15. Play with Juliet

573 59 33
                                        

Raja Bhav-bhooti mengijinkan Ilios pulang lebih awal ketika pukul menunjukkan tiga sore. Beberapa orang bertanya heran dengan kepulangan awal sang Archduke. Namun, Raja hanya berujar singkat yang membuat orang-orang kembali terdiam fokus pada rapat. "Aku memberikannya pekerjaan khusus."

Setelah mendengar jawaban sang Raja. Para hadirin yang berada di dalam ruang rapat tidak bertanya lagi. Lantas membiarkan Ilios pergi begitu saja. Dengan suasana hati senang, Ilios memecut kudanya kencang menuju Kediaman Scheinen. Dia sudah tidak sabar lagi untuk segera menemui putri manisnya saat itu juga.

Sesampainya di kediaman Scheinen. Atau lebih tepatnya dinamakan mansion galaksi. Ilios langsung menghampiri ruang kerja melakukan rutinitas barunya-- ya, meminum ramuan dan mengenakan gaun wanita.

Sky tampak telah menunggu Ilios di sana, semua sudah dia persiapkan dengan baik. "Yang Mulia Raja mengijinkan Anda pulang terlebih dahulu?" tanya pria tua tersebut sembari memberikan gaun untuk dikenakan tuannya.

"Seperti yang kamu lihat." Ilios mengangkat bahu sebagai jawaban dan lantas mengenakan gaun yang diberikan ketua pelayan setelah meminum ramuan sebelumnya.

Setelah persiapan selesai, dengan langkah riang seperti anak-anak dia berjalan menyusuri lorong menuju kamar putrinya. "Astaga, Nona Juliet. Anda datang." Dokter tampak terkejut membukakan pintu dengan senyum lebar.

Dari balik tubuh dokter, Stella mengintip lantas segera tersenyum lebar mendapati kehadiran Juliet. Dengan cepat Stella segera menghampiri Juliet lantas menulis sesuatu di buku kecil yang dia genggam.

'Senang sekali kamu datang!'

Juliet langsung tersenyum dengan sudut mata yang mengerut. Dia mengelus wajah sang putri lembut dan menyelipkan rambut yang terurai terlihat sedikit berantakan.

"Aku juga senang bertemu denganmu. Maafkan aku. Belakangan ini aku sedikit sibuk," ujar Juliet yang ditanggapi gelengan keras dari Stella.

'Itu bukan masalah! Aku senang kamu datang sekarang.'

Juliet menepuk-nepuk kepala Stella yang memasang tampang kekanakan tersenyum dengan gigi terpampang berderet rapi. "Apa kamu tidak mau membiarkan aku masuk?" tanya Juliet dengan tawa kecil.

Pertanyaan itu diajukan lantaran saat masih berada di depan pintu. Juliet sudah dikerumuni para perawat yang senang juga Stella yang tampak antusias. Itu membuatnya hanya bisa berdiri di depan pintu dengan keadaan terhimpit.

Menyadari kesalahannya. Stella dan yang lain mundur, membiarkan Juliet masuk. Juliet kini duduk di atas sofa sementara Stella kembali menulis-nulis dan memberikan buku itu pada Juliet.

'Apa yang kamu suka lakukan?'

Juliet terdiam menggaruk leher, dia tidak tahu apakah hobinya bisa diberitahukan dengan kondisi dia bukanlah orang normal pada umumnya. "Entahlah, mungkin bukan sesuatu yang baik."

Mata Stella mengerjap imut, penasaran. Jika bukan karena dirinya menahan diri dengan baik. Mungkin dia bisa mimisan karena serangan imut sang putri.

'Tolong beri tahu aku! Kumohon...'

Juliet tersenyum kecil, mana mungkin 'kan dia bilang kalau yang dia sukai adalah membunuh dan memburu orang brengsek. Itu terlalu kasar dikatakan bagi pasien seperti putrinya. "Aku suka bermain senjata." Setelah berpikir panjang. Juliet mulai memberitahu dengan bahasa yang masih bisa diterima. Ya, membunuh orang harus menggunakan senjata bukan?

'Oh, begitu. Kalau begitu apa senjata yang kamu sukai? Ayo kita bermain dengan senjata tersebut.'

Juliet terdiam melirik Stella dari atas sampai bawah. "Mungkin, belati. Jika untuk bermain-main belati adalah senjata yang paling mudah digunakan." Juliet berujar sembari menimbang-nimbang kondisi putrinya. Karena putrinya masih lemah dan pemula, senjata yang paling cocok adalah belati. Ya, itu adalah yang paling cocok untuk sekarang.

FlockenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang