Prolog

20.5K 607 3
                                    

Happy Reading


***

Tara baru saja akan merebahkan dirinya di atas kasur kesayangannya, tetapi dering ponsel mengurungkan niatnya.

Awalnya Tara kesal karena seseorang menganggu waktu istirahatnya, tetapi ketika melihat id caller yang terpampang di ponselnya kekesalan Tara pun memudar sedikit. Ya, hanya sedikit. Tara juga berniat untuk tidak mengangkat sambungan telepon itu karena ia tahu pasti apa yang akan disampaikan oleh orang yang menghubunginya hampir tengah malam itu.

Namun, Tara juga tidak tega jika mengabaikan permintaan orang itu begitu saja. Tara termasuk orang yang tidak bisa menolak permintaan orang yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri.

"Hallo," sapa Tara pada seseorang di seberang sana.

"Hallo, Tara. Kamu udah tidur ya?" tanya orang di seberang sana.

"Belum kok, Tan," jawab Tara. Padahal dalam hati Tara menjawab, "Hampir mau tidur, Tan!".

"Maaf kalau Tante ganggu ya, Nak," ucap orang di seberang sana dengan nada penyesalan. "Seperti biasa, Tante minta tolong susul Bagas. Tante khawatir sama dia."

Yap! Tepat seperti dugaan Tara, orang yang dipanggilnya 'tante' itu akan meminta bantuan padanya.

Sudah dikatakan jika Tara adalah orang yang tidak bisa menolak permintaan orang lain. Maka dari itu, setelah mengatakan 'iya', Tara bergegas menuju ke tempat di mana Bagas berada.

***

Tara turun dari motor matic-Nya dan memarkirkan motornya tepat di paviliun khusus motor sebuah hotel ternama di kotanya. Ia menghela napas sembari melepaskan helm yang dipakainya.

Sebenarnya Tara tidak terlalu yakin Bagas ada di hotel ini, ia sampai di sini hanya bermodalkan feeling. Semoga saja benar Bagas ada di hotel ini.

"Kalau sampai beneran kamu ada di dalam, aku kasih bogeman ke muka kamu, Gas," gumam Tara, lalu berjalan masuk menuju hotel.

Sesampainya di lobby hotel, gadis dengan celana jeans dengan kaus yang dilapisi hoodie berwarna putih itu berjalan menuju meja resepsionis, bertujuan untuk menanyakan keberadaan orang yang dicarinya.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya sang resepsionis dengan senyum profesionalnya.

"Maaf, Mbak, saya mau tanya. Apa di hotel ini ada pengunjung atas nama Bagas Aditya?" tanya Tara.

"Sebentar saya cek dulu ya," jawab si resepsionis.

Sambil menunggu, Tara harap-harap cemas. Ia takut jika Bagas tidak ada di sini dan ia tidak tahu harus mencari Bagas lagi di mana.

Hingga akhirnya kurang lebih dua menit si resepsionis hotel itu mengatakan jika pengunjung atas nama Bagas Aditya ada di hotel tersebut membuat Tara menghela napas lega.

Setelah diberitahu di mana kamar yang disewa Bagas, Tara pun langsung mencari kamar tersebut. Sebelumnya ia sempat meminta kunci cadangan yang berupa kartu untuk masuk ke kamar yang disewa Bagas karena Tara yakin jika ia hanya mengetuk pintunya saja tidak akan dibukakan.

Awalnya si resepsionis ragu untuk memberikan kunci itu, tetapi setelah Tara menjelaskan dengan 50% kebenaran dan 50% kebohongan akhirnya si resepsionis pun percaya. Kebohongan yang diucapkan Tara adalah ia bertujuan untuk mencari calon suaminya dan harus membawanya pulang, sementara kebenarannya orang tua dari calon suaminya itu juga mengkhawatirkan anaknya.

Di dalam lift menuju lantai yang dituju Tara menggeleng, mengingat ia mengatakan bahwa Bagas adalah calon suaminya. Mungkin jika benar Bagas adalah calon suaminya, sebelum menikah Tara sudah kena mental tidak tahan dengan kelakuan Bagas.

Tara berjalan menelusuri lorong di lantai 18 di mana tempat salah satu kamar yang disewa Bagas. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat nomor yang tertera di depan pintu kamar.

Langkahnya baru berhenti saat kamar yang ditujunya sudah ketemu. Mencoba untuk menahan emosi, ia kembali menghela napas. Dengan tangan gemetar, Tara menempelkan kartu pada tempat khusus di pintu kamar tersebut sampai akhirnya ada bunyi 'klik' menandakan pintu sudah terbuka.

Tara melangkah masuk setelah pintu terbuka, ia mengendap-endap seperti maling. Semakin Tara masuk ke kamar itu semakin ada hawa dingin menerpanya. Bukan karena ada AC, tetapi Tara memang merasa suasananya dingin, ia bergidik ngeri.

Kedua mata Tara membulat begitu ia melihat pemandangan di depannya. Sepasang manusia sedang saling bergumul, saling menyalurkan hasrat masing-masing dengan bibir yang saling bertautan.

Tara tentu saja terkejut mendapati Bagas yang sedang berciuman dengan seorang perempuan. Ini memang bukan pertama kalinya Tara mendapati Bagas dengan seorang perempuan di hotel, tetapi ini pertama kalinya Tara melihat Bagas melakukan hal vulgar tepat di depan matanya karena sebelumnya Tara hanya menemukan Bagas yang bergandengan tangan dengan perempuan yang berbeda. Tentu saja kali ini Tara kaget bukan main, ia bahkan melihat si perempuan hampir sepenuhnya naked.

"Ba—Bagas," gumam Tara dengan lirih.

Bagas yang tadinya tidak menyadari kehadiran Tara pun seketika menghentikan aksinya. Ia tiba-tiba saja menegang saat mendengar suara lirihan yang sangat ia kenali. Perempuan yang tadi berciuman dengan Bagas menatap cowok itu bingung karena tiba-tiba berhenti karena perempuan itu tidak mendengar suara lirihan Tara sama sekali, hanya Bagas yang mendengar.

"Kenapa, Sayang?" tanya si perempuan.

Bagas tidak menjawab, ia menolehkan kepala ke arah kiri dan saat itulah matanya melebar. Bagas mendapati Tara yang berdiri tegang di dekat ranjang yang ia tempati.

"Tara," gumam Bagas, menatap Tara tidak percaya.

Barulah saat itu perempuan yang bersama Bagas menyadari ada orang lain di kamar mereka. Ia menatap tidak suka ke arah Tara karena gadis itu sudah menganggu kegiatannya bersama Bagas.

"Ma—maaf ganggu, Ma—Mama kamu nyariin, Gas," ucap Tara gugup, bahkan ia menundukkan kepalanya. "Maaf sekali lagi, permisi."

Tanpa menunggu tanggapan dari dua orang di hadapannya, Tara segera berlari keluar dari kamar hotel tersebut. Entah kenapa ia merasa jadi tidak enak hati setelah apa yang dilihatnya, padahal ia sudah sering melihat Bagas bersama seorang perempuan.

"Tara!" Bagas berteriak memanggil Tara, ia merasa kepergok berselingkuh dengan perempuan lain.

Saat Bagas ingin mengejar, perempuan yang bersamanya itu menahan dirinya.

"Mau ke mana?"

"Kita sampai sini aja," kata Bagas tanpa penjelasan lain. Ia pun segera berlari untuk mengejar Tara.

***

Lanjut, ada cast dari peran utama cerita BagasTara. 😁

BagasTara [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang