Anna, terus memandangi kakinya yang terasa berat untuk diangkat masuk ke dalam elevator yang sudah terbuka. Kemarin ia sudah menerima ancaman dari Steve, di mana lelaki yang sudah ia permalukan dengan beberapa cacian dan bogeman itu akan membuat Anna merasakan akibatnya. Hal itu, semakin menambahkan beban berat di kakinya, dan tak sanggup untuk melangkah.
Sesal hanya sisa kata, harusnya ia hidup menjadi anjing penjilat yang penurut. Bukan bertindak sombong, angkuh ataupun meninggikan harga diri. Karena walau bagaimanapun, ia hanyalah penjaja kehormatan saja. Berkat dari keangkuhannya, ia bahkan tak memiliki kekuatan apapun untuk membantunya, andai ia lebih gemar merayu.
Kamar 2014, angka yang sama dengan tahun yang saat ini sedang berjalan. Anna tak paham, apakah lelaki sialan itu sengaja memilih angka cantik untuk menjadi saksi dari penyiksaan yang akan ia terima. Atau hanya sebuah ajang menyombongkan diri, tentang seberapa berkuasanya ia, hingga dapat dengan mudah memesan kamar dengan angka cantik itu.
Sepanjang dirinya dibawa naik, Anna terus menatap kosong cerminan dirinya dari balik dinding elevator yang mengilap. Ia sempat menulis pesan untuk Tasya sebelum pergi, jika ia pulang hanya dengan nama, Anna berharap jika Tasya bersedia melanjutkan dendamnya. Setidaknya, walau ia mati, dendamnya pada Julian tetap akan terbalaskan.
Stiletto hitam yang dikenakannya memecah keheningan lorong menuju ruang hukuman yang akan segera ia masuki. Saat katupan suara alas kaki yang digunakannya terhenti, dan matanya menatap deretan angka yang harus dituju, Anna menghela nafas panjang seraya menekan bel, dan terdengar suara dari interkom.
"Kaukah itu?"
Suara itu membuat Anna menggeram kesal, lelaki yang amat ia benci, walau tak semendalam Julian. Yang pasti, keduanya sama-sama berengseknya. Benar kata mending sang ibu dulu, Steve adalah lelaki pendindas yang harus ia waspadai. Dan Steve, bukan lelaki bodoh yang mudah ia manfaatkan, malah kini Anna yang seperti sedang dimanfaatkan. Jelas, karena Madona mengatakan jika pelayanan kali ini gratis, sebagai denda atas perlakuan kasar Anna.
Ia memang bisa saja menggunakan kekerasan, melawan Madona dengan paksa dan melakukan apapun sebisanya. Namun, Anna ingin hidup normal selayaknya manusia biasa, dan ia tak ingin menyia-nyiakan hidupnya, tanpa membalas dendamnya terlebih dahulu. Karena, jika Anna memiliki satu pisau dan hanya ada satu kesempatan, ia lebih memilih membunuh Julian dibandingkan Madona ataupun Steve yang terus mengusik hidupnya. Ah, kenyataannya Anna memiliki banyak musuh.
"Ini aku," lirihnya dengan kuyu.
"Masuklah."
Tak lama pintu coklat gelap itu terbuka, dengan berat hati Anna melangkahkan kakinya masuk. Tubuhnya terlonjak hanya karena suara pintu yang otomatis tertutup, ia menyapukan pandangannya kearah kamar hotel yang luas. Ada beberapa lelaki yang duduk mengelilingi meja, dan pandangannya segera tertutup oleh dada bidang Steven yang memeluknya, tanpa sedikitpun sempat menangkap satu wajah dari sosok di masing-masing kursi itu.
Steve melayangkan ciuman yang menuntut, Anna sempat menggeram saat merasakan remasan di beberapa titik tubuhnya. Beruntung sebuah suara menghentikan kegiatan Steven, dan membiarkan Anna bernafas dengan lebih leluasa.
"Hey, cepat hentikan dan bawa dia kemari."
Anna merasakan remasan dipinggangnya, yang terasa posesif, Steve sama sekali tak memberi jarak, seakan dirinya tak mau kehilangan Anna barang sesaat. Beberapa seruan mulai terdengar saat Anna mendekati meja itu, tiga orang yang duduk memunggunginya pun mulai menoleh, dan mata Anna membola saat melihat satu wajah yang sangat familier di ingatannya.
Dimas, lelaki itu menyeringai begitu pandangan keduanya terkunci. Tersirat jelas sorot kemenangan di kedua matanya, dan hal itu membuat kedua kaki Anna menjadi kian lemas. Beruntung Steven menahan pinggangnya untuk tetap bisa berdiri tegak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuhan Tuan Muda
Romance⚠️ 18+ (Update kalau senggang, sibuk banting tulang demi sesuap nasi di real life) Annastasha Belle hanyalah gadis naif dengan cinta yang tulus kepada Tuan muda idamannya. Namun balasan dari cinta tulus dan segala yang ia berikan adalah kesakitan. ...