Vald terus terkikik dengan puas seraya menulis kata demi kata di atas kertas kosong yang mulai penuh di atas meja. Dia sedikit menatap langit-langit dengan harapan mereka akan mengirimkan ide menarik guna menggambarkan cerita menarik yang dapat menggetarkan jiwa pembacanya.
Seringainya semakin lebar kala menemukan rangkaian drama yang pasti akan membuat jiwa lain di tubuh itu menggila. Setelah dirasa cukup, dia menyandarkan badannya pada punggung kursi dan menarik nafas dalam-dalam.
"Saatnya kau muncul," gumamnya secara berulang-ulang.
Memanggil Julian adalah perihal mudah, dia hanya perlu memikirkan hal-hal baik serta menyenangkan tentang Anna, dan sosok itu akan muncul dengan izinnya. Kenyataan itu sedikit menyebalkan untuk Vald, karena belakangan dia semakin kesusahan untuk menampakkan diri. Ada sedikit kekhawatiran, apakah Julian sudah ingin dirinya pergi?
Konsentrasinya pecah, Vald menggeram kesal dan bangkit berdiri seraya menyapu semua barang di atas meja. Belakangan buku catatan Julian hanya berisi coretan-coretan tak penting, pria itu bahkan tidak menulis detail apapun yang dia lakukan selama dia mengisi tubuhnya.
Dengan nafas teranggah-enggah, Vald menatap buku catatannya yang sudah dipenuhi oleh tulisannya, semuka penuh. Karenanya, dia kembali duduk dan lebih fokus lagi untuk mengendalikan amarahnya.
Tak lama nafas pria yang terpejam itu melembut dan semakin tenang, dia membuka mata perlahan dan mengusap wajahnya. Hal pertama yang dia tatap adalah buku dengan tulisan penuh, Julian segera meraihnya dan membaca dengan teliti.
Isinya, adalah tentang Anna yang putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya karena lelah dengan perasaan dendamnya. Vald juga menuliskan jika Anna memiliki dua jalan yang harus dipilih. Satu, dia akan menghabisi Julian dan semua orang yang menyakitinya, atau menyerah dan mengakhiri hidupnya, menyusul keluarga dan janinnya yang telah tiada.
Mata Julian terus memindai tulisan Vald dengan seksama. Tulisan itu selalu berkahir pada kalimat jika Anna sangat membenci sosok Julian, dan tidak akan pernah memaafkannya. Ada satu kalimat terakhir yang Vald tulis.
'Anna membencimu, sangat. Tapi dia tidak membencimu sebagai Vald. Kau tau artinya kan? Kau tau siapa yang Anna butuhkan untuk melindunginya, kan?'
Julian segara melempar buku itu, menatap meja yang kosong dan beberapa barang yang berserakan di lantai.
"Jadi maksudnya, dia ingin aku menyerah akan hidupku dan membiarkan iblis itu menggantikanku melindungi Anna?"
Rahangnya mengetat, Julian menghampaskan badannya ke atas kursi kerja dan memejamkan mata dengan kening berkerut. Anna terus terbayang di kepalanya, benar jika sosok wanita itu sangat membencinya, untuk semua tindakan yang sudah ia lakukan. Julian adalah seorang kriminal, yang memiliki komplotan dengan jiwa lain di tubuhnya, dia sangat menyadari itu.
Membuka mata, Julian bangkit berdiri untuk mendekat pada potret wajahnya yang tergantung di dinding. Dia menariknya, lalu membuka dinding yang ditanam oleh sebuah brankas besar. Menempelkan ibu jarinya, brankas itu terbuka dan menampilkan beberapa buku yang tertata rapi. Satu buku dia ambil, dan dibawanya ke meja kerja, dia mulai menulis catatan tentang perasaannya untuk beberapa waktu belakangan. Catatan itu, tentu dia jaga kerahasiaannya dari sosok Vald, berbeda dengan catatan yang selalu dia tinggalkan di laci meja.
Setelah menumpahkan perasaannya ke dalam buku, dia mengembalikannya dan bersinggungan dengan pisau lipat di dalam brankas. Tangannya terulur untuk meraihnya, dia kembali teringat pada ucapan dokternya bulan lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuhan Tuan Muda
Romance⚠️ 18+ (Update kalau senggang, sibuk banting tulang demi sesuap nasi di real life) Annastasha Belle hanyalah gadis naif dengan cinta yang tulus kepada Tuan muda idamannya. Namun balasan dari cinta tulus dan segala yang ia berikan adalah kesakitan. ...