17. Kecupan Kupu-Kupu

4.1K 359 131
                                    





Suara pukulan demi pukulan hilir mudik masuk dari kedua lubang telinga Anna. Rintihan kesakitan turut serta membuat hatinya goyah dan hancur. Bayangan Tasya, wanita yang selama ini selalu membantunya, dan hanya kebaikan saja yang selalu ia ingat darinya, membuat Anna benar-benar merasa bersalah.

Dia melirik, kearah Julian yang tampak santai menikmati adegan pemukulan dihadapan mereka, lelaki itu beberapa kali menyeringai, dan terus menyesap tembakaunya hingga habis. Menggantinya dengan yang baru, lalu berulang dengab acuh. Tidak ada belas kasihan sedikitpun diwajahnya, seorang monster kejam yang hanya memikirkan dirinya sendiri saja.

"Akh." Teriak Tyson.

Badannya terus dipaksa bangkit, lalu terjatuh lagi karena pukulan demi pukulan yang menghujaninya. Dua lelaki yang memukulinya jelas menang otot, mereka memiliki badan penggulat yang jika diteruskan menindas, bisa saja akan membuat Tyson mati.

Anna mengepalkan kedua tangannya dengan erat, dihati ia terus mengutuk Julian dengan kata 'matilah' secara berulang. Setelahnya, ia bangkit dari duduk, memeluk lengan Julian dengan kecupan yang didaratkan pada leher lelaki itu.

"Bisakah kau hentikan ini, Tuan muda?"

Tujuan Anna adalah merayu hati Julian, walau Anna yakin betul jika lelaki itu tidak memilikinya. Namun, dipikirannya, ia jelas harus bergerak cepat, sebelum Tyson mati konyol hanya karena masalah yang Anna timbulkan.

Julian menarik dagu Anna, membawa keduanya untuk bersilat lidah, lelaki itu merengkuh pinggang Anna untuk merapat pada kedua pahanya yang terbuka. Ciuman keduanya semakin panas, sedangkan Anna terus memutar otaknya, tentang bagaimana ia harus menyudahi ini, serta menyelamatkan Tyson yang tak bersalah. Karena terlalu geram, tanpa sadar Anna menggigit bibir Julian dengan sangat keras, reflek alamiah dari tubuhnya, yang menandakan jika ia teramat membenci lelaki dihadapannya ini.

Melepaskan ciuman keduanya dengan mengusap bibirnya yang berdarah, Julian menyeringai, namun seolah dirinya tidak marah pada tindakan Anna. Anna pun membalas seringaian itu, kedua tangannya mengusap paha Julian, perlahan merambat naik membelai celana ketat yang menyembunyikan paha atletis milik Julian. Tangan Anna bermuara pada vitalitas Julian, membelainya dengan lembut hingga membuat rahang Julian mengeras.

"Biar aku yang menggantikannya." Lirih Anna, kepalang putus asa. "Dulu kau sering menghukumku kan, setiap aku melakukan kesalahan?"

Julian tampak tertarik, lelaki itu menarik dagu Anna dan menelisik reaksi wajah Anna yang datar tak berekspresi.

"Biarkan Tyson selamat, dan siksa aku saja." Anna segera memeluk Julian dengan erat, berusaha menyembunyikan pupil matanya yang bergetar karena tidak sanggup menahan diri. "Aku merindukan hukumanmu, Tuan muda. Aku merindukan kesakitan yang—"

"Bawa dia!" 

Perintah tegas itu bersamaan dengan Tubuh Anna yang didorong menjauh, ia terjatuh di lantai, dan kedua lelaki dengan badan penggulat itu saling berdau pandang, hingga melepas Tyson yang terkulai lemah. Hati Anna lara, melihat sekujur wajah Tyson dipenuhi darah, yang semua disebabkan karenanya.

Sebelum pergi, Julian sempat menatap Anna dengan tejam, wajah lelaki itu tampak kesal dan marah, lalu benar-benar pergi.

Setelahnya Anna ditarik paksa, untuk terakhir kalinya ia memastikan jika Tyson masih menghembuskan nafas, sebelum ia dibawa menjauh dan dimasukkan kedalam sebuah kamar besar yang gelap. Ingatannya kembali terlempar pada kenangan masa lalu, rasa sakit yang tidak seberapa dibanding kesakitan dirinya saat dikhianati oleh lelaki yang ia cintai. Maka Anna siap, benar-benar siap untuk menerima luka raga yang tidak seberapa itu.

Selingkuhan Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang