Harsa yang telah siap dengan penampilannya yang dibaluti seragam putih abu-abu, lantas mengambil tasnya yang berada di atas meja belajar setelah mematut sejenak pantulan dirinya di cermin. Melirik sekilas ke arah jam dinding yang kini menunjukkan pukul setengah 7. Sebelah alisnya kemudian terangkat sembari maniknya mengarah pada pintu kamarnya yang masih tertutup.
Biasanya pada jam segini, Caka selalu rutin mendatangi kamarnya sebelum mereka berdua turun ke bawah untuk menikmati sarapan bersama. Tapi berbeda dengan hari ini. Harsa sama sekali belum mendengar ada ketukan pintu di depan kamarnya atau bahkan panggilan dari Caka.
Harsa bukannya bersikap manja ataupun malas dengan hanya menunggu sang adik memanggil dan menjemputnya ke kamar untuk turun ke bawah bersama. Hanya saja, hal itu sudah menjadi suatu kebiasaan bagi Caka dan Harsa menyukainya. Melihat sang adik datang menghampirinya dengan wajah yang penuh dengan senyuman itulah yang Harsa suka. Lucu dan menggemaskan menurutnya. Dan Harsa harap ia akan selalu melihat wajah cerah itu di setiap paginya.
Lantas Harsa membawa langkahnya keluar kamar, berniat untuk menghampiri Caka ke kamarnya. Baiklah, jika sebelumnya Caka yang menghampiri Harsa, maka kali ini giliran Harsa yang menghampiri sang adik.
Setibanya di depan kamar Caka, Harsa mengetuk pelan pintu kamar Caka sebelum akhirnya ia membuka pintu kamar tersebut yang ternyata tidak dikunci. Segera Harsa menemukan Caka yang berbalik dan tampak terkejut ketika tatapan mereka saling bertemu.
"Kamu ngapain?" tanya Harsa yang maniknya langsung menangkap beberapa butir pil obat yang berserakan di lantai, tak jauh dari tempat Caka berdiri. Sedangkan di tangan sang adik terdapat wadah obat yang kemudian segera ia sembunyikan di balik punggungnya dengan wajah panik.
Belum sempat Harsa mendekat bermaksud untuk memeriksa obat apa yang tengah disembunyikan Caka dibalik punggungnya itu, sang adik bergegas menghampiri Harsa sembari menyandang tasnya dengan tergesa-gesa. Begitu juga wadah obat yang ia masukkan dengan asal ke dalam tasnya.
"Ayo, bang. Kita sarapan." Katanya sembari merangkul Harsa, memaksa sang kakak untuk berbalik dan segera keluar dari kamarnya.
Namun Harsa yang tak bisa mengabaikan begitu saja apa yang baru dilihatnya itu, lantas menghentikan langkahnya sebelum sampai di pintu kamar yang terbuka lebar. Hal itu tentu saja membuat Caka menelan salivanya takut-takut sembari menarik tangannya kembali. Terlebih setelah mendapati tatapan yang sulit diartikan dari sang kakak.
Harsa memperhatikan dengan seksama wajah sang adik yang kini mulai menghindari tatapannya. Harsa tidak bisa dibohongi begitu saja setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri. Tentu ia khawatir. Apalagi setelah menemukan kamar Caka yang tidak biasanya berantakan, pil obat yang berserakan di lantai, dan juga raut wajah Caka yang tampak tak baik-baik saja. Bahkan detik ini pun Harsa masih bisa menemukan keringat yang mengalir di pelipis sang adik. Sudah dipastikan kalau ada yang sedang Caka coba sembunyikan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK HARSA || HAECHAN
FanficTentang Harsa yang selalu menunjukkan senyumnya, namun selalu menyembunyikan kesedihannya. "Bunda, berapa banyak air mata yang harus aku keluarkan di dunia ini?"