Senyuman Anna, rasanya benar-benar bisa mengalahkan indahnya arunika yang mulai menunjukkan pesonanya. Dia masih berfokus pada ponselnya, sekadar berbalas pesan dengan Tyson, yang ternyata cukup menyenangkan. Anna, tak pernah merasakan kasmaran saat remaja, tidak juga menerima ungkapan cinta kekanakan yang selalu dipenuhi dengan ungkapan cinta nan puitis. Kehidupan romansanya bermula dengan tawar--karena sikap Julian yang tak pernah romantis dengan pantas--dan berakhir dengan sangat pahit.
Karenanya, saat lelaki remaja disebrang sana terus merayu, dan dengan bayangan wajah yang terus mengisi pikirannya, Anna terlena. Sepertinya dia tak pintar memilih cinta yang tulus atau sekadar permainan, yang pasti saat ini Tyson lah yang berhasil menghangatkan hatinya yang dingin.
"Cih, dasar kekanakan." Gumam Anna, dengan senyuman yang tak juga berpaling dari wajahnya.
'Pokoknya kak Rose harus tepat janji! Memberiku hadiah karena mau bersembunyi dan diam di gudang!'
Itu adalah bunyi pesan yang kembali membuat Anna tersenyum, dalam hati ia bergumam. Ternyata, seperti ini namanya mabuk cinta?
Dirinya memang belum bisa menekankan jika mencintai Tyson, namun bersama remaja itu, Anna seribu kali lipat lebih bahagia dibandingkan dengan para berengsek yang mengelilinginya. Terlalu fokus pada Tyson, Anna bahkan mengabaikan musik zumba yang tadi ia perhatikan, nyatanya gadgetnya jauh lebih menarik.
Namun, Anna tertegun kemudian. Dia menatap cantiknya langit berwarna jingga yang ada dihadapannya, tanpa adanya sebab yang pasti, Anna menghela nafas dengan berat dan meletakkan ponselnya.
"Ini bukan saat yang tepat untuk bersenang-senang." Kali ini Anna bangkit berdiri berjalan menuju balkon yang bersebrangan langsung dengan kediaman Julian.
Dengan meremas pembatas balkon, bermandikan cahaya matahari pagi, serta angin yang menguatkannya, Anna bersumpah. "Jika nanti dendamku telah terbalaskan, aku bersumpah akan melepas semua beban hidupku." Setelahnya Anna menatap langit, tangannya terulur untuk meremas dadanya yang terasa sesak.
Kembali memikirkan dendam, sang ibu yang telah tiada, semua terjadi karena Anna sadar diri. Jika cinta, tidak cocok untuknya, dan Tyson tak seharusnya bernasib sial dengan mendapatkan wanita rendah nan rusak seperti Anna.
Suara klakson di depan gerbang rumahnya membuat Anna menoleh penasaran, dia melirik kearah jam dinding yang masih menunjukkan pukul 7 kurang 25 menit. Sepagi itu, dan dia sudah memiliki tamu?
Memutuskan untuk turun guna memeriksa, Anna mengernyit saat jendela kemudi diturunkan, dan sosok Steve tersenyum dengan ramah. "Buka pintunya."
Jelas Anna heran, walau dia sudah diberitahu jika Steve akan sering berkunjung, namun Anna tak pernah menyangka jika pagi ini juga lelaki itu akan datang. Anna bahkan baru sekali merasakan bermalam di rumah ini, berharap dapat beradaptasi dan melakukan me time, gagal karena kehadiran Steve.
Namun, walau bagaimanapun Anna masih tetap melebarkan gerbang dan mempersilakan mobil Steve untuk masuk menuju pekarangan. Memikirkan mobil, Anna pun mendapatkan ide lanjutan untuk menarik banyak uang dari Julian, setidaknya dia membutuhkan satu mobil mewah. Yang walau semewah apapun, pasti tidak akan bisa membuat Julian bangkrut.
"Julian sudah memberitahuku, tapi aku tidak menyangka jika rumah kalian tepat bersebelahan."
Kalimat pembuka yang sangat buruk untuk ukuran orang yang lama tak saling berjumpa. Entah alasan keberapa, Anna kian merasakan jika kesenjangan antara dirinya dan Steve memanglah sangat besar. Paras lelaki itu memang boleh rupawan, namun hingga detik ini tidak ada kesamaan sifat yang bisa disebut sebagai 'klop'. Maka, benar jika Anna memilih menjaga jarak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuhan Tuan Muda
Romance⚠️ 18+ (Update kalau senggang, sibuk banting tulang demi sesuap nasi di real life) Annastasha Belle hanyalah gadis naif dengan cinta yang tulus kepada Tuan muda idamannya. Namun balasan dari cinta tulus dan segala yang ia berikan adalah kesakitan. ...