2. Hasrat Tuan Muda

14.1K 468 29
                                    




"Kau menyukainya?"

Di hadapan Anna, Tuan muda sedang setengah berbaring seraya bertumpu pada sikunya. Senyumannya terlampau lebar, hingga sudut matanya melukiskan guratan yang terlihat ikut membentuk garis senyuman. Anna hanya diam menurut ketika Tuan muda kembali menyuapkan kue merah muda yang menyerupai tart yang pernah Anna lihat di toko kue. Jujur, Anna tidak pernah merasakan kue senikmat ini, ia bahkan belum pernah mencicipi rasa kue tart sebelumnya, karena hidup di kampung benar-benar membuatnya kampungan.

"Apa lagi yang kamu inginkan?"

Anna menggeleng sungkan, ia masih tidak memahami pola pikir Tuan muda, yang pagi tadi sempat menangis tergugu memohon maaf, lalu siang harinya heboh menyiapkan acara camping.

Awalnya Nyonya besar siap sedia menemani, namun Tuan muda berdalih akan pergi bersama Steve—sepupu jauhnya—dan ia hanya membutuhkan Anna untuk ikut serta mengurusi keperluannya saat camping. Tuan muda bahkan memaksa Nyonya untuk mengirim surat izin pada sekolah keduanya, dan selama 3 hari 3 malam, mereka akan menginap di pulau pribadi milik keluarga Viltteri yang memiliki perbukitan tak terlalu tinggi. Hanya berdua, karena Steve, tidak pernah benar-benar datang.

"Katakanlah Anna," lirih Tuan muda seraya mengusap surai kecoklatan milik Anna.

Dari mimik wajahnya, Anna memang ingin mengutarakan segala isi hatinya, tentang alasan untuk perlakuan kasar yang ia terima. Atau tentang kemanisan sikap yang sedari tadi Tuan muda tunjukan kepada Anna. Sebenarnya, apa yang tidak Anna ketahui?

"Kau tahu kan aku menyayangimu? Aku bisa memilih wanita manapun, bahkan lebih dari satu, Anna. Tapi, aku hanya menginginkanmu." Jelas Tuan muda dengan senyuman seteduh rindangnya pohon yang kini mengayomi mereka. "Tindakanku semalam adalah kebodohan. Aku bahkan tidak paham, hanya karena takut kehilanganmu, aku melakukan hal gila dan menyakitimu."

Tuan muda bangkit duduk, mengusapkan jemarinya pada pipi Anna, lalu menekan tengkuk Anna untuk didekap kearah dadanya. Keduanya terbaring pada tikar yang menjadi alas.

Anna bimbang, ia bahkan tidak pernah mengenal percintaan sebelumnya, hidupnya ia habiskan untuk belajar dan mengurus neneknya yang dulu sakit-sakitan—sebelum pergi menemui Tuhan. Anna bahkan tidak memiliki teman, di jauhi karena kecantikannya yang sering membuat teman desanya iri. Banyak lelaki yang memperebutkannya, namun Anna yang lugu, sama sekali tidak memahami bagaimana sebuah kisah percintaan dapat terjalin.

Kedekatannya dengan Tuan muda, adalah lelaki itu yang pertama mengambil langkah. Anna yang menerima kebaikan, lemah lembut, dan betapa Tuan muda memperlakukannya dengan istimewa, membuatnya terjerat dan mendekat tanpa dorongan apapun selain kenyamanan. Maka kini, Anna bahkan tidak paham apa yang harus ia lakukan.

"Apakah Tuan muda tidak akan menyakitiku lagi?" Lirih Anna di dalam pelukan sang majikan.

Tuan muda menjauhkan diri, mengangguk dengan suka cita dan mengusap kedua pipi gadisnya. "Tentu saja, aku berjanji jika kegilaan kemarin tidak akan pernah terulang lagi. Kau mau memaafkanku kan?"

Walau ragu, Anna mengangguk, dan Tuan muda kembali memberikannya kehangatan pelukan yang menenangkan. Anna membalasnya kian erat, ia menyukai saat Tuan muda mendekapnya dengan posesif dan kehangatan itu selalu mengingatkan Anna pada sang Ayah yang telah tiada.

"Bagaimana kalau kita pergi mendaki lebih tinggi? Aku akan menunjukkanmu sesuatu!"

Tuan muda bangkit lalu mengulurkan tangannya, dan dengan senyuman malu-malu, Anna meraih uluran tangan itu. 

"Tunggu, kau harus memakai topi, supaya kulitmu tidak tersengat matahari." Tuan muda meraih topi jerami lebar, memakaikan pada kepala Anna, bahkan mengikatkannya.

Selingkuhan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang