29. Hadiah Kesakitan

2K 284 92
                                    





"Kau lupa pada malam itu, Tuan Mike? Kau lupa sudah memberiku nama?" Air mata Tasya semakin menggenangi wajahnya, sebab mengingat masa lalu dan mendapat penolakan keras dari pria yang sangat dia cintai.

Tuan Mike.

Pria itu nampak acuh, tatapan kosong dan penuh keputusasaan yang dulu sering dia lihat dari sorot matanya, tak lagi nampak dari wajah pria tampan itu. Tasya sadar betul jika sosok itu adalah Mike, namun aura dan tatapannya, benar-benar berbeda, membuatnya hampir tak mengenali jika itu adalah Tuannya.

Tuan Mike yang dia kenal adalah sosok yang lembut dan tak pernah berkata kasar ataupun menyakitinya. Namun, begitu mulutnya terbuka untuk memanggil namanya, serta tangannya terulur untuk menyentuh lengan Mike, Tasya dihempas dengan kasar. Semua ucapannya yang berisi cerita nostalgia, ditepis dengan keras seolah Mike tidak menganggap masa lalu itu pernah ada. 

"Dengarkan sekali lagi, Tasya. Bukan aku yang menjanjikan kata-kata manis padamu, tapi Vald! Dia yang membimbingmu untuk melenyapkan ayah tirimu, bukan aku. Maka, tagih hutang itu pada Vald, dan berhenti memancingku untuk muncul, karena itu akan membuat Vald marah."

Mike terus menepis tangan Tasya yang mencoba meraih lengannya, dia terus mundur dengan decakan kesal. Hal itu membuat Tasya yang kecewa, menjadi kian sakit hati. Dia sudah menyerahkan seluruh hatinya pada Mike, menanti pria itu untuk muncul dan rela melakukan apapun yang Julian perintahkan. Tasya tentu tidak bisa mempercayai dengan lapang, jika sosok Vald lah yang menghancurkan hidupnya dan membuatnya menjadi seorang monster dan pembunuh.

Kesal, akhirnya Tasya berteriak histeris, dia mengeluarkan sebuah dasi dari dalam tasnya dan menyodorkannya pada wajah Mike. "Kau ingat, kau pernah memberikan dasi ini sebagai hadiah untuk bantuan yang kuberikan pada Tuan Julian kan? Ini hadiah darimu untukku kan? Jadi berhenti berpura-pura bodoh, dan katakanlah dengan jujur, jika kau juga merindukanku, Tuan ... Mike." Lirih Tasya kemudian.

Badannya luruh saat Mike menyeringai, pria itu melipat kedua lengannya di depan dada dan menyindir dengan sinis. "Kau mengaku menyukaiku, tapi hingga kini tidak bisa membedakan kami dengan benar? Mereka membodohimu, Tasya. Menggunakanmu untuk memperlancar rencana yang mereka rancang. Dan kau yang bodoh, terjerat dengan mudahnya."

Mata Tasya membola, dengan linangan air mata kekecewaan yang tak terbendung. Badannya melemas, tangan yang mengenggam dasi, pun terkulai tak berdaya. Jadi, dirinya benar-benar di tipu dan dimanfaatkan?

"Awalnya aku memang merasa bersalah padamu, dan putus asa hingga tak ingin lagi ada di tubuh ini. Namun, melihat kehidupan Anna yang jauh lebih menderita dariku, karena dikelilingi iblis-iblis tak berhati, membuatku sadar. Jika dialah sosok yang seharusnya aku kasihani, bukan kau yang menusuk sahabatmu dari belakang."

Teriakan kekesalan Tasya kian menjadi-jadi, dia seperti dirasuki oleh iblis yang membuatnya mengamuk dengan keras. Bahkan Tyson pun mendekat dengan panik, memeluk Tasya dengan raut khawatir, lalu beralih menatap Mike yang memjamkan mata dengan pijatan di pelipisnya. Pria itu menepukkan tangannya, lalu beberapa pria berbadan kekar masuk ke dalam ruang tamu. Dengan instruksi berupa anggukan, mereka dengan sigap merengkuh badan Tasya dan menariknya keluar. Anehnya, Tyson bahkan tidak disentuh, dan sosok itu pergi keluar dengan acuh, seolah dia memang membiarkan Tyson untuk tetap tinggal.

Setelah kepergian Julian, Tyson segera berlari ke arah kamar Anna, masuk dengan tergesa dan mengunci pintu rapat-rapat. Tujuan pertamanya adalah kearah balkon, memastikan rombongan mobil Julian dan anteknya sudah pergi, lalu dia segera mendekat kearah Anna yang kebinggungan.

Selingkuhan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang