37. Selangkah Demi Selangkah

4.1K 265 60
                                    



*Warning dulu! Karena ada adegan dewasanya. Tapi tenang, masih kayak gaya penulisan dewasa versi aku kok, enggak yang vulgar banget. Semoga masih bisa dibaca dengan aman oleh anak-anak dibawah umur yang ngeyel baca ya, hihi.



***



Pagi ini rumah Anna sangat ramai didatangi oleh beberapa mobil berwarna hitam yang membuat arak-arakan kecil. Dari balik jendela kamar di lantai dua, Anna mengintip dan memastikan siapa gerangan yang membuat keramaian dan memaksa masuk ke dalam rumah dengan memukul-mukul pintu gerbang.

Penjaga membukanya dengan sedikit ketakutan, dan tak lama segerombolan pria berseragam pengawal, berduyun-duyun masuk seolah petugas keamanan yang hendak melakukan penyergapan. 

Karena penasaran, Anna bergegas turun dan mendapati orang-orang itu berkerumun di depan kamar yang dipakai oleh Julian beberapa hari ini. Melambatkan langkahnya, Anna pun sadar jika hari ini adalah tepat sepekan setelah Nyonya Melia memberi Anna sebuah cek dan memintanya untuk meninggalkan Julian.

"Keluar!"

Suara teriakan Julian terdengar tegas, dari dalam kamar dua orang pria berbadan besar keluar dengan tergesa-gesa. Anna bahkan sempat bersitatap dengan salah satu pria itu, yang kemudian segera menunduk begitu melihat Anna yang mendekat.

"Tuan Julian tidak ingin diganggu." Tahan salah satu pengawal seraya menjulurkan lengannya.

Anna mendecak kesal, dia menepis lengan pria itu dengan helaan nafas. "Aku pemilik rumah ini, tidak ada yang berhak melarangku!"

"Tap-"

Pria itu kembali menahan Anna, bahkan kali ini diikuti oleh satu pria lain yang turut menghadang badannya. Melihat itu, Anna memindai salah seorang pengawal dan segera menarik pisau kecil yang disisipkan di selongsong yang terkait dengan ikat pinggang. Dengan lihai Anna memutar pisau itu, menekannya pada leher seorang pengawal lalu menyeringai.

"Aku ulangi, ini rumahku. Aku juga bebas menghabisi siapapun yang mengusikku." Ancam Anna tanpa rasa takut, sedang dua pria yang menghadangnya jelas memiliki postur tubuh lebih besar dua kali lipat dibandingkan dirinya.

Mendengar keributan yang berasal dari ambang pintu, Julian keluar dari tempat peristirahatannya. Dia berjingkat terkejut saat melihat Anna yang menodongkan pisau pada salah seorang pengawalnya, melihat penampilan Julian, pria itu sudah terlihat sangat bugar dibanding beberapa hari sebelumnya.

Anna memang tak banyak bertemu dengan Julian meskipun mereka tinggal satu atap. Setelah memutuskan untuk bersekutu dengan Melisa, Anna mulai melakukan beberapa rencana yang harus matang, untuk melancarkan serangan demi serangan pada keluarga Valtteri. Maka, hampir seluruh waktunya dihabiskan di luar rumah dan entah mengapa akhirnya Julian mau dibantu oleh perawat untuk penyembuhannya.

"Wow, kau sedang melakukan apa, Anna?" Julian menyeringai dengan tengil, seraya menarik lengan Anna untuk mengambil alih pisau di genggamannya.

Meski sedikit alot karena Anna yang tak ingin melepas pisau itu, Namun kekuatan Julian jelas lebih besar, sehingga pria itu berhasil mengambil alih pisau dan mengembalikannya pada pengawal. Dengan sekali anggukan dagu, Julian berhasil membuat belasan pengawal yang berkerumun, memilih untuk mundur dan membubarkan diri. Setelah suasana menjadi sepi, Julian menarik dagu Anna untuk bersitatap dengannya.

"Senang kembali bertemu denganmu." Lirih Julian.

"Ya, dan sebentar lagi kita akan segera dipisahkan." Jawab Anna dengan cepat. "Mereka datang atas perintah Nyonya Melia, tentu saja untuk membawamu pulang dan membuangku pergi dari sisimu."

Selingkuhan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang