22. Kecewa dan Pengkhianatan

3K 352 142
                                    





Malam hari sebelum terlelap, Anna biasanya melakukan ritual wajib yang tidak akan pernah dia lewatkan dengan alasan apapun. Jika tidak bisa dilakukan dengan sungguh-sungguh, Anna akan melakukannya dalam anggan, yang setidaknya akan membuat hatinya tenang, dan selalu ingat pada tujuannya. Yaitu, merapalkan nama Julian, Nyonya besar, beberapa musuh yang menyakitinya, serta diimbuhi dengan sumpah pembalasan apa yang akan dia lakukan.

Namun, untuk malam ini, Anna bahkan tidak mengingatnya, dia sibuk bertarung dengan pikiran serta prasangka. Tentang, mengapa Julian memilih tidur di kamar lain alih-alih menjamah Anna dengan keras?

Julian sangat membenci Tyson, meski tidak diungkap secara tegas, namun Anna tahu jika kehadiran Tyson merupakan ancaman yang sangat lelaki itu benci. Namun, saat memergoki mereka bersama di rumah siang tadi, Julian bahkan tetap diam dan acuh, serta terkesan menjaga jarak.

Memikirkan kemungkinan, atau jalan pikiran dari lelaki licik itu, benar-benar menguras fokus Anna, hingga membuatnya melupakan kebiasaan wajibnya. Entah sudah berapa kali dia berguling tak tenang di atas ranjang, melamun untuk menerka, dan berakhir buntu tanpa ada titik terang. Terus berulang, hingga akhirnya Anna menggerang kesal dan bangkit untuk duduk dengan frustasi.

"Atau dia marah? Dan begini cara marahnya?" Gumamnya dengan putus asa.

Setahu Anna, Julian akan melampiaskan kemarahannya dengan cara menghukum. Seperti sebuah permainan belaka, Julian tidak akan segan memukul, bahkan menyakiti tubuh Anna seakan teramat gemas. Jika membunuh bukanlah sebuah kejahatan yang akan menimbulkan hukuman yang berat, Julian mungkin akan menyiksa Anna dan menggagahi hingga dia hilang nyawa. Begitulah Julian, yang kini mulai terasa biasa dan termaklumi. Anna bahkan sudah banyak menyiapkan banyak make up untuk menyamarkan luka yang Julian berikan pada tubuhnya.

Memang menyakitkan, namun Anna tetap diam sebelum bom yang dia bawa akan meledakkan lelaki itu hingga tak tersisa.

Anna melirik kearah jam di atas nakas, pukul 10 malam dan seharusnya dia tidak boleh memakan apapun demi keindahan tubuhnya. Namun, karena frustasi dan membutuhkan dorongan untuk berfikir, Anna memilih turun dari ranjang, dan melangkah keluar dari kamar. Tujuannya adalah dapur, hingga fokusnya teralih saat melihat secercah cahaya dalam gelapnya rumah yang remang.

Langkah kakinya berubah arah, Anna memilih mendekati kamar itu, yang pintunya terbuka dan membentuk cahaya memanjang menyerupai sela pintu. Tanpa perlu menerka, Anna sudah dapat menyimpulkan jika kamar itu pasti ditempati oleh Julian, maka dia memutuskan untuk mengendap dan mengintip dari celah pintu.

Di dalam sana, Julian berdiri di hadapan jendela yang terbuka, dengan satu tangan menahan ponsel yang ditempelkan pada telinga kanannya. Sama seperti jendela yang terbuka lebar, tubuh bagian atas Julian pun terbuka, lelaki itu hanya mengenakan joger pants abu tua yang membalut kakinya. Namun, satu titik yang membuat mata Anna enggan berpaling, yaitu lengan kanan Julian yang dipenuhi oleh banyak lukisan permanen.

"Sejak kapan kau memiliki tato?" Lirih Anna, setelah memastikan Julian menurunkan lengan yang menyangga ponselnya.

Julian menoleh dengan sedikit mengernyit terkejut, namun lelaki itu sangat pandai menutupi ekspresi, dan kembali berwajah datar saat mendudukkan diri di ujung ranjang. "Saat aku bilang akan pergi untuk melakukan perjalanan bisnis."

Senyuman Julian, dengan jemari yang mengusap lengan bergambarnya, membuat Anna kian penasaran. Dia melangkah semakin dalam, bahkan tanpa diminta oleh pemilik ruangan itu sekalipun. Saat menaikkan pandangan, Julian menunjuk salah satu gambar pada lengan kirinya. 

"Ini adalah mommy." Lirihnya, dengan senyuman dan kembali menatap lengannya.

Anna mencondongkan diri, memastikan wujud Nyonya besar yang terlukis dalam tubuh sang putra. Berbeda dengan bayangan Anna, gambar yang ditunjuk Julian adalah wujud dari seekor ubur-ubur yang memiliki tentakel canitik. Dengan lugu, Anna bahkan mengernyit dan tidak membenarkan ucapan Julian.

Selingkuhan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang