10. Masa Lalu

3.2K 369 120
                                    



"Kau menemukan tempat bermain baru, Steve?"

Steve yang baru menghempaskan badannya di sofa, pun tersenyum lebar. Ia sedikit bangkit untuk menyesap minumannya, dan kembali mengawang pada permainan panas yang baru dilalui bersama Rose beberapa jam lalu, sangat luar biasa memuaskan. Sebulan belakangan, ia selalu bertemu dengan Rose, melupakan pekerjaan menyebalkannya dan menyibukkan diri untuk bersenang-senang.

Lelaki itu mengangguk, "Tempat dan mainan baru." Jawabnya antusias, seraya bangkit untuk duduk. "Dia yang terbaik, dari banyaknya lubang yang pernah aku masuki." Sesumbarnya pada empat pasang mata lelaki yang menatap kearahnya.

"Wow, ayolah. Tunjukkan pada kami!" Salah seorang dari rekannya menanggapi, membuat Steve menyeringai dengan gelengan.

"Oh tidak, dia terlalu indah untuk kau cicipi Nick. Hanya mereka yang pantas untukmu." Sarkas Steve seraya menatap wanita yang kini berada dipangkuan Nick.

Nick jelas mendengus kesal, namun ia tak berani menyanggah Steve, yang jelas lebih memiliki kekuasaan diatasnya. Perkumpulan mereka terdiri dari 5 orang pemuda berkuasa dan kaya raya. Jika Nick memiliki papa yang menjabat sebagai wakil dari salah satu partai politik tanah air, berbeda dengan Steve yang memiliki keluarga penguasaha sukses, bahkan memiliki sepupu yang tak kalah kaya.

"Sehebat apa servisnya?" Celetuk Jimy, salah seorang dari lelaki yang duduk mengelilingi meja, dengan dua wanita di masing-masing pahanya.

Steve menyeringai, mengusap dagunya untuk mengingat servis luar biasa yang sebulan belakangan ia rasakan. "Awalnya sangat angkuh, tapi dia pandai menempatkan posisi. Ah, sebutannya adalah iguana, karena dia bisa memerankan banyak wajah dan jenis pela*ur diluaran sana." Ucap Steve dengan dengusan geli. "Dua jam lalu kami melakukan adegan peran, aku sebagai pilot, dan dia sebagai pramugari yang haus akan belaian. Kami menghabiskan tiga ronde dengan panas, dan kubiarkan dia terlelap dibawah hangatnya selimut." Imbuhnya tak sungkan.

Walau, ia sedikit berbohong untuk ceritanya. Karena nyatanya, mereka hanya menghabiskan satu ronde, dan Rose meninggalkannya dengan kesal. Lagi-lagi karena Steve yang terus meracau sepanjang kegiatan mereka dan dianggap terlalu berisik. Namun, mana mungkin ia mengakui jika Steve yang dipuja wanita, ditinggal oleh seorang pelac*r rendahan?

Nick dan Jimy merespon dengan siulan dan kalimat-kalimat yang terus disisipi dengan kata iri. Diantara kelimanya, hanya Nick, Jimy dan Steve saja yang gemar bermain wanita, dan menganggap jika kaum hawa hanyalah pemuas hasrat semata. Namun, sebulan belakangan Steve seperti tenggelam dibawa oleh arus laut. Lelaki itu selalu menghilang tiap kali keempatnya mengadakan janji temu, yang ternyata alasan dari menghilangnya Steve adalah karena seorang wanita.

"Apa dia memiliki dada yang besar?" Celetuk Jimy, lelaki itu memang menggilai dada, yang Steve yakini jika Jimy memiliki fetish pada bagian terseksi dari tubuh wanita itu.

Steve sengaja berfikir, lalu mendecak dengan ibu jari yang teracung setelah membuat bulatan besar di depan dada. "Tidak hanya dada, dia memiliki pinggang yang ramping, mata hazel yang sangat cantik, kewanitaan yang membuat candu. Ah! dan bibir peach dengan tahi lalat dibawahnya, sungguh selalu membuatku turn on. Aku tak bisa berhenti untuk terus menjilatnya." Jabar Steve dengan tangan yang mengusap dagunya, mendadak ia merindukan sentuhan Rose-nya.

Ruang VVIP itu mendadak gaduh, Nick dan Jimy berseru semangat, berbanding dengan para wanita yang mendecak tak suka. Bagi Steve, mereka hanya iri, karena ia begitu memuji Rose hingga terlalu jauh, sedang wanita lain yang pernah menghangatkan jagoannya, tak pernah sama sekali ia sanjung.

"Biarkan aku mencobanya sekali Steve, dan kubiarkan kau menyentuh adikku." Rayu Jimy, yang mendapat respon gelak tawa dan gelengan dari Steven.

"Sorry, adikmu sudah tidak menarik lagi."

Selingkuhan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang