"Bang Mavin, ayo sarapan!"
"Sini, Caka bantu."
Pagi itu, suasananya tampak sedikit berbeda dari biasanya. Cukup membuat orang seisi rumah saling melemparkan pandangan yang penuh tanda tanya. Pasalnya, sangat tak biasa bagi mereka untuk melihat seorang Caka yang menarik Mavin dari kamarnya. Memaksa sang kakak agar mau ikut sarapan bersama. Tak hanya itu, Mavin yang biasanya terlihat cuek kini tampak pasrah menerima perlakuan Caka. Bahkan untuk menolak pun Mavin seakan tak diberi kesempatan karena saking hebohnya Caka.
"Makan yang banyak, bang! Abang kelihatan kerempeng banget akhir-akhir ini," ucap Caka sambil terus mencedok nasi dan menaruhnya ke atas piring Mavin. Kemudian mengambil beberapa lauk dan menumpuknya di atas nasi yang sudah berbentuk gundukan.
"Caka, itu kamu kebanyakan ngasihnya. Nanti bang Mavin nggak bisa ngabisin," ucap Harsa mencoba memberitahu adiknya itu. Belum lagi dengan Mavin yang sejak tadi hanya diam tanpa memberikan tanggapan sedikitpun, membuat Harsa merasa tak enak.
"Nggak apa-apa. Habisin ya, bang."
Alih-alih menjawab, Mavin hanya membalas tatapan Caka dengan wajah datarnya. Tersenyum sumir sebelum mengambil satu suapan ke dalam mulutnya. Menikmati setiap satu suapan dari seseorang yang membuatnya tak nyaman pagi ini. Sebab tak biasanya pemuda itu memberikan perhatian lebih padanya.
Mavin yang terlalu larut dalam pikirannya sampai tak terasa hanya dirinya seorang yang tinggal di meja makan tersebut. Sedangkan yang lainnya sudah menghabiskan sarapannya dalam waktu singkat dan pamit untuk beranjak dari meja makan.
Mavin hanya bisa mendengus pelan menatapi piringnya yang masih menyisakan setengah porsi yang Caka berikan padanya. Sungguh, perutnya kini terasa penuh dan sepertinya sudah tak sanggup lagi untuk menampung makanan yang masih tersisa itu.
"Dia kenapa sih," gerutu Mavin yang mulai memainkan makanannya, tampak tak berselera untuk melanjutkan acara makannya. Hingga tak lama kemudian, terdengar suara Caka yang berteriak dari arah pintu masuk.
"Sebentar, Pamaaan!"
Derap langkah kaki yang tergesa-gesa, sedikit menarik atensi Mavin untuk menolehkan kepala dan menemukan Caka yang langkahnya melambat di ambang pintu dapur. Untuk sepersekian detik manik keduanya saling bertemu hingga setelahnya keduanya kembali melanjutkan aktivitas masing-masing. Mavin yang kembali mengaduk-aduk makanan di piringnya dan Caka yang berlari menuju meja makan untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.
"Ada apa denganmu?" tanya Mavin di tengah bunyi dentingan sendoknya.
Caka yang baru saja mengantongi ponselnya, langsung mengarahkan atensinya pada Mavin.
Mavin menaruh sendok makannya sebelum kemudian ia arahkan sepenuhnya atensinya pada Caka. Menatap sang adik yang tengah menunggu kelanjutan dari kalimatnya. "Kenapa tiba-tiba sikapmu berbeda? Abang rasa kita nggak sedekat itu untuk saling memberikan perhatian."
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK HARSA || HAECHAN
FanficTentang Harsa yang selalu menunjukkan senyumnya, namun selalu menyembunyikan kesedihannya. "Bunda, berapa banyak air mata yang harus aku keluarkan di dunia ini?"