31. Pulang Sekolah

2K 274 28
                                    

"Dihabisin dulu makanannya, abang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dihabisin dulu makanannya, abang. Baru nanti dilanjutin lagi belajarnya," sahut Mbok Darmi setelah menyajikan sepiring tumis kangkung ke atas meja makan. Harsa hanya terkekeh pelan sembari tangan kanannya mengambil satu sendok tumis kangkung pesanannya dan kemudian kembali fokus pada buku yang ada di samping piringnya.

"Nggak bisa, Mbok. Lombanya bentar lagi," jawab Harsa dengan mulut yang penuh.

"Lho? Bukannya masih ada dua minggu lagi bang?"

"Iya. Maka dari itu Harsa harus sering-sering belajar, Mbok."

Mendengar itu, Mbok Darmi hanya bisa mengangguk, mencoba memahami Harsa. Sebelumnya, Mbok Darmi memang pernah mendengar langsung dari Harsa perihal lomba yang ingin diikuti oleh anak itu. Dan semenjak itu pula Mbok Darmi melihat Harsa belajar lebih keras dari biasanya.

"Tapi, abang ..." Mbok Darmi menarik kursi yang ada dihadapan Harsa, cukup membuat anak itu menarik atensinya. "Tubuh dan pikiran juga butuh istirahat. Mereka pasti juga ingin menikmati waktu istirahatnya." Mbok Darmi memang bukanlah siapa-siapa di rumah ini. Hanya sebatas asisten rumah tangga yang membantu keluarga di rumah ini. Tapi melihat Harsa yang sepertinya terlalu keras pada dirinya sendiri, membuat Mbok Darmi merasa tak tega. Bagaimana tidak, anak itu sudah menghabiskan waktunya di sekolah, lalu dilanjutkan dengan belajar tambahan di tempat bimbingan, tiba di rumah sudah sore hari dan melanjutkan lagi belajarnya. Belum lagi nanti malam.

Harsa menarik kedua sudut bibirnya perlahan. "Nanti, Mbok. Setelah semuanya selesai, baru Harsa istirahat."

"Lo ini bener-bener ya, Sa. Susah banget dibilangin," sahut Mavin yang seketika membuat Harsa menoleh ke belakang dan terkejut melihat eksistensi Mavin yang berkacak pinggang di ambang pintu dengan tatapan kesal tertuju padanya.

Mbok Darmi yang sejak tadi memang sudah menyadari kehadiran Mavin, lantas bangkit sembari geleng-geleng kepala melihat Mavin yang kini tampak buru-buru menghampiri Harsa. Seperti seekor singa yang seolah siap untuk menerkam mangsanya. Sementara Harsa tampak gugup ketika Mavin duduk di hadapannya, menggantikan posisi Mbok Darmi sebelumnya.

"K-kok abang udah pulang jam segini?" tanya Harsa yang jujur saja, ia masih terkejut dengan eksistensi saudaranya itu yang terkesan tiba-tiba. Pasalnya, semenjak Mavin kembali masuk kuliah, saudaranya itu selalu pulang larut malam.

"Jangan mengalihkan pembicaraan Harsa!"

"Emangnya kita lagi membicarakan apa, bang?"

Mavin mendengkus, melirik kesal kearah Harsa sementara tangannya bergerak merebut buku yang ada di sebelah piring Harsa. "Kalau lagi makan, ya makan dulu. Belajar kan bisa di sambung nanti," kesal Mavin setelah ia menemukan adanya bekas cipratan kuah sayur di lembaran buku Harsa.

Harsa tak menjawab. Ia hanya diam, mengamati Mavin yang tengah memeriksa lembaran demi lembaran buku catatannya. Entah kenapa ia semakin gugup ketika Mavin tampak semakin serius memeriksa halaman terakhir buku catatannya, hingga detik berikutnya Mavin menutup kembali buku catatan yang sudah penuh dengan berbagai soal dan pembahasan itu.

DI BALIK HARSA || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang