Blitz Damarion, Raja Kerajaan Bhav-bhooti. Pria dengan usia hampir menginjak paruh baya tersebut tidak pernah membayangkan dalam hidupnya, jika ada hari. Di mana Ilios Scheinen, Archduke sekaligus Pahlawan Kerajaan akan menunduk hormat memohon sesuatu padanya.
Bahkan jika ada yang mengatakan bumi berbentuk kotak. Itu bisa lebih dipercaya di banding apa yang dia lihat saat ini. "Tunggu, tunggu. Aku tidak mengerti, Archduke. Untuk apa kamu sampai melakukan hal ini?"
Kira-kira itulah reaksi yang dia berikan, ketika tiba-tiba Ilios berlutut tanpa alasan. Pria berhati dingin serta punya harga diri tinggi tersebut mustahil melakukan hal itu seumur hidupnya. "Cepat katakan apa mau mu. Kamu membuatku takut Archduke."
Raja mengatakannya dengan ekspresi hati-hati. Takut-takut akan apa yang akan dia dengar selanjutnya. Setelah mendengar ucapan gugup sang Raja. Ilios mulai membuka mulutnya.
"Saya memohon pada Anda untuk merahasiakan kondisi putri saya dari pergaulan kelas atas." Ilios berkata dengan sungguh-sungguh, nada suaranya terdengar lelah.
Raja terdiam sejenak, menatap wajah kusut Ilios yang kini terlihat jelas. Jika spekulasinya benar, apa yang dialami putri Ilios pasti sangat buruk setelah kejadian di bukit selatan kemarin.
Dengan menghembuskan napas lega Raja tersenyum lembut. "Tenang saja, aku sudah melakukannya sebelum kamu meminta. Lagi pula kita masih kerabat dekat."
"Terima kasih, Yang Mulia." Ilios yang mendengarnya tanpa sadar menarik sudut bibirnya dengan ekspresi lega. Tampaknya kekhawatirannya kini bisa mereda dengan mendapat klarifikasi dari orang yang bisa dipercaya.
Sedangkan Raja yang mendapati senyuman dari wajah Ilios menatap tidak percaya. Entah kenapa hari ini terlalu banyak hal yang berubah dari pria di hadapannya dalam sehari. "Apa kamu salah makan?" gumam pria tua tersebut menutup mulut.
Ilios yang mendapatkan reaksi tersebut buru-buru mengubah ekspresi wajahnya kembali dingin. Dengan suara rendah dia menunduk hormat dan segera pergi.
Di depan pintu keluar, Ilios dengan suara lemah berbicara kecil. "Terima kasih, Sepupu." Setelah mengatakan hal tersebut, dengan cepat Ilios melesat pergi dari hadapan Raja.
"Hah! Ilios! Kembali kemari! Kamu sepertinya memang salah makan!" Raja berseru sebal dengan senyum kecil. Sudah dia duga, ada yang tidak beres dengan Ilios saat ini.
.
.
.
Kamar dengan nuansa indah dengan gradasi putih gading menghiasi kamar. Berbagai hiasan elegan terpanjang sempurna. Tampak sekali pemilik tempat ini memiliki selera yang sangat tinggi, juga menawan.
Prang!
Brak!
Prang!
Sayang beribu sayang, kamar yang terlihat sempurna mulai kacau ketika barang-barang melayang, menghancurkan furnitur mahal yang menghiasi kamar.
"AAAKKKHHH!"
"PERGI BAJING*N, PENJAHAT TIDAK BERGUNA! PERGI!"
Teriakan terdengar nyaring dengan suara benturan barang yang dibanting silih berganti, menjadi penyempurna kekacauan yang semakin kacau dari waktu ke waktu.
Hari ini gadis yang menjadi pasien utama terlihat menggila dengan histeris. Rasa sakit, kegilaan, serta rasa frustasi keputusasaan terasa jelas dari pancaran mata yang mulai berkaca-kaca.
Kekacauan ini bermula ketika salah satu perawat salah memasukan obat pereda nyeri dengan obat penenang. Sehingga ketika perawat tersisa yang menjaga. Stella Scheinen-- pasien utama kali ini tiba-tiba terbangun, lantas mengamuk tidak terkendali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flocken
Narrativa Storica[ Juara 2 dalam event Writing Award 2022] Drama - Historical Setelah mendapatkan pengabaian dari keluarganya selama sepuluh tahun. Stella Scheinen--gadis bangsawan yang sempurna hendak pergi mengasingkan diri untuk mencari arti hidup sesungguhnya. ...