bibirnya, menciptakan lengkungan senyum tulus. Dia juga harus menghaturkan terima kasih pada Juliet. Berkat wanita itu dia bisa membantu penyembuhan Stella Scheinen hingga akhir. Wanita dengan sorot hangat pada pasiennya kini mendekati Stella yang tengah tertidur. Dia mengusap lembut surai perak sang pasien dengan perasaan penuh.
"Aku berhasil. Aku berhasil lagi paman." Dokter berucap penuh rasa syukur melimpah. Entah berapa kali dia harus kembali bersyukur pada Tuhan. Yang lagi dan lagi terus membantunya hingga saat ini.
Dokter kembali mengusap rambut putri Archduke tersebut dengan hangat. Hingga Stella menggeliat, lantas membuka mata perlahan dengan mata mengerjap pelan. "Dokter?" gumam Stella dengan tangannya yang menyentuh tangan sang dokter.
Dokter Starla yang mendapati tingkah pasiennya tersenyum. "Maafkan aku telah membangunkanmu. Kembalilah tidur." Usapan hangat diluncurkan sang dokter dengan kecupan hangat pada dahi Stella yang mengangguk lemas, dia memeluk guling lantas kembali terlelap.
Dokter turun dari ranjang, merapihkan jas dokter yang dia kenakan. Langkahnya pelan, berjalan menuju keluar kamar. Dia berkeliling rumah besar sang Archduke. Hingga akhirnya langkahnya terhenti di area perbatasan Kediaman Scheinen dengan Camp Kesatria Aencas.
Dokter Starla terdiam di sana sebentar. Hingga mendapati pemuda yang lebih muda darinya beberapa tahun yang tengah berlatih pedang sendirian di tengah lapang yang luas.
Pemuda bersurai perak dengan iris merah darah tersebut meliuk ke sana kemari. Menghunuskan pedang dengan begitu ahli tanpa memerhatikan sekitarnya. Amaris yang tengah berlatih langsung berhenti setelah melihat dokter yang menangani adiknya sedang menontonnya berlatih. Dengan perasaan tidak nyaman mendapati ditonton orang tidak kenal dia segera menghampiri sang dokter.
"Ini bukan tontonan menarik. Tolong pergilah." Amaris terlihat sekali mengusir dokter adiknya dengan terang-terangan karena merasa tidak nyaman. Sedangkan dokter yang mendapatkan perlakuan pemuda tersebut terlihat tidak suka. Dia hanya bisa langsung mengangguk pergi dari tempat tersebut karena memang dirinya juga salah karena telah datang tanpa diundang.
"Anda harus lebih sopan dengan orang lain, Tuan Muda Scheinen." Sebelum pergi dokter berbalik melirik pemuda dengan pedang yang masih digenggamnya dengan erat. Pose itu mengingatkannya pada ayah dari pemuda tersebut yang pernah mengancam untuk membunuhnya dengan pedang beberapa waktu yang lalu.
Amaris mengangkat sebelah alis terlihat tidak suka. "Ini kediamanku. Kamu hanya tamu. Tapi mengapa kamu begitu angkuh?"
Starla menatap wajah tampan pemuda dihadapannya. Tatapan mereka bertemu. Hingga dokter wanita itu kembali membuka mulut. "Kebetulan saya bertemu dengan Anda. Saya ingin menitipkan Nona Stella Scheinen pada Anda. Beliau sudah seutuhnya pulih. Tolong jaga beliau baik-baik." Dokter Starla memberikan petuah pada sang pemuda yang menunjukkan ekspresi tidak nyaman.
![](https://img.wattpad.com/cover/270679931-288-k827711.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Flocken
Historical Fiction[ Juara 2 dalam event Writing Award 2022] Drama - Historical Setelah mendapatkan pengabaian dari keluarganya selama sepuluh tahun. Stella Scheinen--gadis bangsawan yang sempurna hendak pergi mengasingkan diri untuk mencari arti hidup sesungguhnya. ...