11. Penggemar Rahasia

3K 357 78
                                    




"Kau sudah sadar, Rose?"

Aroma kayu putih menyengat penciumannya begitu Anna mengerjap. Kakinya terasa hangat yang berasal dari gosokan lembut dari telapak tangan. Anna meringis begitu menggerakkan badannya, wajahnya terasa kaku dan bengkak, nyeri diarea pipi dan pelipisnya terasa sangat menghantam. Lalu ia ingat, dari mana dirinya mendapat kesakitan yang kini sedang dia alami.

Anna membelalakkan matanya, bangkit duduk dengan tergesa dan memandang Tasya yang masih menggosok telapak kakinya. Wanita itu beringsut mendekat dengan khawatir, memandangi Anna yang mulai bertatapan putus asa.

"Apa yang terjadi, Sya?" Lirihnya dengan suara bergetar.

Anna sadar, dirinya adalah seorang kupu-kupu malam yang tak memiliki harga diri yang cukup tinggi. Dengan beberapa lembar rupiah, ia rela melebarkan pahanya untuk para lelaki hidung belang, bahkan kondisinya saat ini tergolong tebih memiliki harga diri yang tinggi. Dibanding dia dahulu, yang menyerahkan raganya tanpa sedikitpun imbalan.

Namun, memikirkan jika tubuhnya dijamah oleh Dimas, lelaki pertama yang sangat amat dia benci, membuat Anna tak bisa merelakan kenyataan pahit itu. Ia jelas masih ingat, memar yang berdenyut dan perih di wajahnya bahkan masih terasa, mana mungkin ini hanya mimpi?

"Kamu diselamatkan bodyguard, Rose. Lelaki gila itu tak sempat melecehkanmu."

Helaan nafas lega tak bisa Anna sembunyikan, ia berakhir menitihkan air mata bahagia dan memeluk Tasya dengan penuh ras syukur. Anna sempat memikirkan jalan pintas dan akan menikam Dimas tanpa ragu jika saja lelaki itu sempat menjamahnya dengan paksa, tapi sepertinya Tuhan tidak belum mengizinkan Anna menjadi seorang pembunuh. Mungkin hingga mangsa yang dinantikannya akan segera mendekat.

"Beruntung mami berada di ruang CCTV saat kalian masih berada dilorong. Andai mereka telat ..."

"Aku akan resmi menjadi seorang pembunuh." Potong Anna seraya melepas pelukan keduanya. "Aku tidak akan ragu membunuhnya, Sya. Jika lelaki keparat itu berhasil menelanjangiku."

Tasya meringis, mengusap punggung tangan Anna untuk menenangkan. "Tapi kau memang sudah ditelanjani." Cicitnya ragu.

Tasya meringis saat merasakan remasan pada tangannya, ia menerima bukti kebencian Anna pada lelaki yang tidak dirinya ketahui. Anna memang tak pernah menceritakan tentang Dimas, lelaki yang tidak penting, namun membuat Anna harus menerima hukuman dari Tuan muda dengan suka rela. Hanya karena rasa bersalah dan cinta. Memikirkannya, Anna mendadak mual dan jijik pada dirinya sendiri.

"Keparat." Lirih Anna.

"Tenanglah, sayang. Dia tidak akan pernah bisa masuk lagi ke tempat ini."

Anna menggeleng, ia beringsut turun dan berjalan mendekat kearah cermin, untuk melihat penampilannya yang berantakan. Sudut bibirnya terdapat luka memar keungguan, yang membengkak dan terasa nyeri. Pelipis dan pipinya pun tak berbeda jauh, itu adalah tanda permusuhan yang Dimas ciptakan, dan Anna akan dengan senang hati menyambutnya dan mengirim balasan yang tak kalah pedih.

"Aku tidak akan diam saja dan menurut. Akan kupastikan hal seperti ini tidak akan terulang lagi, dan tidak akan pernah menimpamu. Jadi-"

"Aku pun pernah mengalami nasib buruk sepertimu, Rose." Potong Tasya, dan dengan penasaran Anna menoleh menatap wanita itu. "Beruntung mami sudah lebih aware pada anak-anak dan mau memasang kamera pengawas. Dulu, aku dilecehkan oleh 3 bandot tua, dan tidak ada seorangpun yang menolongku."

Senyuman Tasya terasa penuh akan luka, wanita itu bersemu dalam binaran mata yang kesakitan. Mendengar kehidupan kelam yang Tasya alami, membuat Anna mendekat dan bersimpuh menggenggam tangan Tasya yang duduk di tepian ranjang.

Selingkuhan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang