03. Kehilangan

4K 394 86
                                    

Di bawah langit biru yang cerah, di tengah pemakaman yang sepi oleh pelayat, Harsa melangkahkan kedua kakinya menelusuri jalan setapak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di bawah langit biru yang cerah, di tengah pemakaman yang sepi oleh pelayat, Harsa melangkahkan kedua kakinya menelusuri jalan setapak. Melewati beberapa makam yang ada di sebelahnya. Harsa tidak sendiri, ada Acha yang berjalan mengekor di belakangnya.

Ya, gadis itu memilih untuk pergi menemani Harsa daripada harus menerima hukuman karena terlambat datang ke sekolah. Kebetulan makam bunda Harsa dan ayah Acha berada di TPU yang sama. Jadi, sekalian saja Acha ikut pergi juga bersama Harsa. Selagi ada yang mau bayarin ongkosnya, kata Acha.

"Harsa, gue ke sana ya," ucap Acha sembari menepuk pelan pundak Harsa. Tanpa menunggu balasan dari Harsa, Acha lantas segera pergi menuju makam ayahnya.

Sedangkan Harsa terus berjalan menelusuri jalan setapak. Maniknya tak lepas menatap makam yang letaknya dekat pohon beringin yang rindang.

Sesampainya di makam sang bunda, Harsa berdiri untuk beberapa saat. Menatap sendu penuh rindu pada nisan yang bertuliskan nama bunda. Arumi Cantika, sosok wanita dengan senyumannya yang hangat dan penuh kasih sayang. Sosok yang sangat Harsa rindukan di setiap detik dalam hidupnya.

Harsa perlahan berjongkok di sebelah makam bunda yang sudah dipenuhi beberapa rumput hijau. Tangannya bergerak, menyapu dedaunan kering yang menutupi nisan.

"Assalamu'alaikum, Bunda..." bisiknya lirih sembari mengelus batu nisan yang terbuat dari marmer berwarna hitam itu.

"Bunda apa kabar?"

"Harsa kangen Bunda," lirih Harsa. Tangannya kemudian beralih mencabuti satu persatu rumput kecil yang menutupi tanah makam itu. Terakhir, dua bulan yang lalu Harsa datang berkunjung, tepat di hari ulangtahunnya. Harsa juga membersihkan makam bunda dan lihatlah rumput-rumput kecil itu tumbuh kembali dengan cepat.


"Rumput-rumput ini sepertinya juga rindu dicabut-cabutin kayak gini sama Harsa. Mereka tumbuhnya cepat banget Bun," ucapnya sedikit terkekeh.

"Bunda..." panggil Harsa lagi, terdengar lirih. Harsa menarik napasnya dalam-dalam, seakan hendak mengeluarkan semua keluh kesahnya. Namun yang keluar hanyalah senyum kecilnya.

"Bun, bang Mavin lagi-lagi nggak pulang ke rumah semalam. Kayaknya abang sibuk sama kuliahnya ya, Bun. Harsa jadi penasaran, nanti Harsa akan sesibuk itu juga nggak ya waktu kuliah?" tanya Harsa yang terkekeh sendiri.

"Bunda tahu nggak? Pagi ini, Caka kelihatan keren loh pakai seragam barunya. Udah besar dia sekarang, Bun. Dia juga kelihatan imut. Coba aja kalau bunda lihat Caka secara langsung, bunda pasti bakalan gemes. Harsa aja yang lihatnya langsung gemes gitu," ungkapnya dengan penuh senyuman, membayangkan wajah Caka yang ia lihat pagi tadi.

DI BALIK HARSA || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang