Begitu mengerjapkan mata, Anna terbangun dengan panik, ia meraba tubuhnya dengan tatapan lurus kearah plafon kamarnya. Pakaiannya lengkap, namun tanpa bra yang memang selalu ia tanggalkan saat hendak tidur. Ia bangkit, menganggap kejadian yang ia ingat adalah sebuah mimpi belaka.
Namun bekas memerah di pergelangannya tangannya tercetak jelas, saat menyingkap selimut, dan mengangkat gaun tidur yang dikenakannya, gurat merah di kedua pahanya juga nyata adanya. Anna meringis saat menyentuh guratan itu, perih, namun Anna segera mencari keberadaan ponselnya dengan panik.
Beberapa pesan masuk dari Tuan muda lah yang pertama kali Anna buka, berisi ucapan selamat pagi, ajakan sarapan bersama seperti yang biasa mereka lakukan tiap pagi. Yaitu dengan Tuan muda duduk di meja makan utama, dan Anna duduk di dapur, dengan kursi yang dapat dijangkau oleh pandangan Tuan muda.
Bangkit dari tidurnya, Anna meringis kesakitan akibat luka di pahanya. Memang tidak menyakiti hatinya seperti dulu, yang hancur remuk akan tindak pelecehan yang Tuan muda lakukan. Luka yang kali ini Anna rasakan adalah fisik, yang akan sembuh dalam beberapa hari, yang terpenting hubungan keduanya jelas sudah membaik.
Setelah besiap-siap dan berseragam lengkap dengan tas di punggunnya, Anna berjalan menuju dapur, mencari pembuktian jika pesan yang ia baca bukanlah imajinasi belaka. Ia mengambil tempat duduk seperti biasanya, dengan menatap tajam kearah meja makan yang berisi sarapan lengkap, namun tidak ada sosok Tuan muda di sana.
"Morning honey."
Anna berjingkat kaget saat menerima kecupan dan bisikan di telinganya, ia menoleh dengan panik, dan senyuman Tuan muda lah yang kini menyapa pandangannya. Tuan muda menoleh kesana kemari, dari jarak yang tidak lebih dari 5 centi. Anna terkagum pada kulit sehat nan berseri milik Tuan muda, serta garis ketampanan yang luar biasa indah.
Darah Meksiko yang Tuan besar turunkan, benar-benar memberikan hasil yang luar biasa memesona.
Tuan muda mendekatkan diri, mencium bibir Anna dengan kilat, lalu menjauhkan diri dengan senyuman lebarnya. Tuan muda bahkan menyempatkan diri untuk mengusap benang saliva yang keduanya ciptakan.
Hati Anna menghangat, senyuman cerah dan cantik itu sangat ia rindukan, beberapa hari menerima perlakuan acuh dan dingin dari Tuan muda membuat Anna sadar. Jika dirinya sudah benar-benar terjerat pada pesona lelaki itu. Bahkan hingga kehilangan akal sehat.
Begitu Tuan muda duduk di salah satu kursi, Nyonya besar yurun, ikut duduk bersama dan menyantap sarapan dengan celotehan Nyonya besar yang terus menyebutkan rentetan Universitas yang harus Tuan muda taklukkan. Hanya saja, Tuan muda tampak acuh, lelaki itu terus menatap Anna dengan senyuman yang disembunyikan. Saat Tuan muda menggigit bibirnya dengan tatapan sayu, Anna mengatupkan bibirnya karena terserang pesona ketampanan.
Keduanya terus mencuri pandang, hingga Anna bahkan sama sekali tidak menyentuh sarapannya. Ia seperti lupa, jika malam tadi sempat menerima hukuman menyakitkan. Seolah, senyum dan perhatian Tuan muda yang kini terfokus padanya, adalah obat mujarap untuk kesakitannya.
Anna menutup wajahnya malu, serta heran. Heruskah ia diam saja dan melanjutkan hubungan tidak wajar ini? Ia amat mencintai Tuan mudanya, dan Anna juga tahu jika Tuan muda pun pasti mencintainya. Di jari manisnya, terlingkar sebuah cincin baru, yang semalam Tuan muda pasangkan sebelum Anna kehilangan kesadaran. Ia masih ingat saat Tuan muda berkata.
"Kau hanya milikku, Anna. Selamanya milikku."
"Anna, kau sudah selesai?"
Mendengar teguran itu, Anna menjauhkan tangannya dengan panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuhan Tuan Muda
Romance⚠️ 18+ (Update kalau senggang, sibuk banting tulang demi sesuap nasi di real life) Annastasha Belle hanyalah gadis naif dengan cinta yang tulus kepada Tuan muda idamannya. Namun balasan dari cinta tulus dan segala yang ia berikan adalah kesakitan. ...