8. Mawar Berduri

3.6K 382 121
                                    

Siap-siap bosan! Karena bab ini 3k++ word, jadi panjang banget. Karena, beberapa hari kedepan aku enggak bisa update dulu sebab urusan pekerjaaan. Jadi aku update dalam porsi yang lebih puaaanjanggg ☺
Selamat menanti untuk update selanjutnya ya!! 😁
Jangan lupa vote dan komen 😘



*
*
*


"Selamat siang mami!"

Sapaan dari wanita dengan pakaian teramat seksi itu terus berulang sepanjang Anna melangkahkan kaki mengikuti lelaki yang melenggok dengan centil dihadapannya. Tidak hanya itu, Anna terus mendapat tatapan mengintimidasi dan mengolok dari beberapa pasang mata. Namun, Anna sama sekali tida peduli, ia sudah sering menerima tatapan jijik macam itu, dirinya bukanlah Anna yang dulu, yang akan merunduk dengan segan dan ketakutan. Dengan dagu yang terangkat tinggi dan terus menjelajahkan matanya kepenjuru titik yang bisa dijangkau, Anna melangkah dengan mantap walau masih dengan mengenakan pakaian lusuhnya.

"Minta Tasya untuk datang ke ruanganku." Perintah mami Madona kepada salah satu wanita yang berpakaian dengan sangat amat luar biasa.

Anna bahkan meringis malu karena bisa melihat puncuk dada yang tergambar jelas dari balik gaun ketatnya. Memikirkan jika nantinya ia akan diminta mengenakan pakaian itu, membuat Anna meringis ngeri. Tangannya terulur hendak menanyakan pada mami Madona, namun lelaki itu sudah terlebih dahulu berbalik.

"Jangan masuk ke dalam ruanganku dengan pakaian busukmu. Tunggu Tasya di sini saja." Ucapnya seraya menggeleng.

Lagi-lagi niat bertanya Anna gagal, karena mami Madona yang kembali membuka mulut. "Kau serius kan dengan keputusanmu?"

Mendapat pertanyaan itu, Anna mengangguk dengan mantap. Menjadi kupu-kupu malam bukanlah tujuan hidupnya, walau ia sangat miskin sekalipun. Namun, apa yang perlu ia sesalkan? Ibu sudah meninggalkannya terlebih dahulu, kehormatannya direnggut oleh lelaki kejam. Tidak hanya kehormatan, Anna merasa bodoh, saat mempercayai janji pernikahan yang lelaki itu lontarkan dari mulut buayanya. Bukannya sebuah pernikahan, ia malah dipaksa membunuh bayi yang tidak lain adalah buah cinta dari keduanya. Lalu untuk apa Anna hidup menjadi manusia normal dan tak kunjung membalas dendamnya?

"Jika dengan ini aku bisa mendapat banyak uang. Maka aku sangat amat serius." Mantap Anna. "Eum, tapi aku bukanlah seorang perawan yang bisa dijual mahal." Tentu Anna merasa harus mengakui itu.

Ia memang wanita kotor, walau hanya dijamah oleh satu lelaki. Namun, mengakui kebenaran sebelum mengecewakan, bukankah lebih baik? Walau sama sekali tidak ada kebaikan dalam pekerjaan kotor ini.

Mami Madona memilin-milin rambut sebahunya, seraya mengangguk paham. "Dengan pacarmu?"

Anna dibawa kembali mengenang masa lalunya, pertanyaan demi pertanyaan kecil seputar dirinya, selalu saja bermuara pada Tuan muda keparat yang menghancurkan hidupnya. Sekali lagi ia menegaskan pada diri sendiri, Anna sudah mati, maka membahas lelaki itu bukanlah permasalahan besar.

Kemudian ia menggelang, kenyataannya Tuan muda bahkan tidak pernah mengutarakan cinta atau bahkan mengajak Anna berpacaran. Rasanya ia amat benci dengan dirinya yang dulu, terlalu lugu nan polos, sehingga dapat dengan mudah dimanfaatkan. Mengenal kerasnya hidup di kolong jembatan dan banyak merenung, Anna benar-benar paham, jika selama ini bukanlah sebuah cinta yang mengikatnya dengan Tuan muda, melainkan tindak pemanfaatan berkedok romansa. Dan Anna lah korbannya, satu-satunya korban di dalam kerasnya hidup yang ia alami.

"Ada apa mam?"

Sepertinya Anna patut bersyukur, karena ia tidak perlu menjelaskan detail permasalahan yang ia hadapi. Karena, kini seorang wanita cantik mendekat kearah mereka. Berbeda dengan tatapan mengintimidasi dari wanita yang sedari tadi Anna jumpai, wanita itu tersenyum ramah dan antusias menatap Anna.

Selingkuhan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang