Walau enggak mendetail, tapi aku peringatkan, jika di bab ini ada adegan kekerasan. Untuk yang tidak nyaman membaca, tolong silakan tekan tombol kembali tanpa harus meninggalkan komentar sindiran ya. Jangan buat mood baikku menjadi buruk karena kritikan yang menyakitkan, oke?
Perlu diingat, semua alur yang aku tulis adalah fiktif, dan jangan ditiru ya.
Selamat membaca.
===================================
Vald melirik kearah maps yang tertanam pada layar monitor kecil di mobil milik Julian, memastikan jika arah lajunya masih sesuai dengan tujuan utamanya. Kepalanya terus mengangguk mengikuti alunan musik pop rock yang teralun dari salah satu stasiun radio kenamaan tanah air.
Sesekali dia menoleh kearah jok belakang, meski tas jinjing tidak memiliki kaki dan tangan yang akan membuatnya melompat dari jendela, namun Vald yang bersemangat, merasa harus memastikan jika senjata koleksinya aman di jok belakang. Senyumannya semakin lebar, membayangkan tindakan-tindakan mendebarkan yang tidak lama lagi akan dia lakukan.
Jika dihitung, terakhir kali dia masih diberi kesempatan untuk melakukan tindakan kecintaannya adalah beberapa bulan lalu, itu pun tak memuaskan. Berbeda dengan empat tahun silam, saat pertama kalinya dia bisa kembali bebas merasakan memiliki tubuh.
Suara peringatan jika tujuan sudah dekat, membuat mata Vald semakin tajam, dia menginjak pedal gas lebih dalam, dengan mata melirik kearah monitor yang menampilkan sebuah panggilan masuk dari Ed. Suara sapaan Ed terdengar saat dia menarik naik tombol berwarna hijau.
"Hei dude, aku sebentar lagi sampai." Terang Vald, dengan suara setingkat lebih berat dibanding milik Julian.
Dan hal itu, jelas terbaca oleh Edward, yang terkekeh pelan. "Kaukah itu, Vald? Jika kau yang datang, aku tidak perlu khawatir. Haruskah kutarik semua orang-orangku? Tapi, di gudang itu, ada lebih dari 5 orang."
"Bagaimana dengan Anna?" Alih-alih menjawab pertanyaan Ed, Vald lebih dahulu menanyakan perihal wanita Julian yang menjadi tokoh utama dalam serial aksi yang akan segera dia lakoni. "Akan tidak lucu kan, kalau dia sudah mati saat aku tiba di sana?" Tambah Vald, dengan mata melirik kearah monitor dan membanting setir ke kanan jalan, masuk ke arah bangunan terbengkalai.
Lampu mobil segera dia matikan, dengan telinga yang dia tajamkan untuk mendengar jawaban dari Ed diseberang sana.
"Dia masih hidup, tapi menurut anak buahku, terdengar 3 kali teriakan melengking dari dalam gudang."
Vald yang baru mengambil tas jinjingnya, mengernyit sesaat sebelum tangannya masuk ke dalam tas untuk mencari senjata yang akan dia gunakan. Namun, setelah mendengar penjelasan Ed, dia memilih melempar kembali tas jinjingnya dan merunduk ke belakang untuk meraih senjata lain yang tidak muat jika disimpan pada tas jinjing kecil.
"Perintah semuanya untuk mundur."
"Kau yakin?" Suara Ed seakan meragukan, dan hal itu membuat Vald menyeringai kesal.
"Haruskah kita sparing setelah aksi penyelamatan ini, Ed? Supaya kau tahu seberapa kuat seorang Vald? Bukankah bulan lalu kau harus kehilangan satu gigi?"
Keheningan disebrang sana membuat Vald tergelak, dia menarik gagang dari selongsongnya, mendengar suara desingan membuat Vald semakin bersemangat. "Hari ini, bintangnya adalah Julian. Jadi jangan libatkan siapapun, setidaknya wanita itu harus sadar, jika hanya Julian yang bisa melindunginya."
"Tapi kau terus menyakitinya. Karena itulah, dia juga beranggapan jika hanya Julian yang paling dalam menyakitinya!" Sanggah Ed dengan tegas, namun panggilan segera diputus, sebelum Vald mulai mengeluarkan suara dari ketersinggungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuhan Tuan Muda
Romance⚠️ 18+ (Update kalau senggang, sibuk banting tulang demi sesuap nasi di real life) Annastasha Belle hanyalah gadis naif dengan cinta yang tulus kepada Tuan muda idamannya. Namun balasan dari cinta tulus dan segala yang ia berikan adalah kesakitan. ...