Seperti yang Harsa sampaikan kepada Mavin melalui pesan yang ia kirim tadi pagi, Harsa benar-benar menepati janjinya untuk menjenguk Mavin di rumah sakit. Harsa tidak pergi sendiri, ada Caka yang juga ikut menemaninya.
Sedangkan Ayah mengantar mereka berdua sampai depan rumah sakit dan tidak ikut masuk ke dalam. Sebab masih ada urusan di kantor yang harus diselesaikan. Meskipun terburu-buru, tapi ayah sama sekali tidak lupa untuk mengingatkan Harsa agar menjaga Caka dengan baik. Jangan sampai sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada Caka.
Harsa paham dan akan selalu mengingatnya. Sebab Harsa sendiri sudah tahu konsekuensi yang akan ia dapatkan jika sesuatu yang tidak diinginkan itu terjadi pada Caka.
Di dalam rumah sakit, Caka satu langkah di depan Harsa. Bukannya apa-apa, Harsa hanya membiarkan Caka memimpin jalan karena Caka lebih tahu jalan menuju kamar rawatnya Mavin. Adiknya itu sudah menjenguk Mavin sebelumnya. Jadi Harsa tinggal mengikuti langkah sang adik sembari memeluk buah tangan yang ia bawa.
Tentu, Harsa tidak lupa dengan janjinya kepada Mavin untuk membawakan buah kesukaan saudara laki-lakinya itu. Apalagi kalau bukan semangka. Buah berukuran sedang itu berada dalam pelukannya. Lengkap dengan pita merah yang melingkari buah tersebut. Caka bahkan sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan abangnya itu.
Membawa buah semangka untuk Mavin memanglah idenya Harsa. Tapi dirinyalah yang meminta kepada ayah agar mampir sebentar ke toko buah yang lokasinya searah dengan jalan menuju rumah sakit.
Caka heran, kenapa Harsa harus berbisik dulu dan meminta tolong padanya untuk menyampaikan kepada ayah. Kenapa tidak Harsa sendiri yang mengatakan langsung pada ayah? Kenapa malah menjadikan Caka sebagai perantaranya?
"Caka, duduk dulu di sini."
Caka berbalik dan sudah menemukan saudara laki-lakinya itu duduk di deretan kursi tunggu.
"Mau ngapain bang?" Caka mengerutkan dahinya. Berjalan menghampiri Harsa yang baru saja mengeluarkan spidol warna putih dari dalam tasnya.
Harsa tidak menjawab. Ia hanya tersenyum lebar sembari menuliskan sesuatu di bagian luar buah semangka itu.
'Bang Mavin, semoga cepat sembuh. Harsa sayang abang♡'
Begitu tulisnya dan tak lupa ia juga turut mengikutsertakan tanda tangannya dengan bangga. Seolah-olah ia tengah menyiapkan sebuah hadiah untuk pemenang utama.
"Nah, sekarang giliran Caka."
Caka lantas menerima spidol yang diberikan Harsa. Matanya menyipit kala maniknya tak sengaja menangkap nama 'Acha' yang dituliskan di kertas kecil yang ditempelkan dengan selotip di spidol tersebut.
"Punya Kak Acha?"
Harsa hanya menyengir sembari menggaruk tengkuknya. "Iya. Abang pinjam tadi buat ini," jawab Harsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK HARSA || HAECHAN
FanfictionTentang Harsa yang selalu menunjukkan senyumnya, namun selalu menyembunyikan kesedihannya. "Bunda, berapa banyak air mata yang harus aku keluarkan di dunia ini?"