Dering ponsel terus terdengar di balik bilik toilet pria paling ujung, membuat beberapa pelajar yang mengenakan seragam putih abu-abu bersama dengan kokarde yang melingkar di leher, melirik ke arah bilik dengan tatapan heran. Kemudian mereka saling berbisik ketika salah satu dari mereka mengaku bahwa melihat seorang pemuda yang seusia dengan mereka masuk ke dalam bilik toilet yang paling ujung itu sejak setengah jam yang lalu dan tak kunjung keluar.
"Bener," kata salah satu pelajar itu dengan ekspresi yang meyakinkan. "Gue dari tadi bolak-balik ke toilet gara-gara mules, dan toilet paling ujung itu masih tutup," tambahnya.
"Bisa aja kan sekarang orangnya udah pergi, terus hapenya ketinggalan," sahut yang lainnya dan segera ditanggapin anggukan kepala dari teman-temannya.
"Tapi terakhir tadi gue ada denger suara grasak-grusuk di dalam sana,"
"Yaudah, mending sekarang kita periksa aja. Ntar hapenya kita kasih ke kakak panitia," kata salah satu dari mereka dan kemudian segera membawa langkahnya menghampiri bilik toilet paling ujung. Tepat saat anak itu mengangkat tangan berniat untuk mengetuk pintu bilik, dering ponsel tadi tak lagi terdengar dan seseorang dibalik bilik pun bersuara, membuat anak-anak tadi terperanjat.
"Gue baik-baik aja ... kalian bisa pergi."
"Bener nggak pa-pa?" tanya anak yang masih berdiri di depan bilik toilet.
"Iya, nggak pa-pa. Gue ... perut gue cuma mules aja, ini bentar lagi kelar kok," kata seseorang dari balik bilik toilet, membuat anak-anak tadi kembali saling melempar pandang. Hingga tak lama setelahnya, seseorang yang juga merupakan rombongan dari anak-anak yang ada di toilet itu, datang dengan napas ngos-ngosan dan berkata pada mereka bahwa hasil dari Physics Competition yang mereka ikuti tadi sudah keluar dan ditempel di papan pengumuman. Sontak anak-anak tadi berlari keluar toilet dengan penuh semangat dan melupakan perkara siapa kiranya sosok yang berada di balik bilik toilet itu.
Hanya keheningan yang tersisa setelah kepergian sekelompok anak-anak tadi. Hingga tak lama kemudian suara bilik yang dibuka memecahkan kesunyian yang ada. Sosok yang sejak tadi berada di dalam toilet dan membuat anak-anak lain penasaran, akhirnya keluar dan menampakkan diri. Sosok itu adalah Harsa.
Di tangan kanannya ada beberapa gulungan tisu yang sudah kusut tak berbentuk dan kemudian berakhir di tempat sampah. Dengan sisa-sisa tenaganya, Harsa membawa langkahnya menuju cermin besar yang ada di dalam toilet. Sepasang matanya yang tampak sayu itu mematut pantulan dirinya di cermin.
Penampilannya sekarang tampak jauh berbeda dari penampilannya di pagi hari saat berangkat ke kampus untuk mengikuti lomba. Seragam putih itu tak lagi melekat ditubuhnya dan sudah berganti dengan hoodie berwarna hitam yang membalut tubuhnya. Melihat penampilannya sekarang ini lantas membuat kedua sudut bibir pucat Harsa membentuk senyum tipis perlahan. Menertawai dirinya dalam hati ketika mengingat kembali bagaimana paniknya ia ketika cairan berwarna merah itu keluar dari lubang hidungnya. Pun dengan kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK HARSA || HAECHAN
Fiksi PenggemarTentang Harsa yang selalu menunjukkan senyumnya, namun selalu menyembunyikan kesedihannya. "Bunda, berapa banyak air mata yang harus aku keluarkan di dunia ini?"