"Sial! Berapa lama lagi kita harus di gubuk reot ini, Lisa!" Geram Helen dengan kesal.
Matanya terus mengedar meneliti kegelapan dari rumah bambu yang usang dan reot. Aroma asap yang pekat dan menusuk, menganggu penciumannya hingga jemarinya terus mencubit hidungn dengan kesal. Minggu lalu mereka jelas sudah kemari, menjalankan ritual aneh dan gila, namun belum juga ada tanda-tanda nyata jika Julian sudah tergila-gila padanya.
Pandangannya bermuara pada pria berambut godong yang sedari tadi berkomat-kamit di depan gerabah kecil lengkap dengan kemeyan. Satu tangannya memegang boneka voodoo yang terbuat dari jerami, menyemburkan air dari mulutnya dan terus melakukan ritual-ritual aneh.
Di sampingnya Lisa duduk bersilah, turut berkomat-kamit dengan kedua tangan tertangkup dan badan yang begerak ke kanan kiri mengikuti irama mulutnya. Helen sebagai satu-satunya yang tidak memahami ilmu aneh ini, hanya terus mengusap kedua lengannya yang terasa dingin. Hingga suara komat-kamit dari dukun dan Lisa berhenti, pria gondorng itu mengikat sebuah tali berwarna hitam dengan lilitan kain putih di leher boneka voodoo, lalu menyodorkannya pada Lisa.
"Ambilah, mari kita coba ajian yang ini."
Lisa mengambil boneka voodoo yang dibungkus kain putih lusuh, menyodrokannya pada Helen yang menjauh ngeri. Dia beralih menatap sang dukun dengan kesal, sedari awal meminta bantuan jasanya, Helen dengan tegas menolak setiap kali diminta membawa pulang sesuatu barang. Terlalu ngeri jika harus menyimpan sesuatu yang mistis di rumahnya, terlebih kain putih lusuh itu dia simpulkan sebagai kain kafan, dan kecoklatan pada kain itu membuat Helen kian risau dan ketakutan.
"Aku sudah bilang berulang kali! Jangan gunakan ilmu yang mengharuskanku pulang membawa barang-barang aneh. Ganti!" Dengus Helen kesal.
"Maaf Nyonya, tapi sepertinya ada yang aneh dengan target itu."
Mendengar dukun yang berkilah membuat Helen kian kesal. Pasalnya dia sudah membayar mahal untuk pertemuan pertama, bahkan dia diharuskan datang dengan jantung kuda yang masih segar sebagai syarat. Namun setelah usahanya yang lumayan melelehkan, dia tidak mendapat apa-apa, selain Julian yang semakin menjauh, bahkan duduk bersebelahan pun enggan.
"Berikan ajian terbaik, barapun akan kubayar! Asalkan kali ini berhasil. Aku harus segera memiliki bayi, supaya bisa mengikatnya."
Dukun itu terkekeh, membuat Helen mengernyit kesal. Dia menoleh kearah Lisa yang terlihat santai, bahkan bungkusan kain putih itu di dekapnya dengan erat tanpa sedikitpun rasa ketakutan.
"Ada satu ajian yang sangat manjur dan dapat dengan mudah mengikat pria."
"Apa?! Lakukan sekarang!" Wajah Helen berbinar-binar bahagia, merasa jika dia masih memiliki kesempatan untuk menaklukkan Julian.
Melihat dukun yang menatap Lisa, Helen pun turut melakukannya. Lisa mendekat, berbisik tepat di telinganya hingga membuat mata Helen terbelalak lebar.
"Kau gila?!" Sunggut Helen.
Tangannya meremas kerah baju yang dikenakannya dengan erat, dia bernafas dengan kasar karena marah. Namun saat berniat untuk beranjak, Lisa menahan lengan Helen dan memaksanya untuk kembali duduk.
"Ibu saya sudah pernah melakukan ritual itu, Nyonya. Berkat itu, ibu mendapatkan hati pria yang dicintainya. Dan dapat dipastikan jika kali ini pasti akan berhasil." Yakin Lisa seraya mempererat remasan tangannya pada lengan Helen.
"Tapi tidak harus tidur dengan dukun sialan itu kan?! Kau gila, Lisa! Bagaimana bisa aku tidur dengan pria ..." Helen melirik kearah sang dukun, memindai penampilan pria yang sangat kampungan dan lusuh. Dia yakin, jika dukun itu pasti berbau kemenyan dan tanah, percampuran yang menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuhan Tuan Muda
Romance⚠️ 18+ (Update kalau senggang, sibuk banting tulang demi sesuap nasi di real life) Annastasha Belle hanyalah gadis naif dengan cinta yang tulus kepada Tuan muda idamannya. Namun balasan dari cinta tulus dan segala yang ia berikan adalah kesakitan. ...