21. Pelipur Lara

2.7K 349 178
                                    








Setelah memastikan Steve pergi, Anna melangkah dengan santai menuju rumah mewah miliknya. Sebelum melewati gerbang, dia sempat melirik kearah Helen, yang kini melambai kearahnya dari rumah samping. Helen tersenyum lebar, sama sekali tidak mengetahui jika sang suami kini sedang berada di dalam rumah wanita lain. 

Teramat miris, namun Anna tidak memiliki waktu untuk mengasihani orang lain, karena kehidupannya sudah cukup pahit untuk dirasakan. Setidaknya, Helen masih bisa membanggakan diri, karena hidup dari keluarga kaya raya dan memiliki suami yang sempurna dalam tampilan luarnya. Semua orang pasti menaruh rasa iri pada Helen dan keluarga kecilnya yang bisa dikatakan sempurna.

Setelah puas mengadu nasib, Anna melayangkan senyuman elegannya dan masuk ke dalam rumah. Suasana hening begitu ia membuka pintu, tatapannya segera tertuju pada sosok Julian yang berdiri di pintu partisi menuju halaman samping yang di sana terhampar kolam renang berukuran sedang namun cukup cantik. Di tangannya, Julian mengenggam gelas berkaki tinggi, berisikan cairan merah hati, yang kini hampir habis.

Dalam hatinya, Anna masih menyimpan perasaan puas karena bisa menyaksikan Julian dan Helen berdebat ringan perihal foto mesra Julian dengan wanita lain. Sehingga, walau mungkin ada hukuman di hadapannya, Anna sama sekali tidak ambil pusing, dan segera mendekat untuk memeluk punggung bidang Julian.

"Jadi kau akan membelikanku mobil? Aku ingin memiliki mobil yang sama seperti mobil kesayanganmu, Tuan muda." Manja Anna.

Walau pada dasarnya dia tidak bisa mengendarai mobil, bahkan sekadar tekniknya pun. Namun Anna tetap ingin memenuhi kebutuhan tersiernya, dia memiliki kekasih kaya raya yang tidak akan habis walau dirinya meminta 10 unit mobil sekalipun, maka Anna jelas akan memanfaatkan semampunya. Bahkan, akan lebih baik jika Anna bisa menguras harta kekayaan Julian, membuat lelaki itu merasakan pahitnya hidup kekurangan.

Tidak seperti biasanya, Julian tidak segera merespon pelukan Anna, lelaki itu malah kembali menyesap minumannya hingga tandas, dan melempar gelas itu ke lantai. Kedua lengan Anna dihempas, Julian membuka pintu partisi dan membalikkan badannya menatap Anna.

"Kurasa, kau semakin mencintai hukuman dariku, Anna?" Seringai lelaki itu.

Sedangkan Anna, ikut menyeringai dan tanpa segan merangkul leher Julian dengan kedua lengannya. "Hukuman? Bukankah aku sudah bilang, Tuan muda? Tidak ada lagi hukuman, karena aku bisa pergi sesuka hatiku." Remeh Anna seraya melayangkan kecupan lembut di bibir Julian. "Kau mengira, dirimulah satu-satunya lelaki yang menginginkan Rose? No." Anna menggeleng, dengan tatapan menjeratnya. "Kau lupa, jika aku adalah primadona di tempat Madona? Bahkan, ada lelaki kaya yang siap merawatku setelah kau menyakitiku barang seujung kuku sekalipun."

"Tutup mulutmu!" 

Julian yang terpancing, tidak hanya berteriak dengan amarahnya. Lelaki itu turut mencengkram rahang Anna dengan erat, hingga membuat Anna meringis kesakitan. Namun, kesakitan itu semakin membuat Anna berambisi, senyumannya semakin lebar dengan angkuh, dia jelas sudah mendapatkan jawaban, jika lelaki dihadapannya tak mungkin bisa merelakannya dengan mudah.

Dengan sedikit gerakan dari ilmu bela diri yang ia kuasai, Anna dapat menepis lengan Julian yang menahannya, dan menjauhkan diri beberapa centi dari lelaki yang kini mengernyit terkejut akan reaksi Anna. 

"Bukankah sudah kubilang? Ada lelaki yang siap merawatku setelah kau menyakitiku barang seuj-"

Julian mendekat dengan tatapan nyalang, lelaki itu segera menyatukan kening keduanya dan menatap Anna dengan tajam bersamaan dengan nafas yang berderu kesal. Julian seperti banteng marah yang ditahan, tak dapat menyeruduk mangsanya karena keadaan. Kali ini Anna dapat bersikap ponggah, amarah Julian jelas tak bisa lelaki itu kendalikan lagi, yang menandakan jika kali ini, Anna lah yang memegang kendali.

Selingkuhan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang