52. Menjaga Abang adalah tugasku sekarang

2.4K 335 21
                                    

Di hadapan pintu kamar rawat vip yang tertutup rapat, Mavin mencoba mengatur napasnya secara perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di hadapan pintu kamar rawat vip yang tertutup rapat, Mavin mencoba mengatur napasnya secara perlahan. Entah kenapa Mavin tiba-tiba menjadi gugup. Padahal selama di perjalanan tadi Mavin sudah merencanakan dan menyiapkan kalimatnya dengan baik. Ayolah, Mavin. Tidak terlalu sulit untuk membuka pintu yang ada di hadapanmu sekarang ini! Batinnya berteriak mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini mudah dan tidak sulit untuk berhadapan dengan sosok yang ada di dalam kamar tersebut. Lagipula apa yang akan Mavin lakukan hari ini memang sudah seharusnya dilakukan sejak lama. Meskipun tidak seorang pun tahu kalau Mavin akan melakukannya hari ini, terutama si pemilik skenario.

Memang tidak sulit untuk membuka pintu yang ada di hadapan Mavin sekarang ini, hanya saja bagian yang tersulit adalah ketika pintu itu sudah terbuka dan Mavin menemukan sosok Caka yang tengah duduk termenung di atas tempat tidurnya. Ya, ini bagian tersulit. Bagi Mavin, menjenguk Caka di rumah sakit adalah momen langka dalam hidupnya, apalagi datang seorang diri seperti ini.

“Bang Mavin?”

Caka nampak tak percaya dengan penglihatannya. Bahkan Caka sama sekali tak melepaskan pandangannya dari Mavin yang kini sudah duduk manis di kursi yang ada di samping tempat tidur. Tak lama setelahnya, Caka kembali melihat ke arah pintu bersama dengan sorot matanya yang penuh harap.

“Sendiri aja, Bang?” tanya Caka kembali mengarahkan atensinya pada Mavin setelah tak menemukan ada tanda-tanda pintu kamarnya kembali terbuka. Mavin lantas mengangguk sembari menyerahkan bingkisan makanan yang sengaja ia bawa untuk Caka. Senyum kecil segera terbit di wajah Mavin ketika melihat wajah bahagia Caka saat membuka kotak bingkisan makanannya. Gini-gini, Mavin juga tahu apa makanan yang disukai Caka. Mavin mengetahuinya bukan karena ia mencari tahu sendiri atau bertanya pada ayah maupun Harsa. Akan tetapi, Caka selalu bereaksi heboh saat menu makanan di rumah adalah ayam crispy. Karena itu, Mavin berasumsi kalau Caka menyukainya.

“Apa Caka boleh makan ini?” tanya Caka tampak ragu.

“Makan aja. Itu abang beli kok di tempat biasa, bukan hasil curian. Nggak ada racun juga, jadi aman.”

Caka langsung menampilkan senyum nakalnya, bermaksud menggoda Mavin yang langsung memalingkan wajahnya. “Abang itu aslinya baik, ya. Cuma karena pengen jadi satu-satunya orang yang membenci Caka, ya gini jadinya.”

Mendengar itu, Mavin langsung memberikan tatapan tak suka. “Kayaknya kamu udah sehat ya sampai bisa ngomong gitu.”

“Iya kan? Caka kelihatan sehat kan? Ayah aja sih yang berlebihan sama Caka,” balas Caka yang kemudian mulai mengambil satu bagian paha ayam crispy favoritnya. Entah ia boleh mencicipi makanan selain yang disediakan rumah sakit, Caka tak peduli. Yang penting kalau sudah ada di depan mata, ya langsung makan aja.

Sementara itu, Mavin hanya diam saja memperhatikan Caka yang terlihat sangat menikmati makanannya. Di dalam kepala Mavin kini dipenuhi dengan rangkaian kata yang sudah lama terpendam. Entah apakah setelah ini Caka masih bisa menikmati makanannya? Tidak ada yang tahu sampai kalimat itu keluar dari mulut Mavin.

DI BALIK HARSA || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang