24. Sosok Kedua

2.6K 353 191
                                    





Suara ketukan heels memecah kesunyian di tengah meja makan keluarga Julian. Sepasang suami istri itu terbiasa melewati kegiatan pagi tanpa adanya bercengkraman hangat selayaknya pasangan muda baru menikah yang terasa manis. Di mata Helen, Julian adalah lelaki paling cuek dan dingin semuka bumi, sedang dia terlampau rendah untuk terus mencoba menundukkan diri dan merayu sang suami. Maka, sarapan dengan keheningan, adalah lagu lama yang tidak menarik lagi.

"Selamat pagi Nyonya, maaf menganggu. Ada tamu di luar gerbang yang meminta untuk bertemu Tuan Julian." Sapa Melisa dengan tutur kata yang sopan. 

Jujur saja Julian cukup takjub dengan perubahan sikap Melisa yang teramat berbeda, dulu Lisa adalah gadis yang ceroboh dan polos. Saat mereka pernah bertemu semasa kanak-kanak, Lisa bahkan sering menempel pada Julian, tanpa memahami jika keduanya memiliki kasta yang tidak setara. Dan manusia bertipe seperti Lisa, adalah salah satu yang sangat Julian benci, memanfaatkan keadaan untuk mendukungnya.

Tak mau memikirkan rasa tidak sukanya pada Lisa dengan lebih dalam, Julian memilih meciptakan dentingan kecil, pertemuan antara piring dan sendok, untuk membuat dua wanita yang saling bertatapan itu, menoleh kearahnya.

"Siapa?"

Melisa menggeleng. "Menurut ucapan penjaga, lelaki muda itu hanya mengatakan jika dirinya adalah kekasih Rose, dan ingin menemui Tuan Julian."

Julian mengusap sudut-sudut bibirnya dengan napkin, menggambarkan seberapa terhormat dan teraturnya lelaki itu pada sopan santun di meja makan. Setelah menyempatkan diri untuk melirik kearah Helen, Julian bangkit berdiri.

"Bukankah kekasih Rose adalah Steve? Lalu mengapa keamanan gerbang meminta izin? Steve bebas masuk ke rumah kita kan, sayang?" Helen sempat menjeda kalimatnya sebelum memanggil Julian dengan panggilan sayang.

Jika mengingat hari kemarin, Helen cukup ketakutan pada sikap Julian yang teramat membenci saat dirinya mendekat dan bermanja padanya. Namun, mengingat jika pagi ini mood Julian terasa sedang baik, Helen merasa cukup aman untuk memanggil suaminya dengan panggilan itu.

Helen tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari, jika kedatangan Melisa di rumahnya pasti memiliki tujuan tertentu dari sang mertua. Khawatir jika ancaman sang mertua beberapa waktu lalu akan terjadi, Helen memilih untuk bertingkah lebih rapi dan menghindari kecurigaan tentang hubungannya dan Julian yang belum juga sukses.

"Akan kuperiksa." Julian melangkah pergi, dengan tangan terangkat menahan pergerakan Melisa. "Aku akan menemuinya sendiri, Nona. Dia ingin bertemu denganku, bukan dengan Nyonya Melia." Sinis Julian, yang membuat Lisa mematung dengan kepala tertunduk.

Julian terasa menyeramkan, lelaki itu bahkan sudah tahu jika kehadiran Lisa dirumah ini adalah untuk menjadi mata dan telinga bagi Nyonya Melia. Bahkan ini baru hari pertama Lisa di rumah ini, namun pergerakannya sudah di blokir sebelum dia mulai melangkah.

"Baik Tuan."

Kepergian Julian memicu indera pendengaran Helen untuk bekerja dengan lebih ekstra, wanita itu memastikan jika langkah kaki suaminya tak lagi terdengar keras. Saat dirasa cukup aman, dirinya bangkit berdiri dan berjalan setengah berlari untuk mengikuti jejak kaki Julian, yang diikuti dengan panik oleh Lisa.

"Nyonya, ada apa?" 

Helen sempat menoleh kearah Lisa, namun memilih abai dan terus melangkah menuju tempat tersembunyi yang dapat dia gunakan untuk sekadar bersembunyi dalam sesi mengupingnya. Sayang, Julian memilih taman sebagai tempat pertemuan dengan lelaki yang mengaku sebagai kekasih Rose.

"Tapi lelaki itu bukan sepupu Steve." Gumam Helen. "Apa Rose berselingkuh?" 

"Maaf Nyonya, tapi Rose siapa yang anda maksud?" Heran Lisa, yang sama sekali tidak mengetahui keadaan yang terjadi.

Selingkuhan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang