Ketua Kesatria berjalan hilir mudik secara cepat menuju para kesatria yang berlatih dengan keras untuk ketahanan maksimal pada pertempuran esok hari. Maniknya yang semerah darah menatap tajam, meneliti setiap gerakan prajurit yang mulai berlatih dari berbagai sisi, mulai dari kekuatan hingga kelemahan. Suaranya nyaring- berseru kencang membuat para kesatria mengikuti semua instruksi dengan patuh tanpa penolakan.
"TEGAKKAN BAHUMU!"
"KUATKAN GENGGAMANMU!"
"PEGANG PERISAI DENGAN BENAR!"
Ketua Kesatria memperhatikan semuanya secara awas dan seksama. Mendeteksi setiap kesalahan yang dia lihat sepanjang pengawasan dengan tajam dengan instruksi lugas yang membuat kesatria mengangguk, bergerak cepat.
Setelah selesai melihat-lihat dia tidak sengaja menemukan mata-mata yang dilihatnya tempo hari. Pria dengan surai coklat dengan sebelah mata diperban tengah terduduk di luar tenda sembari berfokus pada kertas dan pena di hadapan. Tanpa pikir panjang dia mendekati pria itu untuk menyapa.
"Apa yang kamu lakukan?"
Tersadar akan seseorang yang datang, dia melirik sumber suara sebelum dirinya buru-buru memberi salam penghormatan. Dirinya terkejut bagaimana Ketua Kesatria Aencas sekarang tengah berdiri di hadapannya. Dan bagaimana dia mendekati dirinya dengan santai.
"Saya sedang berusaha memecahkan kode kemarin, Ketua."
Amaris melirik kertas di atas kursi. Mata-mata ini sungguh profesional, bahkan dalam masa pemulihan dia masih bisa berguna dalam bidang lain. Tidak dipungkiri kalau dirinya kagum dengan kesungguhan prajurit satu ini. "Apa kamu sudah menemukan sesuatu?"
Pria itu menggeleng lemah. Dalam hati dia kecewa. Karena dirinya masih saja belum menemukan titik terang dari kode yang ditemukannya.
"Hanya sedikit yang bisa ditemukan, Ketua. Namun ada beberapa yang telah saya pecahkan. Seperti yang di bawah ini.Universe= Alam Semesta
-O= Huruf sebelum O, yaitu N
H+= Huruf setelah H, yaitu I
P= P
Hanya itu yang bisa saya pecahkan, Ketua. Saya pikir sebagian kode mengarah pada penjelasan jati diri penjahat itu sendiri."
Ketua Kesatria mengangguk-anggukan kepalanya. Pria ini sungguh menakjubkan, bisa mencari arti dari kode aneh tersebut walaupun sebagian. Menatap lekat-lekat kertas di atas meja, dirinya ikut berpikir keras. "Alam Semesta, PIN?" Hingga akhirnya dia hanya bisa mengerutkan dahi ikut kebingungan.
"Ya, tapi saya rasa kata sebenarnya bukan pin. Ada beberapa kode yang masih belum bisa diterjemahkan." Pria dengan manik hijau dari sebelah matanya meredup, menandakan dirinya kecewa pada kemampuannya membuat Ketua Kesatria menepuk bahu prajurit menyemangati. "Teruskan, negara ini patut bangga mempunyai orang setia sepertimu."
"Te- terima kasih, Ketua." Dengan tidak percaya dia menunduk hormat sembari tersenyum senang. Dirinya tidak menyangka Ketua Kesatria yang terkenal dingin seperti Archduke itu bisa begitu hangat padanya.
"Oh, ya. Ngomong-ngomong tadi kamu hanya menemukan huruf bukan. Tadi aku melihat angka 18, mungkin huruf ke 18 adalah salah satu kunci kode." Ketua Kesatria yang akhirnya menemukan salah satu kode yang mungkin memiliki arti demikian, mengatakan apa yang dia temukan sebelum beranjak pergi. Sedangkan tubuh pria itu kaku menatap kertasnya kebingungan. "Huruf R?"
.
.
.
"Sudah dua hari kita telah mengevakuasi sekitar dua puluh lima desa. Ini terhitung cepat. Bagaimana dengan pasokan makanan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flocken
Ficción histórica[ Juara 2 dalam event Writing Award 2022] Drama - Historical Setelah mendapatkan pengabaian dari keluarganya selama sepuluh tahun. Stella Scheinen--gadis bangsawan yang sempurna hendak pergi mengasingkan diri untuk mencari arti hidup sesungguhnya. ...