4. Hukuman

6.2K 355 59
                                    

🚫⚠️ Warning keras!
Ada adegan kekerasan ya di bab ini. Mohon jangan ditiru 🚫




***



"Bagimana bu?" Anna memandang ibunya dengan penuh harap.

Setelah membuat kehebohan didepan ruang BK, dirinya dipulangkan dan membiarkan ibunya menyelesaikan kesalahpahaman, akhirnya sang ibu pulang dengan helaan nafas panjang begitu membuka pintu. Sang ibu mendekat, memeluk Anna dan memberikan usapan pada rambut anak gadis satu-satunya.

"Maaf karena kamu terlahir dari keluarga miskin nak, maafkan ibu."

Anna melepaskan diri, menatap ibunya dengan rasa penasaran dan syarat akan permohonan. Ibunya kembali mengusap wajah Anna dengan tatapan sendu, dan ikut duduk di tepian ranjang bersama sang putri.

"Kau benar, Dimas mencoba melecehkanmu. Ada salah satu siswi yang mengaku menjadi saksi, saat kamu diseret oleh Dimas menuju gang sempit. Tapi, orang tua Dimas memiliki kuasa, dan masalah ini selesai dengan permintaan maaf saja." Ibu mulai meneteskan air mata saat melihat Anna menangis. "Maafkan ibu nak, ibu tidak bisa membela hakmu."

Keduanya kembali berpelukan, Anna menangis sesegukan dengan suara kencang, mengapa dunia sangat tidak adil padanya? Apa salahnya hingga harus merasakan penderitaan ini?

Ia bersyukur karena masalah ini terungkap, walau kenyataannya keadilan tetap dimenangkan oleh status kasta. Namun, satu hal yang membuat Anna tidak hentinya menangis, Tuan muda. Lelaki itu sama sekali tidak mau mendengar penjelasan dari Anna, sama sekali.

"Tidak apa nak, semua sudah baik-baik saja. Kamu bisa berangkat sekolah dengan normal, besok. Dan Dimas, dia mendapat skorsing selama seminggu." Jelas Ibu.

Hanya satu minggu? Lalu bagaimana jika Dimas membalasnya lagi?

Hanya karena penolakan, Dimas dengan tega merancang drama luar biasa dan menyulitkan, lalu apakah lelaki itu akan diam saja setelah menerima skorsing yang disebabkan oleh Anna?

Tak mau membuat ibunya kian khawatir dan bersedih, Anna memaksakan senyuman dan mengusap air mata ibunya.

"Bagaimana ibu bisa bersama dengan Tuan muda?" Mencoba menjawab rasa penasarannya, Anna menanyakan alasan dibalik kehadiran Tuan muda di sekolahnya.

"Ah, ibu bertemu dengan Tuan muda di gerbang sekolahmu. Katanya dia mau mengantarkan buku milikmu yang Tuan muda pinjam untu referensi UN. Tuan muda menanyakan alasan kehadian ibu di sana, berakhilah Tuan muda ikut masuk setelah ibu jelaskan permasalahan intinya."

Perasaan Anna semakin campur aduk, seingatnya ia bahkan tidak pernah meminjamkan catatan apapun pada Tuan muda. Kehadiran lelaki itu di sekolahnya tentu memiliki maksud lain. Namun sialnya, karena kehadirannya, malah menimbulkan salah paham yang semakin menjadi-jadi.

Ibu bangkit berdiri dan menepuk pundak Anna. "Cepat ganti baju, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."

Anna mengangguk dengan senyuman palsu, setelah memastikan ibunya keluar terlebih dahulu, baru Anna meraih seragam pelayan dan menatapnya dengan nanar. Mendadak, ia merasa hina dan rendah, bermimpi bersanding dengan pangeran tampan dengan kuda putih dan kerajaan menawan hanyalah dongeng palsu yang hanya ada di dalam buku saja. Harusnya Anna sadar diri dan mundur, mungkin ini adalah saat yang tepat.

Setelah menghela nafas disepanjang mengganti pakaian, Anna keluar dari kamar untuk melaksanakan pekerjaan sehari-harinya. 

"Bersihkan kandang kuda." Anna menangkap tongkat sapu yang dilemparkan padanya. Melisa bertolak pinggang dengan wajah mengeras seakan sedang kesal.

Selingkuhan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang